ALASAN
1 :
QUR’AN
MEMPERTANYAKAN HADITS
Ini
adalah alasan terpenting. Beberapa ayat dalam Qur’an mempertanyakan baik isi
hadits (perkataan-perkataan) yang dibuat oleh manusia maupun orang-orang yang
mengikutinya.
QS.
Al-‘An’am [6]: 114-116
“Maka
patutkah aku mencari hakim SELAIN daripada ALLAH, padahal Dialah yang telah
menurunkan kitab (Qur'an) kepadamu dengan TERPERINCI? Orang-orang yang telah
Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Qur'an itu
diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali
termasuk orang yang ragu-ragu.
Telah
SEMPURNALAH kalimat Tuhanmu (Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil.
Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dan
jika kamu menuruti KEBANYAKAN orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
PERSANGKAAN belaka, dan mereka tidak lain hanyalah BERDUSTA (terhadap Allah).”
QS.
Az-Zumar [39]: 23
“Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Qur'an yang SERUPA (konsisten/tidak
saling bertentangan) lagi berulang-ulang... “
QS.
An-Nahl [16]: 89
“Dan
Kami turunkan kepadamu Kitab (Qur'an) untuk MENJELASKAN SEGALA SESUATU dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
QS.
Al-Jathiyah [45]: 6
“Itulah
ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan
HADITS (perkataan) MANA LAGI mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan
keterangan-keterangan-Nya. “
ALASAN
2:
(ADA)
HADITS ITU SENDIRI MELARANG HADITS (SEBAGAI HUKUM)
Ada
hadist yang melarang penggunaan hadits sebagai hukum Islam. Ini adalah beberapa
contoh :
“Nabi
berkata: ‘ JANGAN tuliskan apa pun dariku SELAIN Qur’an.”
“Nabi
berkata: ‘ JANGAN tuliskan apa pun dariku SELAIN Qur’an. Siapa saja yang telah menuliskan
perkataanku SELAIN daripada Qur’an, hendaknya MENGHAPUSNYA.”
“Zaid
bin Tsabit (penulis wahyu yang terdekat dengan Nabi) mengunjungi Khalifah
Mu’awiyah (lebih dari 30 tahun setelah wafatnya Nabi) dan menceritakan kisah
kehidupan Nabi. Mu’awiyah menyukai kisah itu dan memerintahkannya untuk
menulisnya dalam buku. Akan tetapi Zaid berkata: “Rasulullah MELARANGKU untuk
menuliskan perkataan-perkataan (hadits) beliau.”
“Abu
Hurairah berkata bahwa Rasulullah diberi tahu bahwa beberapa orang menuliskan
perkataan-perkataan beliau. Nabi membawa orang-orang itu ke masjid dan berkata:
“Apa yang telah kalian tulis? AKU HANYALAH MANUSIA BIASA! Siapa saja yang telah
menuliskan perkataan-perkataanku hendaklah menyerahkannya disini”. Abu Hurairah
berkata: “Kami mengumpulkan tulisan-tulisan tersebut dan membakarnya.”
(Ironis
: Abu Hurairah mengisahkan hadits lebih banyak dari siapa pun!)
“Abu
Said Al-Khudry berkata: “Aku meminta izin kepada Rasulullah untuk menuliskan
perkataan-perkataan beliau, namun beliau menolak memberikan izin tersebut.”
Saya
pribadi tidak senang dengan kenyataan bahwa saya harus menggunakan hadits untuk
membuktikan argumen saya. Qur’an seharusnya sudah cukup untuk meyakinkan anda
betapa berbahayanya mengada-adakan hukum yang diatasnamakan kepada Rasulullah.
Qur’an
sangat jelas mengatakan:
QS.
Ash-Shu’ara’ [26]: 221-223
“Apakah
akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun
kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. Mereka BERPURA-PURA MENDENGAR,
akan tetapi kebanyakan mereka adalah PENDUSTA.”
ALASAN
3:
TERDAPAT
BANYAK KONTRADIKSI PADA HADITS
Qur’an
mengatakan:
QS.
An-Nisa’ [4]: 82
“Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan
dari sisi Allah, tentulah BANYAK TERDAPAT PERTENTANGAN (kontradiksi) di
dalamnya.”
Kontradiksi
adalah hal yang sering saya temukan di dalam hadits, yaitu:
1).
Bertentangan dengan Qur’an.
2).
Bertentangan dengan antar sesama hadits.
3).
Bertentangan dengan logika dan kewajaran.
ALASAN
4 :
TELAH
TERJADI DISTORSI PADA MAKNA KATA “SHAHIH”.
Hadits
yang dianggap benar biasa disebut “shahih”. Keaslian atau keotentikan dari
perkataan Nabi lebih didasarkan pada “kredibilitas” rantai periwayat hadits
(perawi) daripada isi dari hadits itu sendiri.
Para
periwayat hadits seringkali disebut dengan “sahabat Nabi”. Ini adalah kata yang
telah diselewengkan!
Umat
Islam menyebut kata “sahabat” sebagai orang-orang yang dekat dengan Nabi.
Sebagian besar dari mereka menolak kenyataan bahwa kata “sahabat” tidak selalu berarti
orang yang dekat dan loyal kepada Nabi.
Berdasarkan
definisi yang dirumuskan oleh Bukhari, kata “sahabat” adalah: “siapa saja yang
pernah bertemu dan melihat Nabi. “ (Fakta ini seharusnya menyadarkan anda!)
Qur’an
menceritakan bahwa para nabi dan rasul sebelumnya juga telah dikhianati oleh
para pengikutnya. Apakah anda yakin bahwa para pengikut Nabi Muhammad pasti
lebih baik daripada para pengikut Nabi Isa?
Faktanya
adalah: kita tidak yakin!
Qur’an
telah menunjukkan sebaliknya :
QS. ‘Ali
‘Imran [3]: 52-54
“Maka
tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia:
‘Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama)
Allah?’ Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: ‘Kami lah
penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.’Ya Tuhan kami,
kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti
rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi
saksi (tentang keesaan Allah)". Orang-orang kafir itu MEMBUAT TIPU DAYA,
dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu
daya.
QS.
Al-‘Isra’ [17]: 77
“(Kami
menetapkan yang demikian) sebagai suatu KETETAPAN terhadap RASUL-RASUL Kami
yang Kami utus sebelum kamu dan TIDAK AKAN ADA kamu dapati PERUBAHAN bagi
ketetapan Kami itu. “
QS.
At-Tawbah [9]: 96-97
“Mereka
akan bersumpah kepadamu (wahai Muhammad), agar kamu rida kepada mereka. Tetapi
jika sekiranya kamu rida kepada mereka, maka sesungguhnya Allah TIDAK RIDA
kepada orang-orang yang FASIK itu.”
“Orang-orang
ARAB Badui itu, adalah yang terburuk KEKAFIRAN dan KEMUNAFIKANNYA, dan BODOH
dalam memahami hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
QS.
At-Tawbah [9]: 101
“Di
antara orang-orang ARAB Badui yang di SEKELILINGMU(wahai Muhammad) itu, ada
orang-orang MUNAFIK; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan
dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) TIDAK MENGETAHUI MEREKA, (tetapi)
Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian
mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. “
QS.
Al-Baqarah [2]: 79
“Maka
KECELAKAAN yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Kitab dengan TANGAN
MEREKA SENDIRI, lalu dikatakannya: "INI DARI ALLAH", (dengan maksud)
untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan
besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri,
dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.”
ALASAN
5:
KEABSAHAN
HADITS DIRAGUKAN
Qur’an
menyatakan bahwa sebuah dokumen bisa dianggap sah jika ada minimal dua orang
saksi. Namun sebagian besar hadits hanya didasarkan pada kesaksian satu orang
saja. Bahkan pada peristiwa penting yaitu menjelang wafatnya Nabi yang
disaksikan oleh ratusan pengikutnya, ternyata ada tiga versi hadits yang
tersedia:
1. “Aku
tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan
keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu KITABULLAH dan SUNNAHKU.”
2. “Aku
tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan
keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu KITABULLAH dan KELUARGAKU.”
3. “Aku
tinggalkan perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengannya tidak
akan tersesat selama-lamanya, yaitu KITABULLAH.”
Jadi,
versi manakah yang benar?
Carilah
jawaban untuk pertanyaan ini kepada cahaya Qur’an. Insya Allah anda akan
mendapat jawabannya dengan jelas!
Sangat
menyedihkan melihat kenyataan bahwa setelah Nabi Muhammad wafat, pengikutnya
saling berdebat, bertengkar, dan terpecah belah demi perebutan kekuasaan!
QS.
Ash-Shuraa [42]: 14
“Dan
mereka TERPECAH BELAH melainkan SESUDAH datangnya pengetahuan (Qur’an) kepada
mereka karena KEDENGKIAN antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan
yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada
waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya
orang-orang yang diwariskan kepada mereka Kitab sesudah mereka, benar-benar
berada dalam KERAGUAN yang menggoncangkan tentang kitab itu. “
QS.
Ar-Rum [30]: 31-32
“Dengan
kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah salat
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu
orang-orang yang MEMECAH BELAH agama mereka dan mereka menjadi BEBERAPA
GOLONGAN. Tiap-tiap golongan merasa BANGGA dengan apa yang ada pada golongan
mereka”.
ALASAN
6 :
ISLAM
TELAH “SEMPURNA” HANYA DENGAN QUR’AN JAUH SEBELUM HADITS DIBUKUKAN
Banyak
orang yang tidak paham bahwa satu-satunya misi Ilahiah kepada Nabi Muhammad
adalah menyampaikan kitab suci Qur’an. Beliau tidak pernah diperintahkan oleh
Allah untuk mengajarkan kepada kita bagaimana beliau makan, tidur, buang air,
dsb.
Kita
diperintahkan untuk mengikuti Rasulullah sebagai penyampai wahyu Allah yaitu
Qur’an, bukan mengikuti beliau sebagai manusia! Mematuhi Nabi adalah perintah
Allah untuk mengikuti cahaya Qur’an yang telah diturunkan Allah kepada
Rasul-Nya.
Mematuhi
Nabi bukanlah berarti mengikuti perkataan-perkataan yang telah diatasnamakan
kepada Nabi, yang disebut “Sunnah”, di mana hal ini memang TIDAK PERNAH SEKALI
PUN disebut dalam Qur’an!
Satu-satunya
sunnah yang diperintahkan kepada kita untuk diikuti adalah Sunatullah yaitu ketetapan
Allah!
Bagaimana
mungkin kisah-kisah tentang kehidupan Nabi yang bersifat privat bisa kita
KETAHUI saat ini (entah itu fakta atau kebohongan), jika bukan orang-orang pada
zaman itu MENGABAIKAN firman Allah dalam Qur’an
QS.
Al-‘Ahzab [33]: 53
“Hai
orang-orang yang beriman, JANGANLAH kamu MEMASUKI rumah-rumah Nabi kecuali bila
kamu DIIZINKAN untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak
(makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai
makan, keluarlah kamu TANPA asyik MEMPERPANJANG PERCAKAPAN. Sesungguhnya yang
demikian itu akan MENGGANGGU Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu
ke luar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar...”
ALASAN
7 :
SEGALA
PUJI HANYA KEPADA ALLAH SEMATA
Hanya
Allah yang sempurna!
Sayangnya,
banyak umat Islam yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah manusia yang
sempurna, tanpa cacat sedikit pun.
Dalam
hal menyampaikan wahyu Allah, pendapat mereka itu 100% benar. Nabi Muhammad
telah menyelesaikan tugas ini dengan menyampaikan Qur’an, dan tidak ada lain
HANYA Qur’an!
Namun
demikian, Nabi Muhammad seperti halnya nabi-nabi yang lainnya, hanyalah manusia
biasa. Segala perkataan dan tindakan atas kemauan mereka sendiri sebagai
manusia, tidaklah luput dari kesalahan.
Allah
tidak akan terpengaruh dengan segala tindak tanduk para nabi, akan tetapi Dia
adalah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memaafkan segala kesalahan
manusia, termasuk para nabi. Peristiwa ini juga bisa kita baca dalam Qur’an,
contohnya:
QS.
At-Tahrim [66]: 1
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang
Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Beberapa
penjelasan dari Hadits tentang ayat ini telah diselewengkan maknanya, dengan
dibuat seolah-olah Nabi Muhammad adalah manusia sempurna yang berhak
dipuja-puja sebagaimana Allah.
Tapi
ingat! Bukan berarti jika anda tidak menyimpan patung Nabi Muhammad maka anda
akan terbebas dari dosa pemberhalaan!
ALASAN
8 :
QUR’AN
BISA MENJELASKAN DIRINYA SENDIRI
Qur’an
tidak bergantung kepada penjelasan hadits! Tidak sulit bagi Allah jika Dia
berkehendak menurunkan kitab-kitab yang ditulis dengan tinta yang menghabiskan
seluruh air laut. Jika anda berpendapat ada yang kurang dalam Qur’an, itu sama
sekali bukan karena Allah lupa. Justru karena kemaha pemurahan-Nya, ada
beberapa hal yang tidak dituliskan di dalam Qur’an. Justru Allah telah
membukakan pintu ijtihad, penafsiran, dan pengembangan sebagai berkah Allah
akan anugerah terbaik bagi manusia yaitu akal.
Qur’an
membawa pesan universal yang bisa melintasi ruang dan waktu. Kita harus
senantiasa mencari jalan keluar untuk permasalahan yang ada di sekitar kita
hari ini.
