Rabu, 23 November 2011

NABI MUHAMMAD BUKANLAH SEORANG PEDOFILI!!!


Sahabat JERNIH yang (mudah-mudahan) dirahmati Allah ..

Sudah bukan hal baru jika Nabi Muhammad yang kita cintai senantiasa mendapatkan pelecehan dan hinaan dari orang-orang yang membenci Islam. Dalam pengalaman saya berinteraksi dengan orang-orang itu, salah satu isu yang sering dilontarkan untuk mendiskreditkan Nabi junjungan kita adalah isu pedofili, yaitu tuduhan tentang Rasulullah yang menikahi anak di bawah umur, dalam hal ini Aisyah yang baru berusia 9 tahun.

Akan tetapi bagi saya tidak terlalu mengkhawatirkan jika yang melontarkan tuduhan ini adalah non-muslim. Lebih menyakitkan apabila yang mengatakan adalah seorang muslim, apalagi yang mengaku seorang ustadz, ulama, atau ahli agama! Dan ini saya alami sendiri ketika berdiskusi dengan seorang ulama, yang kebetulan dulu menikahi istri keduanya pada usia 14 tahun. Pak Kyai satu ini begitu bersikukuh bahwa Rasulullah menikahi Aisyah di usia 9 tahun.

Benarkah demikian?

Saya menjelaskan kepadanya, bahwa Rasulullah adalah hamba yang terpilih, dan sangat taat kepada hukum dalam Al Qur’an. Tidak mungkin beliau berani melanggar aturan di dalam Al Qur’an.

QS An Niisa [4] : 6
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka CUKUP UMUR untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya…..”

Sayang sekali, pada saat itu pak Kyai berasumsi bahwa kata “cukup umur” berarti adalah “menstruasi pertama.” Saya tidak tahu apakah beliau bersungguh-sungguh dengan asumsinya itu, ataukah hanya memelintir ayat tersebut untuk membenarkan pandangannya tersebut sekaligus meyakini bahwa Rasulullah menikahi anak-anak, dan tidak mentaati Allah.

Dalam pandangan saya, definisi “cukup umur” atau “dewasa” adalah ketika badan berhenti bertumbuh, biasanya memasuki usia 16 sampai 18. Dewasa atau cukup umur itu tidak hanya berkaitan dengan fisik tapi juga kejiwaannya. Namun sekali lagi, pak Kyai tidak puas dengan penjelasan dari ayat Al Qur’an tersebut, seraya mengatakan bahwa hadits Bukhari telah menerangkan bahwa Rasulullah menikahi Aisyah di usia ke-9!

“Diceritakan oleh Aisyah: ‘Bahwa Nabi menikahinya ketika ia berusia enam tahun, dan berhubungan suami istri ketika dia berusia sembilan tahun, dan dia tetap menjadi istriyna selama sembilan tahun (yaitu sampai kematian Nabi).’” (HR Bukhari)

Baik… saya akan membuktikan ketidakbenaran kisah ini dari hadits lain atau rekam sejarah Nabi!

Bukti 1:
Menurut Ibn Hanbal, setelah wafatnya istri pertama Nabi, Siti Khadijah, Khaulah datang kepada Nabi dan memintanya untuk menikah lagi. Nabi meminta pendapat Khaulah, dan ia berkata: “Kamu dapat menikahi seorang perawan (bikr) atau seorang wanita yang telah menikah (thayyib).” Nabi bertanya siapakah perawan yang bisa beliau nikahi, maka Khaulah menyodorkan nama Aisyah yang merupakan putri dari Abu Bakar.

Semua orang yang mengerti bahasa Arab tentu paham bahwa kata “bikr” tidak digunakan untuk menyebut seorang gadis 9 tahun yang belum dewasa. Kata “jariyah” lebih tepat digunakan untuk menggambarkan seorang gadis di bawah umur yang masih senang bermain-main. Kata “bikr” lebih tepat digunakan untuk seorang wanita yang belum menikah. Dan tentu saja… gadis berusia 9 tahun tidak pantas disebut “wanita!”

Bukti 2:
Menurut kitab tafsir Bukhari, Aisyah menikah pada tahun 1 Hijriyah. Dikisahkan pula bahwa ketika surat Al Qamar diwahyukan, Aisyah berkata: “ Aku masih seorang gadis muda (jariyah).”

Perlu diketahui bahwa menurut catatan sejarah, surat Al Qamar diwahyukan sembilan tahun sebelum peristiwa Hijrah. Maka kesimpulannya, Aisyah bukan hanya telah dilahirkan sebelum surat Al Qamar diwahyukan, namun juga seorang gadis muda di bawah umur (jariyah), dan bukan seorang balita (sibyah) pada waktu itu. Dengan demikian, Aisyah adalah seorang gadis muda (jariyah), sembilan tahun sebelum pernikahannya dengan Rasulullah.

Bukti 3:
Asma, kakak Aisyah diriwayatkan berusia sepuluh tahun lebih tua daripada Aisyah. Hal tersebut diriwayatkan dalam kitab sejarah “Taqreeb al-Tehzeeb” dan “Al-Bidayah wa Al-Nihayah”. Kemudian dikisahkan bahwa Asma meninggal dunia pada tahun 73 Hijriyah, pada usia 100 tahun.

Jika Asma berusia 100 tahun pada tahun 73 Hijriyah, maka ia berusia 27 atau 28 tahun pada saat peristiwa Hijrah.
Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun pada saat Hijrah, maka berarti Aisyah berusia 17 atau 18 tahun pada waktu itu (karena terpaut 10 tahun)!
Jika Aisyah menikah pada tahun 1 atau 2 Hijriyah, sesuai catatan sejarah, maka dengan demikian ia menikah antara umur 18-20 tahun!
Usia yang pantas untuk menikah bukan?

Saya katakan kepada pak Kyai, bahwa saya masih bisa memberikan 5 bukti lagi jika ia mau. Sayangnya sekali lagi, pak Kyai ini masih saja keras kepala meyakini bahwa Aisyah dinikahi Nabi di usia ke-9!

Segala bukti logis berdasarkan pendekatan sejarah dan juga ayat Al Qur’an beliau tolak, dengan andalannya yaitu hadits yang diambil dari kitab Bukhari!

Mengapa beliau sangat bersikeras mengenai hal ini? Bukankah lebih bijaksana jika mengakui bahwa Bukhari hanyalah manusia biasa yang mungkin saja membuat kesalahan dalam periwayatan sejarah kehidupan Nabi?

Dan percayalah sahabat sekalian.. Bahwa masih ada banyak orang yang bersikeras mempertahankan kisah yang jelas-jelas memiliki kelemahan historik yang fatal ini! Mereka bakalan sibuk mempersiapkan 1001 macam dalil untuk membenarkan pandangan tersebut!

Kesimpulan apa yang bisa kita dapatkan dari sikap keras kepala ini?
Mereka mempergunakan dalil ini untuk membenarkan hawa nafsu mereka terhadap gadis-gadis di bawah umur! Dan amat sangat disesalkan, bahwa pada kenyataannya tidak jarang kita jumpai orang-orang yang mengaku pintar ilmu agama justru melakukan pernikahan dengan gadis di bawah umur, dengan alasan mereka mengikuti “sunnah Nabi!”

Mari kita bersama-sama membuang jauh-jauh kisah bohong yang disematkan kepada Baginda Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yang kita cintai ini!

Saya berharap tulisan ini bisa membantu para sahabat untuk melawan tuduhan keji terhadap Nabi Muhammad, baik yang dilemparkan oleh kaum non-muslim, maupun muslim itu sendiri!

Nabi Muhammad adalah suri tauladan bagi semesta umat, dan tentu saja.. bukanlah seorang pedofili!

Allahu’alam ..

Semoga bermanfaat!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar