P.S : AWAS, INI HANYA COCOK DIBACA
BAGI MEREKA YANG BENAR-BENAR MENCARI KEBENARAN, DAN TIDAK DISARANKAN BAGI ORANG
YANG TIDAK SIAP MENERIMA KENYATAAN.
“ Dirikanlah shalat ... “ (17
: 78)
Para pembela Hadits berkata bahwa
tanpa Hadits umat Islam tidak akan tahu bagaimana tata cara shalat. Mereka juga
berkata bahwa Qur’an tidak memberikan detail tata cara shalat.
Apakah ‘shalat’ itu?
Shalat, menurut pandangan umum,
adalah ritual yang terdiri dari gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan. Urutannya adalah
: berdiri, ruku’, berdiri, sujud, duduk di antara sujud, sujud, dan pada akhirnya
duduk hingga selesai. Satu set gerakan tersebut disebut dengan ‘rakaat’. Masing-masing
shalat lima waktu memiliki perbedaan jumlah rakaat. Dua rakaat untuk shalat subuh,
empat rakaat untuk shalat dzuhur, empat rakaat untuk shalat ashar, tiga rakaat untuk
shalat maghrib, dan empat rakaat untuk shalat isya. Dengan demikian umat Islam diwajibkan
untuk melakukan gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan ketika melakukan ritual shalat.
Di samping itu, banyak umat Islam
yang berkata bahwa tata cara seperti itu tidak diajarkan di dalam Qur’an, hanya
melalui Haditslah kita bisa mendapatkan keterangan tentang tata cara itu.
BENARKAH??
Imam Bukhari menulis kitab Hadits
edisi khusus yaitu : KITAB SHALAT, namun fakta yang mengejutkan dari kitab ini adalah
tidak ada satu Hadits pun di sini yang mengajarkan tata cara shalat! Ada pun Hadits-Hadits
yang dimuat dalam kitab ini sebagian besar adalah kesaksian para sahabat yang menyaksikan
perbuatan dan perkataan Nabi tentang hal-hal yang berhubungan dengan shalat.
Memang ada Hadits yang menceritakan
bagaimana Rasulullah SAW mengoreksi kesalahan dari seorang sahabat yang sedang melakukan
shalat. Namun Hadits ini hanya menjelaskan bagaimana Rasulullah memerintahkan orang
tersebut untuk melakukan ruku’ dan sujud, dan membaca salah satu ayat dalam Qur’an.
Hadits tersebut tidak menjelaskan berapa kali orang itu harus ruku’ dan sujud. Hadits
tersebut juga tidak menjelaskan kewajiban membaca surat Al Fatihah, yang mana umat
Islam meyakini bahwa tanpa membaca surat Al Fatihah maka shalat menjadi tidak sah.
Ada juga Hadits yang berbunyi,
“ Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” Akan tetapi Hadits ini
juga tidak menjelaskan bagaimana tata cara shalat.
Tidak ada Hadits yang menjelaskan
jumlah rakaat dan berapa kali kita harus ruku’ dan sujud pada tiap-tiap shalat!
Tidak ada pula Hadits yang menjelaskan
berapa persen jumlah minimum zakat yang harus kita bayarkan setiap tahunnya!
Sudah barang tentu, jika memang
Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengajarkan tata cara shalat melalui Hadits,
sebagaimana yang diyakini oleh sebagian besar umat Islam, Dia akan menyediakan keterangan
tentang tata cara itu. Mengingat betapa pentingnya shalat bagi umat Islam, sudah
semestinya pula Allah memberi penjelasan di dalam kitab-Nya, yaitu Qur’an.
Jika memang Allah memerintahkan
umat manusia untuk shalat berdasarkan tata cara semacam itu, bahkan jika memang
harus dijelaskan di luar Qur’an, Nabi Muhammad akan memberikan penjelasan yang detail
dan meyakinkan tentang tata cara shalat tersebut.
Bahkan tata cara wudhu pun ada
penjelasan secara detailnya di dalam Al Qur’an!
Al Maidah [5] : 6
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik; sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.“
Tata cara berwudhu pada ayat
di atas benar-benar jelas dan detail. Ini berbanding terbalik dengan tata cara shalat
yang masih samar dan ambigu di tengah-tengah lautan Hadits yang dianggap mengajarkan
tata cara shalat.
