Tampilkan postingan dengan label Hadits. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hadits. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Maret 2013

Tingkatan dan Jenis Hadits

selektif dalam memilih hadits
Tingkatan dan Jenis Hadits
1)    Hadits Shohih (Sah/benar/sehat)
2)    Hadits Hasan (Bagus/Baik)
3)    Hadits Dho’if (Lemah)
4)    Hadits Marfu’ (Semua sanadnya bersandar kepada Rasulullah Saw)
5)    Hadits Mushahhaf (Kesalahan terjadi pada catatan/bacaannya)
6)    Hadits Muttasil (Sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah Saw)
7)    Hadits Mauquf (Sanadnya boleh jadi bersambung, boleh jadi terputus)
8)    Hadits Mun-qoti’ (Dho’if, karena terputus sanadnya)
9)    Hadits Mursal (Dho’if dan Mardud)
10)  Hadits Mu’allal (Terselubung cacatnya/merusak keshohihan Hadits)
11)  Hadits Ghorib (Yang menyendiri)
12)  Hadits Masyhur (Nyata)
13)  Hadits Mudallas (Gelap/Menyembunyikan cacat dalam sanad)
14)  Hadits Mutawatir (Berturut Sanadnya)
15)  Hadits Syadz (Bertentangan)
16)  Hadits Mudraj (Ada tambahan, yang bukan bagian dari Hadits)
17)  Hadits Maqlub (Dho’if. Karena ada pergantian lafaz)
18)  Hadits Mudhtorib (Rusak susunan)
19)  Hadits Mu’adhal (Menggugurkan dua Perawi aslinya)(Hukumnya Dho’if)
20)  Hadits Matruk (Dho’if yang paling buruk. Perawinya tertuduh Pendusta)
21)  Hadits Maudhu’ (Palsu. Kebohongan yang diciptakan dan disandarkan kepada Rasul Saw)

22)   Hadits Munkar (Cacat dan Palsu perawinya kedapatan berbuat Fasiq).

Minggu, 16 September 2012

10 ALASAN MENGAPA HADITS PATUT DIPERTANYAKAN


ALASAN 1 :
QUR’AN MEMPERTANYAKAN HADITS

Ini adalah alasan terpenting. Beberapa ayat dalam Qur’an mempertanyakan baik isi hadits (perkataan-perkataan) yang dibuat oleh manusia maupun orang-orang yang mengikutinya.

QS. Al-‘An’am [6]: 114-116
Maka patutkah aku mencari hakim SELAIN daripada ALLAH, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Qur'an) kepadamu dengan TERPERINCI? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.

Telah SEMPURNALAH kalimat Tuhanmu (Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dan jika kamu menuruti KEBANYAKAN orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti PERSANGKAAN belaka, dan mereka tidak lain hanyalah BERDUSTA (terhadap Allah).”

QS. Az-Zumar [39]: 23
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Qur'an yang SERUPA (konsisten/tidak saling bertentangan) lagi berulang-ulang... “

QS. An-Nahl [16]: 89
Dan Kami turunkan kepadamu Kitab (Qur'an) untuk MENJELASKAN SEGALA SESUATU dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”

QS. Al-Jathiyah [45]: 6
Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan HADITS (perkataan) MANA LAGI mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya.

ALASAN 2:
(ADA) HADITS ITU SENDIRI MELARANG HADITS (SEBAGAI HUKUM)

Ada hadist yang melarang penggunaan hadits sebagai hukum Islam. Ini adalah beberapa contoh :

“Nabi berkata: ‘ JANGAN tuliskan apa pun dariku SELAIN Qur’an.”

“Nabi berkata: ‘ JANGAN tuliskan apa pun dariku SELAIN Qur’an. Siapa saja yang telah menuliskan perkataanku SELAIN daripada Qur’an, hendaknya MENGHAPUSNYA.”

“Zaid bin Tsabit (penulis wahyu yang terdekat dengan Nabi) mengunjungi Khalifah Mu’awiyah (lebih dari 30 tahun setelah wafatnya Nabi) dan menceritakan kisah kehidupan Nabi. Mu’awiyah menyukai kisah itu dan memerintahkannya untuk menulisnya dalam buku. Akan tetapi Zaid berkata: “Rasulullah MELARANGKU untuk menuliskan perkataan-perkataan (hadits) beliau.”

“Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah diberi tahu bahwa beberapa orang menuliskan perkataan-perkataan beliau. Nabi membawa orang-orang itu ke masjid dan berkata: “Apa yang telah kalian tulis? AKU HANYALAH MANUSIA BIASA! Siapa saja yang telah menuliskan perkataan-perkataanku hendaklah menyerahkannya disini”. Abu Hurairah berkata: “Kami mengumpulkan tulisan-tulisan tersebut dan membakarnya.”

(Ironis : Abu Hurairah mengisahkan hadits lebih banyak dari siapa pun!)

“Abu Said Al-Khudry berkata: “Aku meminta izin kepada Rasulullah untuk menuliskan perkataan-perkataan beliau, namun beliau menolak memberikan izin tersebut.”

Saya pribadi tidak senang dengan kenyataan bahwa saya harus menggunakan hadits untuk membuktikan argumen saya. Qur’an seharusnya sudah cukup untuk meyakinkan anda betapa berbahayanya mengada-adakan hukum yang diatasnamakan kepada Rasulullah.

Qur’an sangat jelas mengatakan:

QS. Ash-Shu’ara’ [26]: 221-223
Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. Mereka BERPURA-PURA MENDENGAR, akan tetapi kebanyakan mereka adalah PENDUSTA.”


ALASAN 3:
TERDAPAT BANYAK KONTRADIKSI PADA HADITS

Qur’an mengatakan:

QS. An-Nisa’ [4]: 82
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah BANYAK TERDAPAT PERTENTANGAN (kontradiksi) di dalamnya.”

Kontradiksi adalah hal yang sering saya temukan di dalam hadits, yaitu:

1). Bertentangan dengan Qur’an.
2). Bertentangan dengan antar sesama hadits.
3). Bertentangan dengan logika dan kewajaran.


ALASAN 4 :
TELAH TERJADI DISTORSI PADA MAKNA KATA “SHAHIH”.

Hadits yang dianggap benar biasa disebut “shahih”. Keaslian atau keotentikan dari perkataan Nabi lebih didasarkan pada “kredibilitas” rantai periwayat hadits (perawi) daripada isi dari hadits itu sendiri.

Para periwayat hadits seringkali disebut dengan “sahabat Nabi”. Ini adalah kata yang telah diselewengkan!

Umat Islam menyebut kata “sahabat” sebagai orang-orang yang dekat dengan Nabi. Sebagian besar dari mereka menolak kenyataan bahwa kata “sahabat” tidak selalu berarti orang yang dekat dan loyal kepada Nabi.

Berdasarkan definisi yang dirumuskan oleh Bukhari, kata “sahabat” adalah: “siapa saja yang pernah bertemu dan melihat Nabi. “ (Fakta ini seharusnya menyadarkan anda!)

Qur’an menceritakan bahwa para nabi dan rasul sebelumnya juga telah dikhianati oleh para pengikutnya. Apakah anda yakin bahwa para pengikut Nabi Muhammad pasti lebih baik daripada para pengikut Nabi Isa?

Faktanya adalah: kita tidak yakin!

Qur’an telah menunjukkan sebaliknya :

QS. ‘Ali ‘Imran [3]: 52-54
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: ‘Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?’ Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: ‘Kami lah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.’Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". Orang-orang kafir itu MEMBUAT TIPU DAYA, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.

QS. Al-‘Isra’ [17]: 77
(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu KETETAPAN terhadap RASUL-RASUL Kami yang Kami utus sebelum kamu dan TIDAK AKAN ADA kamu dapati PERUBAHAN bagi ketetapan Kami itu. “

QS. At-Tawbah [9]: 96-97
Mereka akan bersumpah kepadamu (wahai Muhammad), agar kamu rida kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu rida kepada mereka, maka sesungguhnya Allah TIDAK RIDA kepada orang-orang yang FASIK itu.”

Orang-orang ARAB Badui itu, adalah yang terburuk KEKAFIRAN dan KEMUNAFIKANNYA, dan BODOH dalam memahami hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

QS. At-Tawbah [9]: 101
Di antara orang-orang ARAB Badui yang di SEKELILINGMU(wahai Muhammad) itu, ada orang-orang MUNAFIK; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) TIDAK MENGETAHUI MEREKA, (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. “

QS. Al-Baqarah [2]: 79
Maka KECELAKAAN yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Kitab dengan TANGAN MEREKA SENDIRI, lalu dikatakannya: "INI DARI ALLAH", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.


ALASAN 5:
KEABSAHAN HADITS DIRAGUKAN

Qur’an menyatakan bahwa sebuah dokumen bisa dianggap sah jika ada minimal dua orang saksi. Namun sebagian besar hadits hanya didasarkan pada kesaksian satu orang saja. Bahkan pada peristiwa penting yaitu menjelang wafatnya Nabi yang disaksikan oleh ratusan pengikutnya, ternyata ada tiga versi hadits yang tersedia:

1. “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu KITABULLAH dan SUNNAHKU.”

2. “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu KITABULLAH dan KELUARGAKU.”

3. “Aku tinggalkan perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengannya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu KITABULLAH.”

Jadi, versi manakah yang benar?

Carilah jawaban untuk pertanyaan ini kepada cahaya Qur’an. Insya Allah anda akan mendapat jawabannya dengan jelas!

Sangat menyedihkan melihat kenyataan bahwa setelah Nabi Muhammad wafat, pengikutnya saling berdebat, bertengkar, dan terpecah belah demi perebutan kekuasaan!

QS. Ash-Shuraa [42]: 14
Dan mereka TERPECAH BELAH melainkan SESUDAH datangnya pengetahuan (Qur’an) kepada mereka karena KEDENGKIAN antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Kitab sesudah mereka, benar-benar berada dalam KERAGUAN yang menggoncangkan tentang kitab itu. “

QS. Ar-Rum [30]: 31-32
Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang MEMECAH BELAH agama mereka dan mereka menjadi BEBERAPA GOLONGAN. Tiap-tiap golongan merasa BANGGA dengan apa yang ada pada golongan mereka”.


ALASAN 6 :
ISLAM TELAH “SEMPURNA” HANYA DENGAN QUR’AN JAUH SEBELUM HADITS DIBUKUKAN

Banyak orang yang tidak paham bahwa satu-satunya misi Ilahiah kepada Nabi Muhammad adalah menyampaikan kitab suci Qur’an. Beliau tidak pernah diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan kepada kita bagaimana beliau makan, tidur, buang air, dsb.

Kita diperintahkan untuk mengikuti Rasulullah sebagai penyampai wahyu Allah yaitu Qur’an, bukan mengikuti beliau sebagai manusia! Mematuhi Nabi adalah perintah Allah untuk mengikuti cahaya Qur’an yang telah diturunkan Allah kepada Rasul-Nya.

Mematuhi Nabi bukanlah berarti mengikuti perkataan-perkataan yang telah diatasnamakan kepada Nabi, yang disebut “Sunnah”, di mana hal ini memang TIDAK PERNAH SEKALI PUN disebut dalam Qur’an!

Satu-satunya sunnah yang diperintahkan kepada kita untuk diikuti adalah Sunatullah yaitu ketetapan Allah!

Bagaimana mungkin kisah-kisah tentang kehidupan Nabi yang bersifat privat bisa kita KETAHUI saat ini (entah itu fakta atau kebohongan), jika bukan orang-orang pada zaman itu MENGABAIKAN firman Allah dalam Qur’an

QS. Al-‘Ahzab [33]: 53
Hai orang-orang yang beriman, JANGANLAH kamu MEMASUKI rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu DIIZINKAN untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu TANPA asyik MEMPERPANJANG PERCAKAPAN. Sesungguhnya yang demikian itu akan MENGGANGGU Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu ke luar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar...”


ALASAN 7 :
SEGALA PUJI HANYA KEPADA ALLAH SEMATA

Hanya Allah yang sempurna!

Sayangnya, banyak umat Islam yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah manusia yang sempurna, tanpa cacat sedikit pun.

Dalam hal menyampaikan wahyu Allah, pendapat mereka itu 100% benar. Nabi Muhammad telah menyelesaikan tugas ini dengan menyampaikan Qur’an, dan tidak ada lain HANYA Qur’an!

Namun demikian, Nabi Muhammad seperti halnya nabi-nabi yang lainnya, hanyalah manusia biasa. Segala perkataan dan tindakan atas kemauan mereka sendiri sebagai manusia, tidaklah luput dari kesalahan.

Allah tidak akan terpengaruh dengan segala tindak tanduk para nabi, akan tetapi Dia adalah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memaafkan segala kesalahan manusia, termasuk para nabi. Peristiwa ini juga bisa kita baca dalam Qur’an, contohnya:

QS. At-Tahrim [66]: 1
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Beberapa penjelasan dari Hadits tentang ayat ini telah diselewengkan maknanya, dengan dibuat seolah-olah Nabi Muhammad adalah manusia sempurna yang berhak dipuja-puja sebagaimana Allah.

Tapi ingat! Bukan berarti jika anda tidak menyimpan patung Nabi Muhammad maka anda akan terbebas dari dosa pemberhalaan!


ALASAN 8 :
QUR’AN BISA MENJELASKAN DIRINYA SENDIRI

Qur’an tidak bergantung kepada penjelasan hadits! Tidak sulit bagi Allah jika Dia berkehendak menurunkan kitab-kitab yang ditulis dengan tinta yang menghabiskan seluruh air laut. Jika anda berpendapat ada yang kurang dalam Qur’an, itu sama sekali bukan karena Allah lupa. Justru karena kemaha pemurahan-Nya, ada beberapa hal yang tidak dituliskan di dalam Qur’an. Justru Allah telah membukakan pintu ijtihad, penafsiran, dan pengembangan sebagai berkah Allah akan anugerah terbaik bagi manusia yaitu akal.

Qur’an membawa pesan universal yang bisa melintasi ruang dan waktu. Kita harus senantiasa mencari jalan keluar untuk permasalahan yang ada di sekitar kita hari ini.
Dan jawabannya tidak harus dipaksakan oleh “Hukum Islam” yang diwariskan oleh masyarakat Arab di abad pertengahan. Sudah seharusnya ulama di zaman ini melakukan evaluasi terhadap hukum-hukum masa lampau dan menggantikannya dengan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kekinian, untuk menghadapi dilema yang kita hadapi saat ini.

Qur’an tidak hanya berbicara dengan masyarakat Arab di abad pertengahan, tetapi MASIH berbicara dengan umat manusia di zaman ini di belahan bumi mana pun.

Qur’an sendiri berbicara bahwa Ia (Qur’an) mudah untuk dipahami bagi orang-orang yang benar-benar beriman, dan sulit dipahami bagi orang-orang munafik dan penyembah berhala. Mereka (orang munafik dan penyembah berhala) selalu khawatir bahwa ayat-ayat itu akan membuka kebobrokan mereka.

Apakah anda menyadari bahwa betapa nyamannya bagi mereka (orang munafik) untuk mencomot-comot dalil dari Hadits untuk memutarbalikkan makna dalam ayat-ayat Qur’an?

Mari kita baca ayat berikut ini!

QS. Luqman [31]: 6
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan HADITS-HADITS (perkataan) YANG TIDAK BERGUNA untuk MENYESATKAN (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.”

Mereka tidak akan membiarkan ayat ini membuka kebobrokan mereka, maka mereka tidak berani menterjemahkan kata “Hadits” ini apa adanya. Biasanya mereka menterjemahkan menjadi “perkataan”, bahkan ada yang keterlaluan dengan menterjemahkannya menjadi “nyanyian dan musik!”

Selalu lebih mudah bagi orang-orang yang selalu merasa paling benar sendiri itu untuk mengacungkan jari telunjuk ke arah orang lain yang tidak sepaham, daripada introspeksi diri dan memperbaiki kesalahan mereka sendiri!

QS. Al-‘An’am [6]: 112-113
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-PERKATAAN YANG INDAH-INDAH UNTUK MENIPU (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan.”

QS. Al-‘Araf [7]: 30
Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung (mereka) selain Allah, dan MEREKA MENGIRA BAHWA MEREKA MENDAPATKAN PETUNJUK.”

QS. Muhammad [47]: 16
Dan di antara mereka ada orang yang MENDENGAR PERKATAANMU (wahai Muhammad) sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "APAKAH YANG DIKATAKANNYA (Muhammad) TADI?" Mereka itulah orang-orang yang DIKUNCI MATI HATI mereka oleh Allah dan MENGIKUTI HAWA NAFSU mereka.”


ALASAN 9 :
MEMPERTANYAKAN HADITS TIDAK MENJADIKAN ANDA KAFIR!

Justru anda sedang menjalankan tepat apa yang diperintahkan Allah di dalam Qur’an! Allah berfirman kepada kita bahwa kita bertanggung jawab atas pendengaran, penglihatan, dan pola berpikir yang logis yang dikaruniakan kepada kita, dan untuk membuktikan sebuah kebenaran.

QS. Az-Zumar [39]: 18
“Yang MENDENGARKAN PERKATAAN lalu MENGIKUTI APA YANG PALING BAIK di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah PETUNJUK dan mereka itulah orang-orang yang MEMPUNYAI AKAL.

