Salah satu kajian yang semakin menarik dewasa ini adalah soal kesadaran
semesta. Benarkah alam semesta memiliki kesadaran, ataukah sebaliknya semesta bergantung
kepada kesadaran manusia. Dengan kata lain, manakah yang lebih substansial: alam
semesta ADA dikarenakan adanya KESADARAN MANUSIA, ataukah manusia ADA dikarenakan
adanya KESADARAN SEMESTA? Ataukah, kedua-duanya merupakan akibat saja dari Suatu
KESADARAN yang LEBIH TINGGI? Al Qur’an memberikan ‘clue’ dalam ayat-ayatnya, terkait
dengan sistem informasi yang berkesadaran itu.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Kesadaran
bukanlah entitas yang bersifat material. Karena itu, tidak bisa dipegang. Tidak
bisa difoto ataupun divideo. Tidak bisa didengar. Tidak bisa dikecap. Pendek kata
tidak bisa dijangkau oleh panca indera. Sehingga, sains yang bersifat materialistik
memang sudah tidak mampu lagi untuk memahaminya. Tapi, apakah karenanya, entitas
kesadaran itu tidak ada? Tentu saja berlebihan kalau ada orang yang berpendapat
seperti itu. Sains bukanlah segala-galanya. Terlalu banyak realitas alam semesta
yang tidak bisa diungkap dengan sains. Sehingga, menjadi konyol kalau kita memutlakkan
sains sebagai satu-satunya ukuran bagi eksistensi segala peristiwa.Yang kalau tidak
terukur oleh sains lantas kita katakan sesuatu itu tidak ada.
Kesadaran
juga bukanlah energi. Meskipun ia bisa memicu munculnya energi. Atau, setidak-tidaknya
menyebabkan energi berdinamika. Misalnya, dengan kesadaran yang kita miliki, kita
lantas bisa menggerakkan tangan, kaki, mata, dan seluruh anggota tubuh. Ada energi
yang menggerakkan anggota tubuh, berdasar perintah kesadaran. Jika kesadaran kita
itu tidak berkehendak, maka energi tubuh kita pun tetap diam alias tidak berdinamika.
Energi itu bisa saja berbentuk energi kimia, atau mekanik, atau elektrik, ataupun
energi potensial apa pun. Tapi intinya, kesadaran bukanlah energi, dan energi bukanlah
kesadaran.
Kesadaran
juga bukanlah ruang ataupun waktu. Karena, kedua variabel ini pun bersifat mati.
Kesadaran adalah sistem informasi yang memiliki kecerdasan, dan hidup. Saya perlu
menegaskan hal ini, karena rupanya masih ada yang terjebak dengan kesimpulan yang
kurang tepat, yang menganggap energi itu hidup. Dan bisa memerintah diri sendiri,
serta memiliki kehendak, dan tujuan. Saya kira, perlu dilakukan perenungan lebih
jernih tentang variabel-variabel alam semesta terkait dengan apa yang disebut sebagai
makhluk hidup. Karena keempat variabel itu - materi, energi, ruang & waktu –
sampai kapan pun, tidak akan bisa menghasilkan makhluk hidup yang berkehendak dan
memiliki kecerdasan. Kecuali diintervensi oleh ‘Sesuatu’ dari luar variabel, yang
memiliki Kehendak dan Kecerdasan.
Kalaupun
mau dibahas secara saintifik, atau setidak-tidaknya menggunakan terminologi sains,
persoalan ruh dan jiwa itu tidak cocok dibahas hanya dengan ilmu Kimia, Fisika,
Matematika, dan Biologi yang materialistik. Yang agak sesuai dengan wilayah ruh
dan jiwa itu adalah Psikiatri. Tetapi sayangnya oleh sebagian orang yang mengklaim
dirinya saintis, Psikiatri ini dianggap sebagai ‘sains abal-abal’ alias pseudo
science, karena pembahasannya tidak sepenuhnya obyektif, melainkan sudah melibatkan
subyektivitas.