Jika seseorang benar-benar meneliti
dengan cermat satu persatu Hadits yang dianggap berkaitan dengan tata cara shalat,
dengan kesabaran yang luar biasa, maka ia tidak akan menemukan instruksi yang jelas
dan tidak ambigu tentang bagaimana tata cara shalat.
Tidak ada Hadits yang menjelaskan
secara utuh dalam satu kesatuan tentang bagaimana tata cara shalat yang mencakup
berapa rakaat tiap-tiap shalat, berapa kali shalat wajib dalam sehari, bagaimana
urutan gerakan yang harus dilakukan.
Jadi, jika memang Hadits tidak
pernah menjelaskan tata cara shalat ... Dari manakah kita mendapatkan pelajaran
tentang tata cara shalat yang kita lakukan selama ini?
Beberapa orang mempercayai bahwa
shalat yang kita lakukan selama ini adalah ajaran Nabi Ibrahim yang telah diwariskan
secara turun temurun melalui ribuan generasi, bukan dari Hadits.
Pendapat mereka itu didasarkan
oleh ayat di bawah ini :
An-Nisaa [4] : 125
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti
milat Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.”
Mereka menterjemahkan kata ‘Millat’
sebagai ‘tata cara ritual ibadah’, padahal jelas ada kata keterangan di belakang
yaitu ‘lurus’, yang berarti : agama yang lurus alias monotheisme!
Mereka juga mengatakan bahwa
praktek shalat juga telah dilakukan oleh nabi-nabi sebelum Muhammad. Sekedar anda
tahu, bahwa Nabi Ibrahim hidup sekitar 1850 SM (sumber : Buku Saku Ensiklopedi Sejarah
Dunia, terbitan : Sand Castle Books – 2008). Dengan demikian, tata cara shalat memang
tidak diajarkan dalam Qur’an atau Hadits, melainkan diajarkan secara turun temurun
semenjak zaman Ibrahim dalam kurun waktu kurang lebih 3860 tahun.
OH TIDAK!!
BISIKAN CINA .... Lagi? (Baca
: Menyingkap Tabir Hadits bagian 9 – Bisikan Cina).
Qur’an adalah petunjuk!
Mengapa tata cara gerakan dan
bacaan shalat tidak disebutkan di dalam Qur’an?
Pertama, karena tata cara seperti
itu memang bukan yang diperintahkan oleh Allah, melainkan merupakan tradisi ritual
yang diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita masing-masing.
Qur’an menjelaskan bagaimana
manusia telah terjebak pada ritual yang diajarkan oleh orang tua mereka masing-masing..
Al-Baqarah [2] : 170
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang
telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami".
"(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".
Al-Maidah [5] : 104
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa
yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab:
"Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk?.
Al-A’raaf [7] : 28
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata:
"Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah
menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak
menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
Al-A’raaf [7] : 38, 39
Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam
neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu.
Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya
(menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang
yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu:
"Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah
kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka". Allah berfirman: "Masing-masing
mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak
mengetahui".
Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka
kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan
sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu
lakukan".
Al-A’raaf [7] : 173
atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini
adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau
akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"
Hud [11] : 109
Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa
yang disembah oleh mereka. Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana nenek
moyang mereka menyembah dahulu. Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan
dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan tidak dikurangi
sedikitpun.
As-Saaffaat [37] : 69-74
Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam
Keadaaan sesat.
Lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jejak orang-orang tua
mereka itu.
Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy)
sebagian besar dari orang-orang yang dahulu,
dan sesungguhnya telah Kami utus pemberi-pemberi peringatan
(rasul-rasul) di kalangan mereka.
Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
diberi peringatan itu.
Tetapi hamba-hamba Allah yang bersihkan (dari dosa tidak akan
diazab)
Az-Zukhruf [43] : 23-25
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang
pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup
mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami
menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak
mereka".
(Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya
juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk
daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" Mereka menjawab:
"Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk
menyampaikannya".
Maka Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan itu
Silakan baca pula bagaimana ulama
dan para pemimpin bisa menyesatkan umat.
At-Taubah [9] : 31
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera
Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan
Al-Ahzaab [33] : 67
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar).
Kedua, karena Allah memang tidak
menaruh perhatian pada bentuk fisik ritual ibadah, melainkan bahwa yang paling penting
adalah seberapa besar ketulusan dan ketundukan kita kepada Allah pada saat kita
beribadah dan berdoa.
Jika memang Allah telah memberikan
detail bagaimana tata cara berwudhu, maka sudah barang tentu tidak sulit bagi diri-Nya
untuk memberikan detail bagaimana tata cara shalat dalam Qur’an.
Dia memang tidak!
Jika anda perhatikan ayat-ayat
dalam Qur’an, maka anda akan mendapatkan bahwa Qur’an berulang kali memberikan pengajaran
yang menekankan kepada manusia untuk selalu berbuat kebaikan, dan bukannya terfokus
pada hal-hal yang bersifat ritual. Suatu penekanan yang berlebihan terhadap bentuk
ritual ibadah akan menjauhkan manusia dari tujuan ibadah itu sendiri.
Peristiwa yang terjadi pada Pangeran
Salman dari Saudi yang ikut dalam perjalanan ke luar angkasa American Discovery
pada tahun 1985, yang mana para ulama Saudi begitu kebingungan bagaimana merumuskan
jawaban atas pertanyaan : bagaimana seorang Muslim harus melakukan shalat di dalam
pesawat luar angkasa, adalah bukti bagaimana kelirunya pemahaman menitikberatkan
ibadah pada bentuk fisiknya saja.
Ketiga, bahwa kata SHALAT dalam bahasa Arab berasal dari akar
kata WASALA, yang berarti “berkomunikasi”. Dengan demikian, kata “shalat” mengandung makna “berkomunikasi dengan Allah”, dan bukannya
ritual shalat sebagaimana yang kita pahami selama ini.
Lalu, bagaimana seharusnya kita
melakukan shalat (berkomunikasi dengan Allah) menurut panduan dari Qur’an?
Sesungguhnya banyak petunjuk
tentang shalat yang bisa kita temukan di dalam Qur’an :
Tujuan kita shalat ->
Al-Baqarah [2] : 112
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri
kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi
Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
Al-Baqarah [2] : 152-153
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Al-Baqarah [2] : 186
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
[14]: 7
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".
[21] : 19
Dan kepunyaan-Nya-lah segala yang di langit dan di bumi. Dan
malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.
[28] : 70
[45] : 36
[20] : 14,
[72] : 18,
[29] : 45,
[6] : 162,
[20] : 14
[23] : 2.
Wudhu ->
5 : 6 dan 4 : 43.
Ke mana kita harus menghadap
pada saat shalat ->
Al-Baqarah [2] : 142, 144, 148,
177.
Posisi kita pada saat shalat
->
3 : 191, 38 : 24, dan 48 : 29.
Apa yang harus diminta pada saat
shalat (tapi tidak terbatas) -> 1 : 1-7, 2 : 201, 2 : 286, 3 : 147, dan
3 : 193.
Waktu-waktu shalat ->
Al-Baqarah [2] : 238
11 : 114, 50 : 40, 24 : 58, 17
: 78, dan 17 : 110-111.
Pakaian apa yang harus dipakai
pada saat shalat -> 7 : 31.
Ketika kita sedang dalam keraguan,
maka mintalah kepada Allah, Sang Pencipta
Qur’an, untuk pertolongan dan
petunjuk.
Sesungguhnya Dia Dekat dan Maha
Mendengar!
Al Baqarah [2] : 153
“Hai orang-orang yang beriman,
mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.”
Shalat seharusnya dilakukan secara
khusyuk, tulus, pasrah, dan dari hati yang terdalam. Bukannya dalam bentuk ritual
dan hafalan.
Tugas saya hanyalah menyampaikan
dan membeberkan fakta. Namun saya bukanlah penyelamat dan pelindung bagi anda. Maka
selesailah sudah episode :
MENYINGKAP TABIR HADITS.
Semoga umat Islam segera kembali
berpegang kepada ajaran Islam yang murni dan warisan utama dari misi kerasulan Nabi
Muhammad, yaitu QUR’AN!
Salam!
>