Qur’an mengatakan bahwa Nabi Muhammad kelak pada Hari Penghakiman akan berkeluh kesah kepada Allah dengan berkata, “Umatku telah menjadikan Qur’an sesuatu yang tidak diacuhkan.”

Apakah anda pernah bertanya kepada diri sendiri, siapakah yang dimaksud dengan “umatku” oleh Rasulullah? Ataukah lebih mudah menunjuk ke arah umat Yahudi dan Nasrani?

QS. Al-‘Isra’ [17]: 36
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya PENDENGARAN, PENGLIHATAN, dan HATI, semuanya itu akan diminta PERTANGGUNGAN JAWABNYA”

QS. Al-Baqarah [2]: 171
Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang TIDAK MENDENGAR SELAIN PANGGILAN DAN SERUAN saja. Mereka TULI, BISU, DAN BUTA, maka (oleh sebab itu) mereka TIDAK MENGERTI.”

Sebagian besar Hukum Syariat dalam “Islam” yang diambil di luar Qur’an adalah berdasarkan Fikih dan Hadits. Mari kita bertanya kepada diri sendiri : berserah diri (Islam) macam apa kita ini jika berani mengingkari firman-firman Allah demi sekedar mengikuti tradisi dan Hadits?

Siapakah sebenarnya “orang-orang zalim dan fasik” itu?

Qur’an berkata :

QS. Al-Ma’idah [5]: 45
Barang siapa TIDAK MEMUTUSKAN perkara menurut APA YANG DITURUNKAN ALLAH, maka mereka itu adalah orang-orang ZALIM.”

QS. Al-Ma’idah [5]: 47
“Barang siapa TIDAK MEMUTUSKAN perkara menurut APA YANG DITURUNKAN ALLAH, maka mereka itu adalah orang-orang FASIK.”

Kediktatoran, kejahatan terhadap kemanusiaan, penindasan terhadap wanita, korupsi, pelanggaran terhadap hak berbicara/beragama/ berpandangan politik bisa kita saksikan di belahan bumi manapun. Akan tetapi mengapa kasus terbanyak terjadi di negeri-negeri mayoritas “muslim?”

QS. An-Nisa’ [4]: 60
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang MENGAKU dirinya telah BERIMAN kepada APA YANG DITURUNKAN (Qur’an) kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak BERHAKIM kepada kemungkaran, padahal mereka telah diperintah mengingkari kemungkaran itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) PENYESATAN yang sejauh-jauhnya.“

QS. Al-Qalam [68]: 36-37
Mengapa kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu MENGAMBIL KEPUTUSAN? Atau adakah kamu mempunyai sebuah KITAB LAIN yang kamu ikuti?

QS. Al-Kahf [18]: 26
“...Dia TIDAK mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan HUKUM".


ALASAN 10 :
QUR’AN ADALAH PEMBEDA ANTARA YANG “BENAR” DAN YANG “SALAH”.

QS. Al-Furqan [25]: 1
Maha Suci Allah yang telah menurunkan KITAB PEMBEDA (antara yang benar dan salah) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,”

QS. Yunus [10]: 17-18
Maka siapakah yang LEBIH LALIM daripada orang yang MENGADA-ADAKAN KEDUSTAAN terhadap Allah atau MENDUSTAKAN ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa. Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah APA yang TIDAK diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu).”

QS. Al-‘Ahzab [33]: 67-68
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah MENAATI PEMIMPIN dan PEMBESAR kami, lalu mereka MENYESATKAN kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".

QS. An-Nisa’ [4]: 48
Sesungguhnya Allah TIDAK AKAN mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang SELAIN dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang MEMPERSEKUTUKAN Allah, maka sungguh ia telah berbuat DOSA yang BESAR. “

Kembalilah kepada petunjuk Allah di dalam Qur’an, sebelum terlambat! Karena anda tidak dapat menyalahkan orang-orang yang telah menyesatkan kita pada Hari Penghakiman nanti!

Keselamatan anda tergantung pada anda sendiri, dan ampunan dari Allah!

Allah telah memudahkan agama ini bagi kita. Jika anda merasakan begitu banyak kesulitan dan kerepotan dalam berserah diri (Islam), maka patut anda pertanyakan kepada diri sendiri, Islam apakah yang sedang kita jalani?

Berserah diri hanya kepada Sunnah Allah (Sunatullah) adalah sesuatu hal yang akan dilakukan oleh orang yang benar siapa pun dia, dengan penuh kenikmatan.

