Selasa, 22 Februari 2011

BISAKAH REKAMAN DOSA DIHAPUS? ~ PENTING MANA DUNIA ataukah AKHIRAT (5)

Setiap kita punya dosa. Dan kita ingin agar dosa-dosa itu tidak diketahui oleh orang lain. Apalagi dipublikasikan ke khalayak ramai. Oh, betapa malunya..! Bisa nggak ya, ingatan tentang dosa itu dilupakan, atau dihapus sama sekali?

Dosa adalah segala perbuatan jelek yang merugikan diri sendiri, atau orang lain, atau merusak alam sekitar. Sebagaimana telah kita bahas dalam note sebelumnya, semua itu ternyata membekas dan terekam di alam semesta. Sedangkan pahala adalah segala perbuatan baik yang menguntungkan diri sendiri, orang lain, dan memperbaiki alam sekitar. Yang ini juga membekas dan terekam di alam. Efek dosa adalah merusak dan menghancurkan, memunculkan penderitaan secara personal maupun kolektif. Sedangkan efek pahala adalah membangun, memperbaiki dan membahagiakan, juga bersifat personal dan kolektif.

Setiap kali kita berbuat dosa, maka peristiwa itu akan terekam di dalam otak, sistem genetika, dan struktur alam. Bukan hanya berhenti pada proses rekaman semata, melainkan juga menimbulkan efek pada realitas hidup. Otak misalnya, bukan hanya 'mengingat' dosa itu, melainkan juga mengalami ’kerusakan’ susunan saraf disebabkan oleh energi jelek yang muncul dari dosa.

Dikarenakan memunculkan efek buruk itulah, kita seringkali menyebut dosa sebagai ‘energi negatif’. Istilah negatif itu memang tidak ada kaitannya dengan ’skalar dan vektor’ di dalam ilmu fisika. Karena energi memang tidak memiliki arah. Melainkan lebih kepada akibat negatif yang ditimbulkannya. Sebaliknya, energi pahala disebut sebagai ’energi positif’ karena ia menghasilkan efek positif bagi sekitarnya.

Setiap kali pikiran kita diajak berbuat dosa, setiap kali itu pula otak kita akan merekamnya sambil mengalami kerusakan struktur dan sirkuit sarafnya. Efeknya akan lebih parah jika pikiran itu sampai diamalkan. Dan jika hal itu dilakukan berulang-ulang, efek negatifnya bisa terekam sampai ke dalam sistem genetika. Dan kemudian menurun kepada anak cucu kita. Dosa yang berulang-ulang sampai menjadi kebiasaan akan memicu 'gen jelek' dalam tubuh kita menjadi aktif. Bahkan pada tingkat yang sangat intens dan lama bisa mendorong terjadinya mutasi genetika. Demikian pula sebaliknya, orang yang membiasakan pikiran dan perbuatan baik, kebiasaannya itu bakal bermanifestasi ke dalam genetikanya. Dan, bisa diturunkan kepada anak cucunya.

Orang yang terbiasa makan dengan gizi berkecukupan misalnya, jika itu terjadi berulang-ulang selama masa hidupnya, akan membuatnya bertumbuh besar. Baik dalam bentuk kegemukan ataupun tinggi badan. Kondisi itu akan terekam di dalam genetikanya. Dan kemudian akan menurun kepada anak cucunya. Saya yang memiliki tinggi badan 169 cm, kini punya anak-anak yang lebih tinggi dari saya. Dua diantaranya mencapai 180 cm, misalnya.

Rekaman demikian bukan hanya terjadi di otak dan genetika, melainkan juga pada alam semesta. Dan bukan hanya tercatat, melainkan sampai memberikan efek riil. Sebagai contoh, kalau Anda merusak lingkungan ekosistem, maka alam sekitar Anda akan memberikan respon berupa perubahan iklim dan cuaca. Global warming yang sekarang melanda planet Bumi ini dikarenakan umat manusia secara kolektif melakukan dosa kepada alam. Maka, ia bukan hanya mencatat, melainkan sekaligus memberikan reaksi yang setara dengan kerusakan yang kita bikin...

Jadi, bagaimanakah caranya agar kita bisa menghapus dosa-dosa yang telanjur kita perbuat pada otak, pada sistem genetika, dan alam sekitar? Apakah cukup hanya dengan mengucapkan kata-kata:oh, maaf wahai otak, saya telah berbuat dosa kepadamu..! Lantas, kita berharap efek negatif yang ada pada otak kita akan terhapus?

Atau kepada sistem genetika, kita cukup berkata: wahai sistem genetika yang ada di dalam triliunan sel tubuhku, maafkan aku ya telah membuat kamu mengalami mutasi sehingga memunculkan penyakit keturunan. Lantas, kita juga mengharap penyakit keturunan itu lenyap dengan sendirinya?

Atau, kita bilang kepada hutan: wahai hutan, maafkan kami yang telah menghancurkanmu, menggundulimu, sehingga iklim bumi sekarang menjadi kacau balau. Karena itu tolong jangan marah kepada kami. Lantas, secara ajaib Bumi akan menjadi baik kembali?

Oh, tidak sesederhana itu kan? Kita tidak bisa menghapus dosa-dosa hanya dengan berkata-kata minta maaf atau minta ampun. Meskipun itu kepada diri sendiri. Apalagi kepada orang lain, dan alam sekitar. Termasuk juga kepada Allah, Sang Maha Pengampun. Karena, segala sesuatu ini sudah ada menkanismenya, yakni sunnatullah, sejak diciptakan pertama kali.

Untuk memperbaiki hutan, tentu tidak cukup kalau kita hanya meminta maaf kepada lingkungan. Melainkan harus melakukan perbuatan baik, dengan cara menanaminya kembali. Memeliharanya secara konsisten. Memupuknya, menyiraminya, sekaligus menghentikan perusakan yang selama ini kita lakukan. Jika, kita istiqomah alias konsisten, insya Allah sekian tahun kemudian alam akan memaafkan dosa-dosa kita. Dan dampak global warming akan hilang dengan sendirinya.

Begitu juga kerusakan yang terjadi pada otak dan sel-sel tubuh kita. Tidak cukup dong kita memperbaikinya hanya dengan kata-kata, melainkan harus dengan perbuatan nyata. Semakin lama perbuatan dosa itu telah kita lakukan, semakin berat pula menghapus dampaknya. Karena ia sudah berpengaruh sampai dalam sistem genetika. Sehingga, kata orang jawa, dosa itu bisa menurun kepada anak cucu sampai tujuh turunan..!

Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan untuk menghapus dosa-dosa kita? Yang pertama, tentu saja bertobat. Ini adalah langkah awal yang mengubah mindset kita. Memulainya dengan niat yang kuat untuk tidak melakukan dosa lagi. Sebab, sebaik apa pun perbuatan yang akan kita lakukan setelah itu, jika masih bercampur aduk dengan dosa-dosa, efeknya tidak akan menghapus dosa, malah bisa memperparah. Inilah kenapa kita diajari untuk tidak mencampur adukkan antara dosa dan pahala. Antara kejahatan dan kebaikan.

Setelah meniatkan tobat dengan sungguh-sungguh, kita mesti berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya, agar timbul ’efek menghapus’. Inilah yang diceritakan Allah dalam ayat berikut ini.

QS. Huud (11): 114
... Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu (bisa) menghapus (efek) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.

Namun demikian, apakah catatan dosa merusak hutan itu, misalnya, otomatis terhapus dari sejarah kehidupan kita? Kok kayaknya tidak ya?! Sejarah tetap saja mencatat, bahwa dulu kita pernah melakukan perusakan hutan besar-besaran dan mengakibatkan penderitaan umat manusia. Tetapi, sejarah juga mencatat, bahwa setelah itu kita berusaha melakukan reboisasi besar-besaran sehingga kini hutannya menjadi lebat kembali.

Kalau Anda ingin agar sejarah tidak mencatat perbuatan Anda, maka satu-satunya jalan adalah dengan ’memohon’ kepada para sejarawan untuk tidak mencatat perbuatan Anda. Itupun kalau mereka mau mengabulkan permintaan Anda. Jika ia tidak mau, maka hilanglah harapan Anda untuk menghapus dosa-dosa yang telah Anda lakukan...

Terkait dengan dosa kehidupan, maka tidak mungkin kita menghapus dosa-dosa masa lalu. Karena, seluruh alam di sekitar kita memang telah mencatatnya. Orang yang kita jahati misalnya, dia tetap sajaingat bahwa kita telah berbuat jahat kepadanya. Sahabat-sahabatnya, juga ingat karena mereka sempat menyaksikan perbuatan kita. Dan otak maupun genetika kita pun ikut merekam seluruh perbuatan dosa itu. Demikian pula alam semesta.

Jadi, bagaimana supaya rekaman perbuatan dosa kita tidak ditayangkan pada saat hari pengadilan? Satu-satunya jalan adalah memohon kepada Sang Maha Pencatat agar DIA mengampuni dosa-dosa tersebut dan berkenan menghapusnya dari catatan alam semesta. Tapi, apakah itu mungkin? Untunglah, Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang bertobat. Karena ternyata, Dia masih membukakan jalan...!

QS. Al Hadiid (57): 20
... Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya...

Ayat di atas menjelaskan, bahwa di Hari Pengadilan, Allah masih mau memberikan ampunan. Karena, memang pahala masih mengalir saat kita berada di alam barzakh, akibat investasi kebajikan yang kita lakukan di dunia. Di sisi lain, Allah juga menyediakan azab yang keras kepada mereka yang tidak bertobat, dan catatan amal kebaikannya kalah berat oleh timbangan kejahatannya. Dan di sisi lainnya lagi, Allah memberikan Ridha kepada orang-orang yang tulus ikhlas berbuat kebajikan karena Allah semata.

Ampunan Allah adalah kunci dari tidak ditayangkannya dosa-dosa kita pada saat pengadilan akhirat. Bahkan, Dia yang Maha Pengampun itu, masih menyediakan kemungkinan untuk menghapus secara permanen semua kesalahan yang pernah kita lakukan, dari kitab induk kejadian: Lauh Mahfuzh. Buat siapakah semua itu disediakan? Ternyata disediakan bagi mereka yang banyak berbuat kebajikan sambil mengorientasikan hidupnya hanya kepada Allah semata..!

QS. At Taghaabun (64): 29
(Ingatlah) hari (saat) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengadilan, itulah hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal saleh niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya...

QS. Ar Ra’d (13): 39
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).
 
Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~


oleh Agus Mustofa pada 21 Februari 2011 pukul 11:05


Tidak ada komentar:

Posting Komentar