Dan
jawabannya tidak harus dipaksakan oleh “Hukum Islam” yang diwariskan oleh
masyarakat Arab di abad pertengahan. Sudah seharusnya ulama di zaman ini
melakukan evaluasi terhadap hukum-hukum masa lampau dan menggantikannya dengan
pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kekinian, untuk menghadapi dilema yang
kita hadapi saat ini.
Qur’an
tidak hanya berbicara dengan masyarakat Arab di abad pertengahan, tetapi MASIH
berbicara dengan umat manusia di zaman ini di belahan bumi mana pun.
Qur’an
sendiri berbicara bahwa Ia (Qur’an) mudah untuk dipahami bagi orang-orang yang
benar-benar beriman, dan sulit dipahami bagi orang-orang munafik dan penyembah
berhala. Mereka (orang munafik dan penyembah berhala) selalu khawatir bahwa
ayat-ayat itu akan membuka kebobrokan mereka.
Apakah
anda menyadari bahwa betapa nyamannya bagi mereka (orang munafik) untuk
mencomot-comot dalil dari Hadits untuk memutarbalikkan makna dalam ayat-ayat
Qur’an?
Mari
kita baca ayat berikut ini!
QS.
Luqman [31]: 6
“Dan di antara manusia (ada) orang yang
mempergunakan HADITS-HADITS (perkataan) YANG TIDAK BERGUNA untuk MENYESATKAN
(manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu
olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.”
Mereka
tidak akan membiarkan ayat ini membuka kebobrokan mereka, maka mereka tidak
berani menterjemahkan kata “Hadits” ini apa adanya. Biasanya mereka
menterjemahkan menjadi “perkataan”, bahkan ada yang keterlaluan dengan
menterjemahkannya menjadi “nyanyian dan musik!”
Selalu
lebih mudah bagi orang-orang yang selalu merasa paling benar sendiri itu untuk
mengacungkan jari telunjuk ke arah orang lain yang tidak sepaham, daripada
introspeksi diri dan memperbaiki kesalahan mereka sendiri!
QS.
Al-‘An’am [6]: 112-113
“Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-PERKATAAN YANG INDAH-INDAH UNTUK MENIPU
(manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil
orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada
bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa
yang mereka (setan) kerjakan.”
QS.
Al-‘Araf [7]: 30
“Sebahagian
diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka.
Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung (mereka) selain Allah, dan
MEREKA MENGIRA BAHWA MEREKA MENDAPATKAN PETUNJUK.”
QS.
Muhammad [47]: 16
“Dan
di antara mereka ada orang yang MENDENGAR PERKATAANMU (wahai Muhammad) sehingga
apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi
ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "APAKAH YANG DIKATAKANNYA
(Muhammad) TADI?" Mereka itulah orang-orang yang DIKUNCI MATI HATI mereka
oleh Allah dan MENGIKUTI HAWA NAFSU mereka.”
ALASAN
9 :
MEMPERTANYAKAN
HADITS TIDAK MENJADIKAN ANDA KAFIR!
Justru
anda sedang menjalankan tepat apa yang diperintahkan Allah di dalam Qur’an!
Allah berfirman kepada kita bahwa kita bertanggung jawab atas pendengaran, penglihatan,
dan pola berpikir yang logis yang dikaruniakan kepada kita, dan untuk
membuktikan sebuah kebenaran.
QS.
Az-Zumar [39]: 18
“Yang
MENDENGARKAN PERKATAAN lalu MENGIKUTI APA YANG PALING BAIK di antaranya. Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi Allah PETUNJUK dan mereka itulah
orang-orang yang MEMPUNYAI AKAL.“
Qur’an
mengatakan bahwa Nabi Muhammad kelak pada Hari Penghakiman akan berkeluh kesah
kepada Allah dengan berkata, “Umatku telah menjadikan Qur’an sesuatu yang tidak
diacuhkan.”
Apakah
anda pernah bertanya kepada diri sendiri, siapakah yang dimaksud dengan
“umatku” oleh Rasulullah? Ataukah lebih mudah menunjuk ke arah umat Yahudi dan
Nasrani?
QS.
Al-‘Isra’ [17]: 36
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya PENDENGARAN, PENGLIHATAN, dan HATI, semuanya itu akan diminta
PERTANGGUNGAN JAWABNYA”
QS.
Al-Baqarah [2]: 171
“Dan
perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala
yang memanggil binatang yang TIDAK MENDENGAR SELAIN PANGGILAN DAN SERUAN saja.
Mereka TULI, BISU, DAN BUTA, maka (oleh sebab itu) mereka TIDAK MENGERTI.”
