Senin, 11 Juli 2011

HIKMAH DALAM SURAH ABASA

Oleh Syekh Subakir pada 11 Juli 2011 pukul 6:11

QS Abasa [80] : 1-12
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
karena telah datang seorang buta kepadanya.
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
maka kamu melayaninya.
Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).
Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
sedang ia takut kepada (Allah),
maka kamu mengabaikannya.
Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,
maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya,

Suatu ketika Nabi Muhammad berunding dengan pemuka-pemuka suku Quraisy. Di tengah-tengah perundingan tersebut, datanglah seorang sahabat yang buta dan miskin bernama Ibnu Ummi Maktum yang meminta kepada Rasulullah untuk membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an. Rasulullah merasa kesal dengan sikap Ibnu Ummi Maktum yang dianggapnya kurang sopan dan tidak tahu menempatkan diri, di tengah-tengah perundingan penting yang akan menentukan masa depan hubungan antara kaum Mukmin dan kaum Quraisy Makkah. Karena kesal, Rasulullah menampakkan wajah masam dan memalingkan muka. Maka turunlah Surah Abasa ini yang artinya "Ia Bermuka Masam", yang merupakan teguran Allah kepada Rasulullah yang bersikap seperti itu. Betapa Rasulullah adalah manusia pilihan yang berjiwa besar dengan mengakui kesalahannya. Beliau segera membacakan ayat-ayat tersebut di depan hadirin, seraya meminta maaf kepada Ibnu Ummi Maktum.

Apa hikmah yang bisa kita petik dalam kisah ini?

Ya... Jangan mudah terjebak oleh tampak luar! Lihat isinya! Kata pepatah Barat "Don't judge a book by its cover".

Kebanyakan dari kita seringkali menilai kepribadian seseorang dari tampak luarnya saja. Dalam hal memberi dan menerima, kita telah terjebak pada hal-hal yang bersifat kulit, sementara isinya kita abaikan. Kita memberi dan menerima, hanya kepada orang-orang yang "ideal" menurut sudut pandang kita saja.

Jika melihat pemuda yang berpakaian gaul, langsung kita berpikir bahwa mereka orang-orang yang tidak mengerti agama. Sementara melihat orang yang kemana-mana memakai peci, langsung kita berpikir bahwa ia adalah orang yang saleh. Padahal berapa banyak pemuda gaul yang hidupnya bermanfaat untuk masyarakat dan lingkungan, dan berapa banyak orang berpeci yang juga menjadi koruptor?

Pernahkah kita mengalami perasaan marah atau kesal ketika dinasehati anak atau saudara kita yang lebih muda? Dengan arogan kita berkata, "Ah! Tau apa kau ini! "Tapi lucunya, ketika orang lain yang menyampaikan dengan maksud yang sama, kita ternyata bisa menerima! Inilah ternyata, ketika hawa nafsu dan egoisme mendominasi akal pikiran dan hati kita, sehingga kita tidak bisa jernih memandang suatu permasalahan sehingga menjauhkan kita dari hikmah.

Begitu pula dengan pemahaman agama. Sudah menjadi fakta bahwa umat Islam terlalu sibuk berputar-putar di ranah kulit, tanpa memahami isi. Beragama dengan simbol, bukan hikmah! Lebih banyak berdebat mengenai gerakan shalat yang benar seperti apa, tapi melupakan masalah substansi tujuan shalat yaitu mencegah manusia dari perbuatan keji.

Ketika ada generasi muda yang kritis, pandai dalam menangkap intisari ajaran Islam dan berusaha merumuskannya dalam konteks kekinian, langsung saja mereka dicap ingkar, bahkan sesat. Dengan arogan mereka diberondong pertanyaan, "Berapa lama mondok di pesantren? Hafal Al Qur'an dan Hadits gak?" Belum belajar ilmu ini itu kok udah sok-sokan bicara agama!" Sementara di lain pihak bila seorang "ulama" yang sudah tua, dengan jenggot lebat, sorban dan jubah, betapa pun provokatifnya dan betapa pun anti modernitasnya, maka kita serta merta akan menganggapnya sebagai sebuah kebenaran. Masya Allah! Ternyata simbol agama dianggap lebih penting dari pada isi agama itu sendiri! Ini namanya taqlid buta, sahabat .

Maka dari itu, saya tidak akan pernah berhenti menghimbau sahabat-sahabat sekalian untuk beragama dengan hikmah, bukan simbol. Jangan terlalu banyak habis waktu membahas seputar syariat, sementara kita melupakan hakikat! Pencarian kebenaran adalah suatu proses yang tidak akan pernah berhenti sampai ajal menjemput. Maka dari itu dibutuhkan sikap terbuka dan berbesar hati untuk menerima dan memberi, dengan tidak terjebak oleh simbol-simbol keagamaan dan kulit luar saja. Dalam mencari kebenaran, tidak ada guru tidak ada murid. Guru sejati hanyalah Allah semata. Seperti halnya teladan pada Rasulullah, yang selalu menyebut umantnya sebagai sahabat, karena beliau tidak pernah memposisikan dirinya sebagai guru.