Seorang
Sahabat saya - Prof. Dr. dr. Suhartono Taat Putra MS - yang ahli Psycho Neuro Imunology,
mengatakan bahwa ilmu pengetahuan manusia tentang makhluk hidup di masa depan akan
menjadi sedemikian kompleksnya. Melebihi kerumitan memahami penciptaan alam semesta
yang obyektif. Jika untuk memahami alam semesta kita membutuhkan Astrofisika, Astrokimia,
Astromatematika, dan sebagainya, maka untuk memahami manusia itu kita tidak hanya
membutuhkan Biokimia, Biofisika, Biologi, dan Biokuantum yang masih di wilayah obyektif,
melainkan harus memasuki wilayah yang subyektif. Karena ternyata, seluruh proses
yang bersifat Biokimia, Biofisika dan Biokuantum itu hanya merupakan akibat saja
dari dinamika ‘sesuatu’ yang sangat subyektif di dalam diri manusia.
Selain
Psikiatri, sains modern yang agak mendekati wilayah ruh dan jiwa itu adalah teori
informasi. Dimana dewasa ini, peradaban sedang ‘dikuasai’ oleh bidang ini. Materi
dan energi tidak lagi menjadi 'aktor utama' dalam ilmu ini. Ia hanya menjadi alat
alias media saja. Kalau kita bicara soal handphone misalnya, yang kita bahas tidak
lagi bahannya apa. Atau, baterainya apa. Melainkan fitur-fitur informasinya.
Bicara
tentang ruh dan jiwa, tidak lagi bicara soal materi dan energi, melainkan bicara
soal fitur-fitur informasi yang ada di dalamnya. Karena itu, jangan terjebak pada
memahami ruh dan jiwa sebagai entitas energi. Karena energi hanya menjadi media
bagi jiwa untuk menyalurkan informasi yang sinyalnya berasal dari ruh.
Ibarat
handphone, sistem informasi itu tidak bisa mewujud dengan sendirinya tanpa ada sosok
gadget dan tanpa ada energi dari baterai. Tetapi, gadget yang sudah
ada baterainya pun tidak akan bisa berfungsi jika tidak ada sistem informasinya.
Memang, analogi ini tidak persis betul dengan manusia. Karena, dalam diri manusia,
yang disebut kehidupan itu termasuk di dalam ‘fitur’ ruh. Di dalam ruh itu ada beragam
sifat ketuhanan ataupun fitur kehidupan yang menghidupkan. Sedangkan pada handphone
‘kehidupan’ itu ada karena baterai.
Kalaupun
mau dianalogikan secara lebih baik, energi listrik dan operating system itulah
RUH. Software aplikasinya adalah JIWA. Sedangkan sosok gadget adalah
TUBUH. Seluruh kendali atas fungsi handphone itu bergantung pada OS (Operating
System), termasuk kendali on-off-nya. Tetapi fungsi-fungsi aplikasinya
ada pada software aplikasi yang mewakili jiwa. Dimana software itu
bisa di upgrade ataupun di downgrade, sebagaimana jiwa manusia juga
bisa dididik menjadi lebih baik ataupun dipengaruhi lingkungan untuk menjadi lebih
buruk.
Nah,
terkait dengan manusia, kesadaran itu bukanlah di sistem materi dan sistem energinya,
melainkan di sistem informasi. Bahkan, masih perlu ditambahkan ‘sistem informasi
yang hidup’. Itulah yang telah saya tulis di notes sebelum-sebelumnya – saat membahas
ruh sebagai sistem informasi – tetapi rupanya belum tertangkap substansinya. Sehingga,
masih ada yang berkutat pada sistem energi yang mati, padahal materi dan energi
tak lebih hanya berfungsi sebagai media belaka.