Sebagian
besar Hukum Syariat dalam “Islam” yang diambil di luar Qur’an adalah
berdasarkan Fikih dan Hadits. Mari kita bertanya kepada diri sendiri : berserah
diri (Islam) macam apa kita ini jika berani mengingkari firman-firman Allah
demi sekedar mengikuti tradisi dan Hadits?
Siapakah
sebenarnya “orang-orang zalim dan fasik” itu?
Qur’an
berkata :
QS.
Al-Ma’idah [5]: 45
“Barang
siapa TIDAK MEMUTUSKAN perkara menurut APA YANG DITURUNKAN ALLAH, maka mereka
itu adalah orang-orang ZALIM.”
QS.
Al-Ma’idah [5]: 47
“Barang
siapa TIDAK MEMUTUSKAN perkara menurut APA YANG DITURUNKAN ALLAH, maka mereka
itu adalah orang-orang FASIK.”
Kediktatoran,
kejahatan terhadap kemanusiaan, penindasan terhadap wanita, korupsi, pelanggaran
terhadap hak berbicara/beragama/ berpandangan politik bisa kita saksikan di
belahan bumi manapun. Akan tetapi mengapa kasus terbanyak terjadi di
negeri-negeri mayoritas “muslim?”
QS.
An-Nisa’ [4]: 60
“Apakah
kamu tidak memperhatikan orang-orang yang MENGAKU dirinya telah BERIMAN kepada
APA YANG DITURUNKAN (Qur’an) kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum
kamu? Mereka hendak BERHAKIM kepada kemungkaran, padahal mereka telah
diperintah mengingkari kemungkaran itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) PENYESATAN yang sejauh-jauhnya.“
QS.
Al-Qalam [68]: 36-37
“Mengapa
kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu MENGAMBIL KEPUTUSAN? Atau adakah
kamu mempunyai sebuah KITAB LAIN yang kamu ikuti? ”
QS.
Al-Kahf [18]: 26
“...Dia
TIDAK mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan HUKUM".
ALASAN
10 :
QUR’AN
ADALAH PEMBEDA ANTARA YANG “BENAR” DAN YANG “SALAH”.
QS. Al-Furqan [25]: 1
“Maha
Suci Allah yang telah menurunkan KITAB PEMBEDA (antara yang benar dan salah)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,”
QS.
Yunus [10]: 17-18
“Maka
siapakah yang LEBIH LALIM daripada orang yang MENGADA-ADAKAN KEDUSTAAN terhadap
Allah atau MENDUSTAKAN ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung
orang-orang yang berbuat dosa. Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa
yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada
kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada
Allah APA yang TIDAK diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di
bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan
(itu).”
QS.
Al-‘Ahzab [33]: 67-68
“Dan
mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah MENAATI PEMIMPIN
dan PEMBESAR kami, lalu mereka MENYESATKAN kami dari jalan (yang benar). Ya
Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka
dengan kutukan yang besar".
QS.
An-Nisa’ [4]: 48
“Sesungguhnya
Allah TIDAK AKAN mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
SELAIN dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
MEMPERSEKUTUKAN Allah, maka sungguh ia telah berbuat DOSA yang BESAR. “
Kembalilah
kepada petunjuk Allah di dalam Qur’an, sebelum terlambat! Karena anda tidak
dapat menyalahkan orang-orang yang telah menyesatkan kita pada Hari Penghakiman
nanti!
Keselamatan
anda tergantung pada anda sendiri, dan ampunan dari Allah!
Allah
telah memudahkan agama ini bagi kita. Jika anda merasakan begitu banyak
kesulitan dan kerepotan dalam berserah diri (Islam), maka patut anda
pertanyakan kepada diri sendiri, Islam apakah yang sedang kita jalani?
Berserah
diri hanya kepada Sunnah Allah (Sunatullah) adalah sesuatu hal yang akan
dilakukan oleh orang yang benar siapa pun dia, dengan penuh kenikmatan.
Sistem
Allah sangat luar biasa, hebat, humanis, dan sehat. Tidak demikian dengan
sistem yang dibuat-buat sendiri oleh manusia.
Sangatlah
penting bagi siapa saja, Muslim maupun Non-Muslim untuk menyadari perbedaan di
antara sistem buatan Allah dan sistem buatan manusia.
Pengingkaran
terhadap fakta ini akan berakibat:
QS.
Al-‘An’am [6]: 26
“Mereka
MELARANG (orang lain) MENDENGARKAN Al Qur'an dan mereka sendiri MENJAUHKAN diri
daripadanya, dan mereka hanyalah MEMBINASAKAN diri mereka sendiri, sedang
mereka TIDAK MENYADARI. “
Peace!