Allahu'alam.. Semoga bermanfaat ..


Sabtu, 09 Juli 2011

HARAMNYA BABI, SEBUAH KAJIAN TEOLOGIS

Suatu hari, seorang sahabat saya non-muslim bertanya kepada saya, "Mengapa orang Islam diharamkan mengkonsumsi daging babi?" Teman saya ini sebagai non-muslim dia juga mengkonsumsi dagin babi, dan dia adalah seorang yang berpendidikan tinggi. Maka dari itu saya berikan dia jawaban-jawaban yang saya nilai logis, tapi ternyata alasan-alasan yang saya kemukakan tersebut dibantai mentah-mentah!

1. Babi mengandung cacing pita (Taenia Solium).

Sanggahan:
Jika suatu saat ada teknologi yang bisa membuat babi bebas cacing, akankah babi itu dihalalkan?

2. Babi adalah hewan yang jorok.

Sanggahan:
Definisi jorok itu subyektif sekali. Bagaimana jika saya memelihara babi sejak kecil dan saya tempatkan di lingkungan yang higienis? Kalau bicara jorok, ikan lele juga jorok! Karena doyan (maaf) kotoran manusia. Tapi kenapa ikan lele tidak diharamkan juga?

3. Babi adalah media untuk penularan virus penyakit, seperti flu babi misalnya.

Sanggahan:
Tergantung ilmu kedokteran, jika bisa memvaksin babi hingga mereka bebas virus, apakah akan menjadi halal? Virus yang mengakibatkan flu burung itu juga dari hewan unggas! Kenapa mereka tidak diharamkan?

4. Babi tidak baik untuk kesehatan, terutama meningkatkan obesitas.

Sanggahan:
Kalau begitu hamburger, pizza, minuman bersoda dan es krim juga haram! Karena juga memacu obesitas! Kalau kesehatan jadi alasan, daging kambing juga bisa haram buat yang hipertensi!

5. Mengkonsumsi daging babi bisa berpengaruh pada perilaku manusia yang mengkonsumsinya.

Sanggahan:
Ah, ini maksa! Saya banyak ketemu orang pengkonsumsi daging babi yang kelakuannya jauh lebih manusiawi daripada orang yang tidak pernah mengkonsumsi daging babi!

Waduh .. waduh .. waduh .. ngajak berantem rupanya nih orang (hehehe .. bercanda)! Dia tetap ngotot minta alasan yang pas kenapa umat Islam dilarang makan babi. Kemudian saya tanya sama dia, kalau saya memberi jawaban dari sudut pandang teologis (keyakinan), kira-kira mau terima atau tidak? Dia menjawab, " Ya kalau memang menurut saya logikanya pas, why not?"

Jawaban saya adalah : Karena babi memang diciptakan Tuhan untuk MENGUJI KEIMANAN umat manusia!

Lho kok ...?

Ya! Allah telah menetapkan babi sebagai salah satu BATU UJIAN atas KEIMANAN umat manusia, khususnya pengikut agama Samawi (Yahudi, Kristen, dan Muslim).

Ah .... Yang bener??? Ajaran Yahudi dan Kristen juga mengharamkan umatnya memakan daging babi? Mana buktinya?

Imamat 11: 7-8
“Dan lagi BABI, karena sungguhpun kukunya terbelah dua, yaitu bersiratan kukunya, tetapi ia tiada memamah biak, maka HARAMlah ia kepadamu. Janganlah kamu makan dari pada dagingnya dan jangan pula kamu menjamah bangkainya, maka haramlah ia kepadamu”

Perintah ini diulangi juga pada Kitab Ulangan pada Perjanjian Lama. Meskipun amat disayangkan, pada Alkitab terjemahan Indonesia oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), kata "babi" telah DIGANTI menjadi "babi hutan". Namun jelas, dalam terjemahan aslinya yang berbahasa Ibrani adalah ALKHNZYR, yang berarti babi saja. Alkitab terjemahan Inggris pun menggunakan kata SWINE, yang merupakan pengertian babi secara umum.

Kitab Imamat dan Ulangan adalah termasuk dalam Taurat Musa, yang hukum-hukumnya TETAP diikuti oleh Nabi Isa Almasih (Yesus Kristus). Bisa dibaca pada Injil Matius 5 : 17-20.

Sementara Al Qur'an dalam 3 ayat berbeda menjelaskan tentang haramnya daging babi untuk dikonsumsi. Salah satunya adalah sbb :

QS Al-Baqarah [2] : 173
"Sesungguhnya Allah HANYA mengharamkan bagimu bangkai, darah, DAGING BABI, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Betapa maha pemurahnya Allah! Dari sekian juta spesies hewan yang diciptakannya, ternyata Allah gak neko-neko.. cuma mengharamkan satu spesies saja untuk dimakan bagi orang beriman yaitu BABI! Akan tetapi kemaha pemurahan Allah ini masih saja dilanggar oleh umatnya dengan memakan SATU-SATUNYA daging yang dilarang oleh Allah untuk dikonsumsi!

Jadi jelas.. Babi diciptakan Allah untuk menguji keimanan hamba-Nya! Perkara babi mengandung cacing dan berbagai macam penyakit itu adalah efek sampingnya saja! Karena Allah sudah barang tentu memberi perintah dan larangan selalu ada hikmahnya!

Kemudian teman saya itu (masih gak puas aja nih orang..) bertanya, "Kenapa Islam begitu membenci babi?"

Islam hanya melarang umatnya makan babi. Sama sekali tidak ada perintah dari Allah untuk membenci babi, apalagi menyiksa babi! Ya inilah, kadang-kadang umat Islam masih sering berlebih-lebihan dalam merespons perintah dan larangan Allah! Yang diperintahkan cuma A, ehh .. malah melakukan A-Z! Padahal Allah tidak suka kita berlebih-lebihan alias lebay! Apalagi kalau kata "babi" itu digunakan untuk menghina umat tertentu dan ras tertentu sebagaimana kadang kita ucapkan dan dengarkan! Astaghfirullah! Maha suci Allah dari segala apa yang mereka perbuat!

QS Al An'aam [6] : 141
"....dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan".

Sebagai pengikut agama rahmataan lil'alamiin, sudah seharusnya umat Muslim menyayangi semua makhluk hidup, tak terkecuali babi! Sadarkah kita, bahwa babi itu juga bisa mendatangkan pahala bagi manusia?

Pahala??!!!! Wah, teori ngaco dari mana lagi ini?!!!

Ya iyalah... Pahala itu datang ketika kita menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Babi itu jelas dilarang untuk dimakan. Nah, sekarang saya tanya: Berapa kalikah anda berkunjung ke restoran, dan ketika membaca menu yang kebetulan ada menu babinya, kita tidak memilihnya dan memilih makanan yang non-babi? Malah kadang kita bertanya kepada pelayan, "Mbak, restoran ini ada menu babinya tidak?" Ketika kita tahu bahwa restoran itu menjual menu babi, kita memilih untuk tidak makan di sana. Saya yakin kejadian ini berulang kali terjadi pada kita. Setiap kali hal ini terjadi, pahala datang kepada kita bukan?

Ooooo ... iya ya ya .....

Teman non-muslim saya itu melongo saja. Saya tanya pada dia, apakah alasan ini bisa diterima?

Di luar dugaan saya, ia tersenyum sambil berkata, "Siap bos! Mantappp!"

Ternyata teman saya yang berpendidikan tinggi ini lebih bisa menerima logika teologis daripada logika biologis yang sering dijadikan alasan kenapa babi itu diharamkan! Subhanallah!

Terakhir ... Dia masih nanya lagi .. (gak kapok-kapok juga nih orang!)

"Kalau alasannya adalah batu ujian keimanan, kenapa Allah memilih babi? "

Saya dengan enteng menjawab, "Karena daging babi itu ENAK!".
Note: Saya pernah secara tidak sengaja makan daging babi, dan harus saya akui daging babi itu HUENAAAKKKK TENANNN

"Lohhh ... kok alasannya enak, bro? "

"Ya iyalahh .. Coba kalau yang diharamkan itu daging kecoa atau daging cacing kremi (wueksss) ... Ya gak usah diharamin oleh Allah umat manusia udah kagak doyan!!! "

Allahu'alam... Semoga bermanfaat .


Kamis, 07 Juli 2011

AYAT-AYAT SEMESTA

Apa sih sebenarnya tujuan hidup manusia itu?

Kekayaan?... Jabatan?... Keluarga yang bahagia?... Nama besar?...

Sahabatku, sebenarnya itu semua hanyalah tujuan duniawi yang semu. Ada sebuah tujuan hidup yang hakiki. Yang merupakan cetak biru dari Sang Pencipta... Ya! Tujuan hidup ini sebenarnya hanyalah untuk kembali kepada-Nya. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang kekal, melainkan akan kembali kepada-Nya. Dari tiada, menuju ada, dan kemudian tiada lagi.

Semua makhluk, termasuk manusia, tentu saja akan kembali kepada Allah. Akan tetapi, apakah semua manusia itu akan sama keadaannya ketika berhadapan dengan Allah? Tentu tidak. Ada yang kembali dalam keadaan terhormat, dan ada pula yang kembali dalam keadaan hina.

Bagaimana caranya agar kita bisa kembali kepada Sang Pemilik Jiwa Raga kita dalam keadaan terhormat?

Tentu saja dengan mengenal-Nya!

Mengenal-Nya... ?

Bukankah hampir semua manusia mengenal-Nya?
Ya.. tapi sekedar kenal nama dan sebutan-Nya saja. Mengenal di sini berarti adalah mengenal dengan kesadaran penuh sehingga kita mengerti apa yang dikehendaki-Nya.

Oke.. Kalau begitu bagaimana cara mengenal-Nya?

Ya dengan segala aturan-Nya yang bisa ditemui pada kitab-kitab suci, seperti Al Qur’an bagi umat Islam. Ayat-ayatnya memberikan petunjuk kepada kita bagaimana cara mengenal Allah.

Ya ya ya.. kami setiap hari mengaji, bahkan menghafal ayat-ayat Al Qur’an. Apakah berarti kami telah mengenal Allah?

...Ya, tapi belum cukup

Sesungguhnya ayat-ayat Al Qur’an hanyalah petunjuk dasar saja, untuk kita dapat menemukan ayat-ayat Allah yang lain!

Ohh.. masih adakah ayat-ayat Allah yang lain? Ya, ya, dan ya! Ayat-ayat Allah ternyata tersebar di mana-mana. Di seluruh alam semesta!

QS Yusuf [12] : 105
"Dan banyak sekali ayat-ayat Allah di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya.

Saudaraku... mari kita mencermati ayat pertama Al Qur’an yang turun: “Bacalah!” Sesungguhnya maknanya lebih dari sekedar membaca alias mengeja huruf demi huruf pada ayat-ayat Al Qur’an. “Bacalah” di sini secara luas maknanya adalah “Bacalah tanda-tanda kekuasaan Allah, agar kamu mengenal-Nya!”

Seringkali kita membaca ayat-ayat Al Qur’an tetapi sebatas di bibir saja, tidak sampai ke otak dan hati. Sehingga kita mengabaikan perintah yang jelas termuat dalam ayat-ayat tersebut.

QS Adz-Dzariyaat [51] : 20-21
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?

QS Yasiin [36] : 77
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

QS Al Ghaasyiyah [88] : 17-20
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

QS Al Jaatsiyah [45] : 13
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.”

Ternyata Allah memerintahkan kepada umat manusia agar mengerti tanda-tanda kekuasaannya dengan membaca alam semesta! Bagaimana kita bisa tahu tentang rahasia alam semesta, jika kita malas belajar ilmu pengetahuan??!

Jika ingin tahu bagaimana Allah menciptakan makhluk hidup, pelajarilah biologi! Jika ingin tahu bagaimana Allah menciptakan bumi dan langit, pelajarilah geologi dan asronomi! Jika ingin tahu bagaimana Allah menyusun karakteristik hubungan antar manusia, pelajarilah sosiologi! Jika ingin tahu bagaimana cara mengelola bumi ini sehingga bisa mensejahterakan masyarakat, maka pelajarilah ilmu ekonomi! Jika ingin dunia ini semakin berwarna, maka pelajarilah ilmu kesenian!

Seperti itulah yang dikehendaki Allah pada umat manusia, untuk terus mencari tanda-tanda Allah dengan ilmu dan hikmah! Namun sayang, banyak di antara kita yang mengaku Islam (dan paling Islami) ternyata lebih suka duduk membaca dan mengulang-ulang ayat-ayat Al Qur’an (dan banyak yang hanya tahu bahasa Arabnya saja tanpa tahu artinya). Kemudian ayat-ayat tersebut dihapal untuk dipamerkan kepada orang awam. Sementara ayat-ayat Allah yang berserakan di alam semesta diabaikan begitu saja!

Dengan ilmu yang terbatas itu, sebagian dari kita malah bersikap sombong dan mengatakan bahwa tidak perlu mendengar dan mencari tahu sumber-sumber lain, karena Islam (baca: Al Qur’an) telah menyediakan semua! Ini jelas pemikiran yang error, karena Al Qur’an baru menyediakan aturan dasar saja sementara Allah memerintahkan kita untuk terus mengembangkan potensi diri dengan belajar dan berpikir! Lebih parah lagi jika ada orang yang mengaku Islam tapi mengatakan kalau mempergunakan akal pikiran akan menjadikan kita sesat! Allah justru murka terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akal pikirannya!

QS Yunus [10] : 100
Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya

Maka dari itu sahabat.. Pelajarilah ayat-ayat Allah dalam Al Qur’an, dan lanjutkan dengan mempelajari ayat-ayat Allah yang tersebar di seluruh penjuru alam semesta, dengan ilmu pengetahuan! Di situ kita akan benar-benar melihat, dengan penuh kekaguman, betapa alam semesta yang luas, indah, penuh warna, dengan sistemnya yang teratur, adalah bukti kebesaran Allah SWT.. Subhanallah!

Dengan berilmu, maka akan semakin mudah mengenal Allah. Dimulai dengan akal pikiran, maka hati akan tulus mengabdi kepada Sang Pencipta. Kalau kita telah mengenal Allah, maka perilaku kita akan semakin baik. Kita akan sadar betapa kecilnya kita di hadapan Allah. Kita tidak akan bersikap sombong dan merasa paling pintar dari orang lain. Dengan mengenal Allah melalui tanda-tandanya, kita akan semakin mengerti tentang arti kehidupan, menghargai nilai-nilai kemanusiaan, dan akan bijak dalam menyikapi perbedaan. Ibarat ilmu padi, semakin berisi semakin menunduk.

Allahu’alam, Semoga bermanfaat ..


Rabu, 06 Juli 2011

KENAPA BABI HARAM?

Oleh Umar Faruq pada 6 Juli 2011 pukul 8:15

QS. Al An’aam [6] : 145
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Ayat di atas sangat menarik. Dikatakan bahwa babi itu kotor. Apanya yang kotor??
Kata rijsun – kotor -, rijsa, berakar kata dari rajisa, yang menurut kamus al Munawwir memiliki makna perbuatan keji, kotor, dan bujuk rayu setan sehingga menimbulkan kemudharatan. Kata-kata ini selain digunakan untuk mengharamkan daging babi, darah, bangkai, juga digunakan untuk mengharamkan perjudian, khamr (yang memabukkan), menyembah berhala dan mengundi nasib.

Penggunaan kata rijsun atau rijsa adalah berbagai perbuatan yang dilarang itu mengacu kepada adanya kemudharatan di dalam perbuatan itu yang tidak hanya bersifat fisik, melainkan juga psikis.

Jadi, alasan utama pelarangan daging babi itu memang benar-benar karena kotor dalam arti fisik dan psikis. Kok bisa? Cobalah anda perhatikan kehidupan babi. Ia adalah binatang yang memiliki lingkungan hidup kotor dan makanannya pun kotor.

Apa saja dimakannya. Mulai dari sisa makanan yang baik sampai yang sudah busuk. Air bersih sampai air comberan. Bahkan kotorannya sendiri pun dimakan. Babi adalah binatang yang sangat rakus.

Lingkungan hidupnya jorok, sehingga sangat riskan untuk menjadi media penularan berbagai macam bakteri dan virus. Di dalam tubuh babi terdapat banyak racun, cacing, dan penyakit-penyakit tersembunyi. Tubuh babi menjadi media bagi puluhan jenis penyakit yang membahayakan manusia. Cacing pita adalah salah satu dari jenis penyakit berbahaya yang ngendon di tubuh babi. Selain cacing pita masih ada cacing trachenea lolipia, cacing trichinella spiralis, cacing taenia solium.

Influensa adalah penyakit lain yang sering ditularkan oleh babi kepada manusia. Penyakit ini masuk ke paru-paru babi selama bulan-bulan musim panas dan cenderung menular kepada babi lainnya dan juga kepada manusia pada bulan yang lain. Sosis babi mengandung sedikit paru-paru babi, sehingga orang yang makan sosis babi akan mengalami penderitaan yang lebih berat pada masa terjadinya wabah influensa.

Karena itu, dalam sebuah peternakan, babi harus harus selalu diberi antibiotik dalam dosis yang tinggi. Di Jerman dilaporkan sebuah kasus penolakan daging babi, karena kadar antibiotiknya yang demikian tinggi sehingga membahayakan konsumen. Makan daging babi sama dengan makan antibiotik. Jika itu terjadi dalam kurun waktu panjang, akan sangat membahayakan sistem imunitas tubuh manusia.

Daging babi juga mengandung banyak sekali histamin dan senyawa imidazol yang menyebabkan gatal dan inflamasi; hormon pertumbuhan meningkatkan inflamasi dan pertumbuhan, mensenchymal mucus yang berisi sulfur, dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan dan menghasilkan mucus di tendon dan tulang rawan, sehingga menyebabkan terjadinya radang sendi, reumatik, dan sebagainya. Sulfur dapat menyebabkan terjadinya degenerasi pada tulang rawan manusia.

Memakan daging babi juga dapat menyebabkan terjadinya kencing batu dan kegemukan. Barangkali karena kolesterolnya yang tinggi dan kandungan lemak tak jenuh.

Bahaya lain yang terdapat pada babi adalah mekanisme biokimiawi tubuhnya. Babi banyak menyimpan urid acid di dalam darahnya. Urid acid (asam urat) yaitu suatu senyawa kimia yang bisa berbahaya bagi kesehatan manusia. Hanya sekitar 2% saja urid acid yang dikeluarkan lewat kencingnya. 98% masih tersimpan di dalam tubuhnya. Celakanya, babi tidak bisa disembelih di bagian lehernya, karena babi memang tidak punya leher. Sehingga darah yang semestinya dikeluarkan saat penyembelihan, pada babi tidak terjadi. Kandungan uric acid ini berbahaya bagi kesehatan konsumen karena bisa memicu berbagai penyakit persendian. Sejumlah penyakit kulit juga dilaporkan terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi daging babi secara terus menerus.

Babi juga merupakan inkubator yang baik bagi parasit dan virus toksik, meskipun binatang ini tidak tampak sakit ketika membawa penyakit ini. Seorang ilmuwan dari University of Giessen’s Institute for Virology di Jerman dalam penelitiannya mengenai wabah influensa di seluruh dunia menunjukkan bahwa babi adalah satu-satunya binatang yang dapat bertindak sebagai sarana pencampur bagi virus-virus influensa baru yang dapat dengan serius mengancam kesehatan dunia. Jika seekor babi diekspos ke DNA virus manusia, kemudian ke virus burung, maka babi tersebut akan mencampur kedua virus tersebut dan mengembangkan sebuah DNA baru yang seringkali sangat berbahaya bagi manusia. Virus-virus ini menyebabkan terjadinya wabah dan kerusakan di seluruh dunia. Gabungan dari rangkaian genetika dari influensa babi kepada influensa manusia tersebut dapat menciptakan kerusakan yang mematikan dan membunuh 40 juta manusia di seluruh dunia pada tahun 1918 dan 1919 (Journal reference: Science (vol.293, p.1842). Para ahli virus telah menyimpulkan bahwa jika kita tidak menemukan cara untuk memisahkan manusia dengan babi, maka seluruh penduduk bumi berada dalam bahaya. The 1942 Yearbook of Agriculture melaporkan bahwa 50 penyakit ditemukan pada babi, dan sebagian dari penyakit ini masuk kedalam tubuh manusia karena mereka makan daging babi.

Dr. Gordon S. Tessler, dalam bukunya yang luar biasa The Genesis Diet, berkomentar, “Seseorang boleh dikatakan sedang melakukan bunuh diri pelan-pelan ketika ia makan sosis atau sepotong babi...”

Penularan penyakit-penyakit babi kepada manusia menjadi efektif karena kemiripan genetika pada keduanya. Karena alasan genetika itu pula, sebagian transplantasi organ dilakukan dari babi kepada manusia. Misalnya transplantasi jantung – sebagian atau pun seluruhnya – dan organ-organ lainnya, seperti hati dan ginjal. Bahkan ke masa depan, kulit babi pun bisa didonorkan kepada manusia, karena alasan kemiripan genetika itu.

Kemiripan genetika itu bisa menjadi media penularan efektif, bukan hanya secara fisik, melainkan juga secara psikis.

Babi memiliki sifat buruk. Di antaranya babi selalu melawan perintah. Jika di dorong maju, dia justru akan bergerak mundur. Dan jika di dorong mundur dia justru bergerak maju. Maka perhatikanlah bagaimana cara peternak babi jika ingin memasukkan hewan itu ke dalam keranjang. Di depan babi itu diletakkan keranjang terbuka, lantas babi itu ditarik ekornya. Maka meloncatlah si babi masuk keranjang.

Bukan hanya kebiasaan yang rakus. Dalam makanan atau lingkungan hidup yang jorok, dan perilaku yang suka melawan, babi juga memiliki kebiasaan seks yang ‘tidak baik’, untuk sekelas binatang pun. Apalagi manusia.

Babi suka melakukan hubungan seks secara ramai-ramai, sekaligus homoseksual. Jika di dalam kandang ada satu betina dan dua jantan maka tidak akan terjadi pertarungan antara pejantan untuk berebut betina. Para pejantan justru akan melakukan kompromi dan menyetubuhi betinanya ramai-ramai. Bahkan kemudian melakukan homoseks diantara para pejantan itu sendiri.

Karena itu ada istilah mem’babi-buta’ untuk orang yang sudah tidak bisa mengontrol diri dalam berperilaku. Babi yang tidak buta saja saja sudah demikian ‘rusak moral’-nya, apalagi babi buta.

Dan yang lebih ngeri lagi adalah transfer energi negatif yang terjadi dari babi kepada manusia yang memakan dagingnya, dikarenakan proses ‘penyembelihan’ yang tidak berperikebinatangan.

Perhatikan, bagaimana para peternak ‘menyembelih’ babi di sebuah rumah potong ataupun secara pribadi. Seperti kita ketahui, babi tidak punya leher, sehingga sulit untuk membunuh babi dengan cara menyembelih. Pembuluh darah di lehernya tertanam cukup dalam sehingga tidak terkena pisau penyembelih. Maka, untuk membunuh babi, seseorang harus melakukan aksi brutal.

Ada yang mengepruk kepalanya dan mengeluarkan otaknya. Ada yang membacoki dengan parang berkali-kali sampai kepalanya terbelah. Ada yang menusuk dadanya dengan besi sehingga kena jantungnya, dan sebagainya.

Anda bisa membayangkan betapa menderita dan tersiksanya si babi pada saat sekarat. Karena semua cara itu sangat menyakitkannya dan tidak bisa sekaligus membunuhnya. Kecuali setelah berkali-kali dilakukan.

Ini sangat berbeda dengan cara yang dianjurkan Islam, yaitu memotong pembuluh darah di leher ternak dengan pisau tajam sehingga tanpa tersiksa binatang itu mati karena kehabisan darah. Ada dua hal yang terjadi sekaligus, yaitu keluarnya darah yang memang kotor, dan proses sekarat tanpa kesakitan. Dengan cara seperti itu, akan menyebabkan kematian hewan karena kehabisan darah dari tubuh, bukan karena cedera pada organ vitalnya. Sebab jika organ-organ, misalnya jantung,hati, atau otak rusak, hewan tersebut dapat meninggal seketika dan darahnya akan menggumpal dalam urat-uratnya dan akhirnya mencemari daging. Hal tersebut mengakibatkan daging hewan akan tercemar oleh uric acid, sehingga menjadikannya beracun. Hanya pada masa kini-lah, para ahli makanan baru menyadari akan hal ini.


Binatang yang mati dengan cara tersiksa dan menjerit-jerit akan menghasilkan energi negatif yang meresap ke dalam seluruh organ tubuhnya termasuk ke dalam serat-serat dagingya. Lantas, kita makan. Maka energi negatif itu akan masuk ke dalam tubuh kita dan kemudian meresap juga ke dalam organ-organ tubuh kita, mempengaruhi kualitas badan dan jiwa. Karena kemiripan genetika antara keduanya itu maka transfer energinya menjadi sangat efektif. Informasi genetikanya meresonansi genetika orang yang memakannya.

Maka jangan heran, di era segala macam makanan haram beredar luas seperti ini, sifat-sifat manusia menjadi “membabi-buta”. Rupanya karena memperoleh transfer energi negatif dari apa yang telah dikonsumsinya.

QS. Al Maaidah [5] : 3
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

QS. Al Maaidah [5] : 4
Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.

QS. An Nahl [16] : 114
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.

Salam... ^_^

Minggu, 03 Juli 2011

RAMADHAN BULAN PENUH BERKAH

Sahabat JERNIH semuanya ...

Dalam beberapa hari ke depan, kita akan menghadapi bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, di mana pintu surga dibuka seluas-luasnya bagi hamba-Nya yang bertakwa.

QS. Al Baqarah [2]: 183
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Saya hanya ingin mengingatkan kepada sesama muslim, akan tanggung jawab kita mengemban amanah “Ramadhan, bulan yang penuh berkah”. Inilah bulan yang penuh berkah! Namun pertanyaannya: Berkah untuk siapa? Apakah hanya untuk orang-orang muslim saja? Oh .. tentu tidak. Karena sudah jelas Islam ada sebagai rahmat bagi semesta alam. Dengan demikian, sudah seharusnya orang-orang non-muslim pun merasakan berkah dari bulan Ramadhan tersebut.

Jika kita memahami hakikat tujuan dari berpuasa, yaitu menjadikan manusia agar bertakwa, sudah tentu Allah memerintahkan kepada umat manusia agar dengan segala daya upayanya meraih ketakwaan. Dengan aturan dasar menahan diri dari lapar dan haus, tidak menghalangi semangat umat Islam untuk terus berbuat kebajikan, berlaku sabar, menebar damai dan kasih sayang, tolong menolong, dan hormat menghormati antar sesama makhluk Tuhan.

Namun demikian, ternyata masih banyak umat Islam yang kurang paham akan hakikat berpuasa ini. “Bulan Ramadhan yang penuh berkah” ini, tanpa sadar dirubah menjadi “bulan penuh bencana” bagi orang lain, karena sebagian dari kita justru menjadikan bulan ini sebagai ajang untuk bersikap sombong, pamer, sewenang-wenang, dan melanggar hak asasi orang-orang yang tidak sedang ber-Ramadhan. 

Ketika Ramadhan tiba, maka berlomba-lombalah masjid dan musholla untuk mengumandangkan lantunan ayat-ayat Al Qur’an sepanjang waktu melalui loudspeaker yang disetel dengan volume yang keras! Seolah-olah semua orang dari agama apa pun wajib hukumnya menikmati bulan Ramadhan. Belum lagi ronda malam dengan memukul kentongan keras-keras dan berteriak-teriak untuk membangunkan orang saur. Ya kalau ini dilakukan di desa yang tradisinya kuat dan hampir seluruh masyarakatnya muslim sih tidak apa-apa, akan tetapi ini juga dilakukan di perkotaan yang mana masyarakatnya heterogen, tidak hanya muslim. Bukankah di zaman sekarang, hampir semua orang punya jam weker yang bisa disetel agar kita bangun pada saat saur?

Tentu masih segar dalam ingatan kita, bagaimana ormas-ormas “Islam” yang melakukan sweeping (bahkan pengrusakan) terhadap rumah-rumah makan yang tetap buka di siang hari. Tidakkah perbuatan ini melanggar hak mereka untuk mencari nafkah? Bahkan ketika mereka “menghukum” muslim yang tidak berpuasa pun, mereka sudah melanggar ajaran Islam bahwa beribadah itu tidak bisa dipaksakan dan harus dilaksanakan dengan keikhlasan.

Dengan wajah garang mereka mendatangi rumah-rumah makan dan memaksa pemilik rumah makan itu untuk menutup jendela dengan kain agar tidak terlihat, yang alasannya adalah untuk menghormati yang berpuasa. Ini logika yang aneh! Tentu saja kita yang berpuasa ini sangat senang apabila orang lain mau menghormati ibadah kita ini. Tapi jangan sampai kita yang meminta (baca: memaksa) untuk dihormati! Justru kitalah yang seharusnya menghormati yang tidak berpuasa! Jika toh mereka tidak mau menghormati kita yang berpuasa, kita harus memahami ini adalah bagian dari ujian Allah untuk kita selalu berlaku sabar. Janganlah perbuatan yang buruk itu dibalas dengan cara yang buruk, balaslah dengan perbuatan yang baik! Tidakkah kita memahami apa yang Al Qur’an ajarkan?

QS. Al Mu’min [40]: 58)
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”

Berpuasa adalah salah satu proses yang harus dijalani seorang muslim untuk mencapai derajat ketakwaan. Tentu saja jalan itu tidak mudah, dan pastinya sulit! Maka dari itu sangat tidak bijaksana, ketika kita memaksakan kepada orang lain untuk “mempermudah” ibadah puasa kita. Saya pernah mempunyai pengalaman ketika mendatangi rumah seorang teman non-muslim pada saat bulan Ramadhan. Ketika saya datang, beliau sekeluarga sedang makan siang dan begitu melihat saya, mereka seperti hendak menghentikan makan siang mereka, karena merasa tidak enak dan ingin menghormati saya yang sedang berpuasa. Saya katakan kepada mereka (bahkan meyakinkan) untuk melanjutkan makan siang mereka, karena bagi saya tidak akan ada pengaruh apa-apa. Saya berpuasa karena Allah, tidak akan ada suatu apa pun yang akan menghalangi niatan saya. Bahkan saya meyakini derajat ketakwaan saya akan lebih baik oleh sebab itu.

Bulan Ramadhan ibarat Kawah Candradimuka, di mana keimanan dan ketakwaan kita akan digodok dengan berbagai macam godaan dan cobaan, sehingga ketika bulan Syawal tiba, kita akan kembali fitrah, suci, dan bersih. Kita harus hadapi segala godaan dan cobaan tersebut dengan penuh kesabaran. Analoginya, ada dua lembar soal. Yang satu lembar soal SD, dan yang satu lagi lembar soal Perguruan Tinggi. Ketika kita lulus, kira-kira mana yang lebih membanggakan? Tentu saja yang lembar soal Perguruan Tinggi, karena soal-soalnya pasti jauh lebih sulit dibanding soal-soal SD. Sama saja dengan berpuasa. Jika ketika kita berpuasa kita minta orang lain untuk menghormati kita, tidak makan minum di depan kita, tidak mengganggu kesabaran kita: “Di mana letak tantangannya?” Gak seru kan? Berbeda halnya jika kita tetap mampu menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesabaran meskipun sedang bekerja di tengah teriknya sinar matahari, sementara ada orang lain yang enak minum jus yang dingin, kemudian ada orang yang tingkah lakunya “nyebelin banget”, dan adanya senyuman wanita seksi yang menggoda.

Bulan Ramadhan.. Bulan yang penuh berkah. Jadikan bulan Ramadhan ini sebagai berkah bagi semesta alam! Tidak hanya berkah bagi seorang muslim yang berburu pahala dan ampunan dari Allah, akan tetapi biarkan semua orang di dunia ini merasakan: bahwa setiap bulan Ramadhan tiba, akan ada lebih banyak muslim yang bersabar, tersenyum, tolong menolong, dan menghormati. Indahnya bulan Ramadhan jika semua umat Islam memiliki kesadaran yang demikian, sehingga saya sangat yakin, bulan Ramadhan ini tidak akan cuma dinanti oleh orang-orang muslim, akan tetapi juga non-muslim seluruh dunia! Insya Allah, seluruh umat manusia akan merasakan berkah Ramadhan, sehingga di bulan suci ini semakin banyak orang yang mendapat hidayah Allah .. Amien 3x

Allahu’alam ...

Semoga bermanfaat ...