Lebih
jauh, sistem informasi ini bukan hanya berhenti di dalam diri manusia, karena sebagaimana
telah kita bahas, alam semesta pun memiliki sistem informasi yang cerdas itu. Maka,
terkait dengan pembahasan soal kesadaran ini, kita menangkap benang merahnya. Jika
sistem informasi terkait dengan kesadaran, maka kesadaran itu sebenarnya tidak hanya
berhenti di diri manusia. Melainkan juga dimiliki oleh alam semesta. Dan manusia,
ataupun makhluk hidup hanya merupakan bagian saja dari ‘kesadaran semesta’.
Alam
semesta adalah sistem informasi yang sangat canggih, ibarat dunia maya alias internet.
Segala macam gadget berupa handphone, laptop, desktop, tablet, dan sebagainya
adalah terminal-terminal dalam sistem informasi itu. Mereka bisa saling berhubungan
lewat sistem informasi yang menjadi backbone dunia maya itu. Apakah sistem
informasi dunia maya itu ada dengan sendirinya? Tentu saja tidak. Ada yang mengaturnya.
Bahkan ada yang menciptakannya. Sekaligus mengendalikannya.
Sistem
yang canggih itu, hanya media saja bagi ‘kecerdasan-kecerdasan’ yang ada di balik
sistem materi dan energi yang terlibat di dalam beroperasinya internet. Semua bagian
dari sistem itu adalah sesuatu yang mati, dan butuh ‘kecerdasan’ ataupun ‘kesadaran’
sehingga 'menghidupkan' media internet dengan lalu lintas informasi di dalamnya.
Alam
semesta ini hanya menjadi media bagi lalu lintasnya informasi dari para pemilik
kesadaran dan kecerdasan. Karena, semua variabel penyusun alam semesta ini memang
tak lebih dari variabel mati belaka. Seluruh makhluk hidup di alam semesta ini tak
lebih hanyalah ‘terminal-terminal’ kesadaran yang menggunakan media berupa ‘badan’
dengan fitur-fitur yang ada di dalam ‘jiwa’nya. Tetapi operating system harus
sinkron dan terintegrasi dengan seluruh sistem informasi yang ada. Yang semua itu
dikendalikan oleh Sang Pencipta seluruh sistem informasi yang sedang berjalan ini..!
'Perpindahan
alam' dari satu gadget ke gadget lainnya, dari handphone ke laptop,
ke tablet, ke smart phone, ke BB, ke PC, ke satelit, atau apa pun namanya, dan dimana
pun lokasinya, tidak menjadi masalah selama ia sinkron dengan sistem informasi tersebut.
Dalam skala kehidupan manusia, pindah dimensi dari alam dunia ke alam barzakh, atau
pun ke alam akhirat tidak masalah, semua itu terintegrasi dalam sistem informasi
yang memang bisa lintas dimensi sebagaimana telah saya jelaskan di note sebelumnya.
Ringkas
kata, seluruh alam semesta sebenarnya adalah sistem informasi terintegrasi yang
server-nya ada di sisi-Nya, sedangkan
terminal-terminalnya tersebar di seluruh penjuru alam semesta. Seluruh kejadian
di mana pun bakal terekam dan masuk ke server itu, disamping juga terekam
oleh terminal-terminal informasi yang saling berinteraksi. Tetapi, yang perlu Anda
catat, bahwa semua lalu lintas informasi itu tidak akan terjadi jika tidak ada sosok-sosok
‘berkecerdasan’ dan ‘berkesadaran’ yang berkehendak untuk melakukan komunikasi.
Karena sesungguhnya, semua ini cuma manifestasi dari Zat yang Maha Cerdas dan Maha
Berkehendak..!
QS. Al An’am (6): 59
Dan di sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib. Tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang terjadi di daratan
dan di lautan. Dan tidak sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya.
Dan tidak jatuh sebutir biji pun di dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang
basah atau yang kering, melainkan semuanya tertulis di dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh)"
Wallahu
a’lam bissawab
~
salam ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar