oleh Agus Mustofa pada 26 September 2010 pukul 9:15
Agama Islam adalah agama
TAUHID ~ agama yang menyembah SATU Tuhan. Bukan agama SYIRIK yang menyembah BANYAK
Tuhan. Jadi keislaman seseorang itu BERIMPIT dengan tauhid-tidaknya dia dalam menyembah
Allah. Orang-orang yang menjadikan Allah sebagai TUJUAN satu-satunya seluruh aktivitas
hidupnya, itulah yang disebut sebagai orang yang sudah ISLAM. Karena sudah bertauhid.
Sedangkan, yang menjadikan hal-hal lain sebagai tujuan hidupnya, mereka belum bisa
disebut ‘Islam’.
Ada orang yang baru Islam
NAMA-nya. Ada yang baru Islam keturunannya. Ada yang baru Islam KTP-nya. Ada yang
baru aksesori-aksesori yang menempel di badannya. Atau baru Islam pendidikannya.
Islam ’materi hafalannya’. Pun, ’kalimat-kalimat’ yang diucapkannya. Tetapi, dia
belum BERSERAH DIRI kepada Allah ~ menjadikan Allah sebagai TUJUAN satu-satunya
hidupnya. Maka, ia SEJATINYA belum muslim.
Makna MUSLIM adalah: Orang
yang berserah diri kepada Allah saja ...
Apanya yang diserahkan
kepada Allah? Ya, segala-galanya.
Maka, perhatikanlah beberapa
perbedaan di bawah ini yang mengambarkan cara beragamanya orang yang bertauhid kepada
Allah, dengan yang syirik.
1). Orang yang bertauhid adalah orang yang MENIATKAN seluruh aktifitas
ibadahnya hanya untuk Allah.
Sedangkan orang yang syirik,
meniatkan aktifitas ibadahnya untuk selain Allah, termasuk untuk DIRI SENDIRI.
2). Orang yang bertauhid, menjadikan Allah sebagai TUHAN dalam hidupnya.
Dia menyembah, memuja dan memuji, mengagungkan Allah, mengagumi-Nya, mendekatkan
diri dan merasa bahagia karenanya. Ia menjadikan Allah sebagai SUBYEK dalam proses
beragamanya.
Sedangkan orang yang syirik,
menjadikan Allah sebagai OBYEK dalam hidupnya. Allah tidak dijadikan sebagai SESUATU
yang menguasai segala-gala yang ada pada dirinya dan alam semesta, melainkan Allah
DIPERALAT untuk menyenangkan dirinya. Bahkan, tak jarang Allah diajak berdagang,
diperintah dan disuruh-suruh untuk memenuhi segala keinginannya. Orang yang begini
pada dasarnya tidak bertuhan kepada Allah, melainkan bertuhan kepada DIRINYA sendiri.
Sedangkan Allah hanya dijadikannya sebagai PELENGKAP PENDERITA. Pemuas segala keinginannya.
3). Orang-orang yang bertauhid, mengorientasikan pembelajaran dalam
hidupnya untuk lebih MENGENAL Allah, dan kemudian terus berusaha MENDEKATKAN DIRI.
Sedangkan yang syirik,
terus mencari dan berusaha mendapatkan FASILITAS-FASILITAS yang disediakan oleh
Allah untuk kesenangannya. Dia lebih INGAT fasilitas daripada ingat Allah.
4). Orang-orang yang bertauhid akan ’memposisikan’ Allah sebagai ’Sesuatu’
yang TIDAK ADA BANDINGNYA. Sedangkan yang syirik, akan menempatkan hal-hal selain
Allah SEBANDING dengan-Nya. Misalnya, mengatakan makhluk itu KEKAL. Padahal sifat
kekal itu hanya MILIK Allah saja. Tidak ada di alam semesta ini yang kekal. Apalagi
cuma ENERGI. Sejumlah Ilmuwan Fisika Klasik memang berpendapat bahwa energi tidak
bisa diciptakan dan dimusnahkan, sehingga disebut sebagai ’hukum kekekalan energi’,
itu semata-mata karena mereka belum memahami ilmu Fisika Modern. Bagi ilmuwan modern
yang JUJUR dalam memahami alam semesta ini, maka dengan sangat yakinnya dia akan
mengatakan bahwa energi itu TIDAK KEKAL. Ia pernah tidak ada, dan satu ketika akan
tidak ada lagi. Yaitu, saat alam semesta ini belum diciptakan, dan ketika kelak
dilenyapkan oleh Sang Pencipta. Karena, teori KOSMOLOGI yang paling bisa diterima
saat ini adalah yang berkesimpulan bahwa semua yang ADA ini ternyata muncul dari
KETIADAAN. Dan kelak akan kembali kepada ketiadaan.
5). Bagi orang-orang yang bertauhid, mereka memposisikan Allah sebagai
Zat yang meliputi segala sesuatu, termasuk alam semesta. Sehingga segala yang ada
ini sebenarnya adalah TUNGGAL, yaitu eksistensi DIRI-Nya belaka.
Sedangkan bagi yang syirik,
mereka menganggap Allah berada di DALAM alam semesta, ataupun bagian dari eksistensi
alam semesta. Atau berada di dalam akhirat. Atau malah ada yang berpendapat Allah
di dalam surga. Sehingga mereka mempersepsi segala sesuatu ini tidak tunggal. Padahal
segala KEANEKA RAGAMAN ini hanyalah PENAMPAKAN dari Sesuatu yang Tunggal belaka,
yaitu Allah. Laa ilaha illallah ~ tidak
ada eksistensi selain Diri-Nya.
Maka, sungguh layak diprihatinkan
jika kita memberikan label SIFAT ALLAH kepada makhluk. Siapa pun makhluk itu: termasuk
akhirat, surga dan neraka. Karena, sesungguhnya TIDAK ADA satu ayat pun di dalam
al Qur’an yang mengatakan AKHIRAT itu KEKAL. Yang ada, ialah: khalidina fiha, hum fiha khalidun, dsb.
Itu bukan bercerita tentang kekalnya TEMPAT ~ surga dan neraka ~ melainkan cerita
tentang ORANG yang masuk surga/ neraka, mereka TIDAK bisa KELUAR dari dalamnya sampai
lenyapnya langit dan bumi, QS. 11: 106-108. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai
’kekal’ di dalamnya, selama-lamanya. Dan kemudian dipersepsi secara distortif, bahwa
akhirat itu kekal.
Justru, yang dijelaskan
Allah secara eksplisit itu bukanlah kekalnya segala makhluk selain Diri-Nya. Malah
sebaliknya, berbagai ayat di dalam al Qur’an mengatakan yang SELAIN Allah bakal
BINASA.
Maka, kawan-kawan, jika
kita ingin berislam secara baik, yang nomer satu harus dibenahi adalah TAUHID. Jangan
MENDUAKAN Allah dalam seluruh tataran kehidupan kita. Mulai dari niat, praktek,
sampai kepada harapan-harapan atas kebahagiaan. DIA Maha Tahu tanpa harus kita suruh-suruh.
Dan Maha Pemurah tanpa harus didikte-dikte.
Siapa saja yang baik akan
memperoleh kebaikan. Siapa saja yang ikhlas akan disayang Allah. Siapa yang sabar,
akan selalu didampingi-Nya. Siapa yang bertakwa kepada-Nya akan selalu diberi solusi
dalam hidupnya. Siapa saja yang menjadikan Allah sebagai tujuan, maka ia akan sampai
di TUJUAN itu, sebagai SUMBER segala kebahagiaan yang tiada putus-putusnya.
Jangan menjadikan yang
’selain Allah’ sebagai tujuan. Seperti seorang karyawan yang kualitas bekerjanya
hanya SEBATAS ingin memperoleh gaji. Karyawan yang demikian ini pasti karyawan bawahan.
Apakah tidak boleh? Oh boleh saja, siapa yang melarang. Itu memang hak setiap individu
dan dijamin secara alamiah.
Tetapi, kalau ingin yang
berkualitas tinggi, tirulah para EKSEKUTIF, yang bekerjanya bukan dikarenakan gaji
lagi, melainkan sudah ingin MENGAKTUALISASIKAN dirinya. Kemampuannya. Kualitasnya.
Maka, ia akan BEKERJA sebaik-baiknya. Dia senang melakukan semua pekerjaannya tanpa
terpaksa, karena ia paham dan bahkan 'hobi' melakukannya, sehingga ia bisa menjalaninya
dengan penuh keikhlasan. Hasilnya: pekerjaannya sangat BERKUALITAS. Sedangkan bayaran
atas pekerjaannya, DENGAN SENDIRINYA akan mengalir kepadanya, seiring kualitas yang
dihasilkannya. Tidak seperti karyawan yang orientasi hidupnya hanya mengejar gaji.
Bekerjanya berat, tertekan, terpaksa, sering protes, mencak-mencak kalau tidak sesuai
dengan keinginannya, dlsb. Mereka itu sulit untuk berprestasi, dan gajinya pun sulit
untuk naik, dikarenakan kualitasnya yang memang rendah.
Saya, sebagai owner dari
sebuah perusahaan justru tidak respek kepada karyawan-karyawan yang tuntutannya
hanya gaji dan fasilitas yang ingin dinikmatinya. Saya tidak akan pernah memberikan
kepercayaan lebih besar kepadanya, karena orang yang seperti ini pasti SEMPIT cara
berpikirnya, dan hanya memikirkan diri sendiri. Sebaliknya, saya akan memberikan
promosi kepada mereka yang bekerja dengan ikhlas demi kemajuan bersama, karena karyawan
yang seperti itu TIDAK PANTAS menerima GAJI KECIL. Ia pantasnya menjadi eksekutif
yang BERGAJI BESAR..!
QS. Luqman [31]: 22
Dan barangsiapa BERSERAH
DIRI kepada Allah, sedang dia adalah orang yang BERBUAT kebajikan, maka sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah KESUDAHAN
segala URUSAN.
QS. Ar Rahman [55]: 60
Tidak ada balasan KEBAIKAN
kecuali kebaikan (pula).
QS. Al Muzzammil [73]:
20
...Dan kebajikan apa saja
yang kamu perbuat PASTI kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai BALASAN
yang paling baik dan yang paling besar...
QS. Al Qashash [28]: 88
Janganlah kamu SEMBAH di
samping Allah, tuhan APA PUN yang lain. Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Segala SESUATU
bakal BINASA, kecuali ALLAH (saja). Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah
kamu dikembalikan.
Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~