oleh Agus
Mustofa pada 24 September 2010 pukul 10:33
Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk memaksimalkan AKAL KECERDASAN. Karena, kata al
Qur’an, orang yang tidak berakal TIDAK BISA mengambil PELAJARAN. Padahal hikmah-hikmah
ILMU ALLAH bertebaran di sekeliling kita. Bukan hanya yang ada di dalam Al Qur’an
sebagai ayat-ayat Qauliyah, melainkan di ALAM SEMESTA sebagai ayat-ayat Kauniyah.
Orang
yang hanya belajar ayat-ayat Qauliyah di dalam al Qur’an saja, tanpa mencocokkan
dengan ayat-ayat Kauniyah yang menjadi REALITAS di sekitarnya, dia baru dapat TEORI
Agama. Belum PRAKTEK beragama.
Misal,
dia tahu dan hafal ayat-ayat yang melarang kesombongan dan tinggi hati, tetapi karena
baru menguasai teorinya, dia tidak bisa mempraktekkan dalam hidupnya. Tetap merasa
dirinya pintar, tinggi hati, dan membanggakan-banggakan diri kepada semua orang
yang diajaknya bicara. Tahu Al Qur’an, bahkan paham dan hafal, tetapi tidak muncul
dalam perilakunya. Yang demikian ini PERCUMA. Kenapa? Karena yang ditimbang di Hari
Akhir nanti bukan TEORI BERAGAMA melainkan AMALANNYA.
Ketahuilah,
Allah ’tidak suka’ kepada orang yang sombong dan tinggi hati, serta mengharamkannya
masuk Surga. Pantasnya di neraka. Na’udzubillahi min dzalik.
QS. Luqman [31]: 18
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan ANGKUH. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang SOMBONG lagi MEMBANGGAKAN DIRI.
QS. Al Mukmin [40]: 76
(Dikatakan kepada mereka): "Masuklah kamu ke pintu-pintu NERAKA
Jahannam, dan kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang
yang SOMBONG".
Bisa
jadi, seorang penghafal al Qur’an, Ahli tafsir al Qur’an, dan pengajar al Qur’an,
masuk neraka karena ternyata TIMBANGAN amal perbuatannya RINGAN. Orang yang seperti
ini dikecam oleh Allah dalam Firman-Firman-Nya seperti saya sampaikan dalam note
sebelumnya, sebagai keledai yang hanya bisa membawa buku-buku tebal tanpa menjalankannya,
QS. Al Jumu'a [62]: 5.
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian
mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.
Amatlah buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada
memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
QS. As Saff [61]: 2.
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan?
Maka, tidak cukup hanya belajar al Qur’an. Karena al Qur’an itu baru teori.
Yang harus dilakukan adalah MEMPRAKTEKKAN petunjuk dalam al Qur’an itu.
Al
Qur’an mengajari jujur, maka belajarlah jujur kepada siapa saja, diri sendiri, dan
Allah. Al Qur’an ngajari rendah hati, maka rendah hatilah kepada siapa saja. Al
Qur’an mengajari melunakkan perkataan, maka lembah lembutlah kepada siapa saja.
Allah mengajari menghormati perbedaan, maka hormatilah perbedaan itu, karena Allah
menciptakan seluruh makhluknya berbeda-beda. Tidak ada yang sama!
Al
Qur’an mengajari memahami ayat-ayat Kauniyah yang terhampar di alam semesta, maka
belajarlah sains dan teknologi. Karena semua itu adalah ilmu-ilmu Allah. Ayat-ayat
Allah yang dihamparkan agar kita semua MENGENAL Allah sebagai sang PENCIPTA yang
luar biasa hebatnya.
Bagaimana
Anda bisa memahami ayat-ayat Allah yang terkait dengan penciptaan langit dan bumi
kalau Anda tidak belajar ilmu Astronomi? Sehingga bertengkar terus ketika menentukan
datangnya bulan Ramadan/Syawal, misalnya.
Bagaimana
Anda bisa memahami ayat-ayat Allah yang bercerita tentang gunung, laut, angin, sungai,
atmosfer, dsb, kalau Anda tidak belajar ilmu Geologi, Geografi, Geofisika? Sehingga
seringkali memunculkan bencana, karena kita tidak bisa memanejemeninya.
Bagaimana
Anda bisa memahami ayat-ayat Allah tentang kesehatan, kalau Anda tidak belajar ilmu
kedokteran? Sehingga banyak umat mengalami permasalahan kesehatan memprihatinkan,
karena kita tidak menguasainya.
Bagaimana
Anda bisa memahami ayat-ayat Allah tentang perilaku manusia, jika Anda tidak belajar
tentang psikologi, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial? Dst. Dsb. Dlsb.
Disini
lah letak perbedaan antara orang-orang yang BERAKAL dan TIDAK BERAKAL. Orang-orang
yang berakal akan terus menggunakan akal kecerdasannya untuk memahami ilmu-ilmu
Allah dari mana pun datangnya, sedangkan orang yang tidak berakal hanya bisa mengatakan
semua itu tidak ada gunanya. Sementara ia sendiri tidak bisa terlepas dari menggunakan
produk-produk yang terkait dengannya.
Maka,
Allah MENEGASKAN dalam berbagai firman-Nya: tidak akan bisa memahami ayat-ayat Allah
yang BERTEBARAN di alam semesta ini, kecuali orang-orang yang menggunakan akalnya.
QS. Yusuf [12]: 105
Dan banyak sekali AYAT-AYAT (Allah) di LANGIT dan di BUMI yang mereka
melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya.
QS. Ali Imran [3]: 190
Sesungguhnya dalam PENCIPTAAN langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat AYAT-AYAT (Allah) bagi orang-orang yang BERAKAL,
QS. Ali Imran [3]: 7
...Dan TIDAK BISA mengambil pelajaran KECUALI orang-orang yang BERAKAL.
~
salam ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar