Mengapa Allah izinkan banyak terdapat 'agama' (baca
: syariat)?
Bukankah dengan satu agama hukum Allah akan benar-benar
dapat ditegakkan? Bukankah perbedaan agama membuat masing-masing umat bertengkar
untuk sebuah klaim kebenaran?
Tidak usah jauh-jauh, di Indonesia ini terlihat
bagaimana aroma persaingan umat Islam dan Nasrani untuk berebut umat. Seakan-akan
agama kita ini seperti lomba 17-an, banyak-banyakan nangkap kodok untuk menjadi
pemenang. Tidak heran jika persaingan ini secara tidak disadari menjadi komoditi
dagang orang-orang yang memanfaatkan label agama. Banyak kita menjumpai bahwa dalam
suatu pengajian atau kebaktian, umat yang satu mendiskreditkan umat lain, dan sebaliknya.
Seringkali kita sebagai Mukmin menaruh kecurigaan
yang begitu besar, kepada kegiatan-kegiatan agama lain. Misalkan saja kebaktian
atau pendirian gereja bagi umat Nasrani. Sehingga lahir istilah populer "Kristenisasi."
Saya tidak menafikkan fakta bahwa memang ada gerakan penyebaran agama Kristen secara
sistematis, akan tetapi saya lebih tertarik untuk mendiskusikannya dalam sudut pandang
Islam, bagaimana kita menyikapi masalah Kristenisasi ini, atau gerakan agama mana
pun, secara Islami.
Bagi umat Nasrani, memberitakan Injil itu memang
suatu keharusan. Bisa dibaca pada kitab Injil Markus 16:15 "Pergilah ke seluruh
dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk." Jadi dalam pandangan saya,
amat wajar jika umat Nasrani merasa wajib untuk mengkristenkan orang yang belum
menjadi Kristen. Biarlah mereka dengan apa yang mereka yakini, sehingga kita tidak
perlu kebakaran jenggot jika ada pendirian gereja maupun kebaktian.
Nah, sekarang bagaimana dengan pandangan Islam?
Benarkah Islam mengajarkan tentang kuantitas? Jika umat kita ini banyak, apalagi
bisa mengislamlam orang dari umat lain (meskipun dengan cara memaksa) kita ini berarti
sudah beragama Islam yang sebenar-benarnya?
Rasulullah pernah berkata, "Jumlah kalian pada
saat itu banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan".
Ini adalah bentuk sindiran, bahwa kuantitas itu
bukanlah yang diutamakan dalam berislam!
QS Al Baqarah [2] : 148
"Dan bagi TIAP-TIAP UMAT ADA KIBLATNYA (SENDIRI)
yang ia menghadap kepadanya. Maka BERLOMBA-LOMBALAH (DALAM BERBUAT) KEBAJIKAN. Di
mana saja kamu berada pasti ALLAH AKAN MENGUMPULKAN KAMU SEKALIAN (PADA HARI AKHIR).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
QS Al Maidah [5]: 48
"Untuk TIAP-TIAP UMAT di antara kamu, KAMI
BERIKAN ATURAN DAN JALAN. SEANDAINYA ALLAH MENGHENDAKI, NISCAYA DIA MENJADIKAN KAMU
SATU UMAT, tetapi ALLAH HENDAK MENGUJI KAMU mengenai pemberian-Nya kepadamu, maka
BERLOMBA-LOMBALAH BERBUAT KEBAJIKAN."
Sebuah hikmah yang sangat tegas dan gamblang telah
diturunkan Allah kepada kita!
Allah menciptakan umat manusia dengan syariat masing-masing
untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan!
Tidak ada perintah Allah yang menyuruh umat manusia
untuk rebutan banyak-banyakan umat! Akan tetapi amat disayangkan bahwa sebagian
dari kita malah sangat disibukkan dengan urusan ini, dan melalaikan perintah untuk
berbuat kebajikan. Kebajikan seperti apakah itu?
QS Al Baqarah [2] : 177
"BUKANLAH MENGHADAPKAN WAJAHMU KE ARAH TIMUR
DAN BARAT ITU SUATU KEBAJIKAN, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa."
Jadi, daripada kita sibuk mencari-cari kesalahan
dan cacat dalam agama lain, menyesat-nyesatkan dan mengkafir-kafirkan orang yang
tidak sepaham, mengapa tidak kita dorong diri pribadi, keluarga, kelompok, masyarakat,
bangsa, dan umat keseluruhan untuk menjadi insan yang mulia, yang bertakwa di sisi
Allah?
Jika kita meyakini Islam sebagai agama terakhir
yang disempurnakan, dengan seperangkat petunjuk sebagaimana disebutkan dalam (QS
2 : 2), maka seharusnya tidak ada keraguan dan penuh percaya diri bahwa kita akan
menjadi insan terbaik dalam perlombaan kebajikan yang diselenggarakan oleh Allah.
Kalau begitu, apakah berarti kita tidak boleh berdakwah
kepada umat lain? Tidakkah kita diperbolehkan untuk mencari calon-calon 'mualaf'?
Ya siapa bilang tidak boleh? Boleh-boleh saja. Tapi jelas ada aturannya.
QS An Nahl [16] : 125
" SERULAH
(manusia) kepada JALAN TUHAN-MU dengan HIKMAH dan PELAJARAN yang BAIK serta bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya TUHANMU Dialah yang LEBIH MENGETAHUI
SIAPA YANG TERSESAT dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang MENDAPAT
PETUNJUK "
QS Al Baqarah [2] : 256
"TIDAK ADA PAKSAAN DALAM BERAGAMA; sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa
yang menolak kejahatan dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui."
Berdakwahlah yang baik dan penuh kesabaran, tapi
jangan sekali-kali memaksa! Ibarat kita mau memberi kue yang lezat, tapi kalau yang
ditawari tidak mau jangan pernah dipaksa, toh kita juga tidak dirugikan sedikit
pun!
Justru dengan keberadaan orang-orang Non-Mukmin,
maka kita diberikan sarana untuk mempraktekkan ajaran toleransi yang luar biasa
dalam Al Qur'an. Jika semua orang di dunia ini 'Mukmin' semua, satu pandangan, tidak
ada yang tersesat, ... nah, mau dikemanakan ayat-ayat itu? Sia-sia bukan?
Kesimpulannya adalah: di balik Allah menciptakan
umat dengan syariatnya sendiri-sendiri, Allah memerintahkan umat manusia untuk menjadi
umat terbaik dengan pencapaian kebijakan yang terbaik. Allah sudah menurunkan Al
Qur'an yang penuh hikmah, sudah tentu tidak perlu khawatir kita akan gagal dalam
perlombaan ini, selama kita menjalankan perintah dalam Al Qur'an secara ikhlas dan
benar.
Ketika umat kita telah menjadi pribadi-pribadi yang
Qur'ani, maka kita bisa tersenyum ketika melihat ada gereja dibangun di lingkungan
kita seraya berkata, "silakan saja anda bangun 1000 gereja di sini, tapi kami
telah membekali anak cucu kami dengan iman yang kuat, yang insya Allah tidak akan
tergoyahkan. Mari kita berkompetisi secara sehat untuk berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya
di muka bumi ini."
Allahu'alam..