Sistem Allah sangat luar biasa, hebat, humanis, dan sehat. Tidak demikian dengan sistem yang dibuat-buat sendiri oleh manusia.

Sangatlah penting bagi siapa saja, Muslim maupun Non-Muslim untuk menyadari perbedaan di antara sistem buatan Allah dan sistem buatan manusia.

Pengingkaran terhadap fakta ini akan berakibat:

QS. Al-‘An’am [6]: 26
Mereka MELARANG (orang lain) MENDENGARKAN Al Qur'an dan mereka sendiri MENJAUHKAN diri daripadanya, dan mereka hanyalah MEMBINASAKAN diri mereka sendiri, sedang mereka TIDAK MENYADARI.

Peace!



Minggu, 10 Juni 2012

MENYINGKAP TABIR HADITS : “APAKAH HADITS MENGAJARKAN TATA CARA SHALAT“ (Bag 11 : Habis)

P.S : AWAS, INI HANYA COCOK DIBACA BAGI MEREKA YANG BENAR-BENAR MENCARI KEBENARAN, DAN TIDAK DISARANKAN BAGI ORANG YANG TIDAK SIAP MENERIMA KENYATAAN.

“ Dirikanlah shalat ... “ (17 : 78)

Para pembela Hadits berkata bahwa tanpa Hadits umat Islam tidak akan tahu bagaimana tata cara shalat. Mereka juga berkata bahwa Qur’an tidak memberikan detail tata cara shalat.

Apakah ‘shalat’ itu?

Shalat, menurut pandangan umum, adalah ritual yang terdiri dari gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan. Urutannya adalah : berdiri, ruku’, berdiri, sujud, duduk di antara sujud, sujud, dan pada akhirnya duduk hingga selesai. Satu set gerakan tersebut disebut dengan ‘rakaat’. Masing-masing shalat lima waktu memiliki perbedaan jumlah rakaat. Dua rakaat untuk shalat subuh, empat rakaat untuk shalat dzuhur, empat rakaat untuk shalat ashar, tiga rakaat untuk shalat maghrib, dan empat rakaat untuk shalat isya. Dengan demikian umat Islam diwajibkan untuk melakukan gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan ketika melakukan ritual shalat.

Di samping itu, banyak umat Islam yang berkata bahwa tata cara seperti itu tidak diajarkan di dalam Qur’an, hanya melalui Haditslah kita bisa mendapatkan keterangan tentang tata cara itu.

BENARKAH??

Imam Bukhari menulis kitab Hadits edisi khusus yaitu : KITAB SHALAT, namun fakta yang mengejutkan dari kitab ini adalah tidak ada satu Hadits pun di sini yang mengajarkan tata cara shalat! Ada pun Hadits-Hadits yang dimuat dalam kitab ini sebagian besar adalah kesaksian para sahabat yang menyaksikan perbuatan dan perkataan Nabi tentang hal-hal yang berhubungan dengan shalat.

Memang ada Hadits yang menceritakan bagaimana Rasulullah SAW mengoreksi kesalahan dari seorang sahabat yang sedang melakukan shalat. Namun Hadits ini hanya menjelaskan bagaimana Rasulullah memerintahkan orang tersebut untuk melakukan ruku’ dan sujud, dan membaca salah satu ayat dalam Qur’an. Hadits tersebut tidak menjelaskan berapa kali orang itu harus ruku’ dan sujud. Hadits tersebut juga tidak menjelaskan kewajiban membaca surat Al Fatihah, yang mana umat Islam meyakini bahwa tanpa membaca surat Al Fatihah maka shalat menjadi tidak sah.

Ada juga Hadits yang berbunyi, “ Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” Akan tetapi Hadits ini juga tidak menjelaskan bagaimana tata cara shalat.

Tidak ada Hadits yang menjelaskan jumlah rakaat dan berapa kali kita harus ruku’ dan sujud pada tiap-tiap shalat!

Tidak ada pula Hadits yang menjelaskan berapa persen jumlah minimum zakat yang harus kita bayarkan setiap tahunnya!

Sudah barang tentu, jika memang Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengajarkan tata cara shalat melalui Hadits, sebagaimana yang diyakini oleh sebagian besar umat Islam, Dia akan menyediakan keterangan tentang tata cara itu. Mengingat betapa pentingnya shalat bagi umat Islam, sudah semestinya pula Allah memberi penjelasan di dalam kitab-Nya, yaitu Qur’an.

Jika memang Allah memerintahkan umat manusia untuk shalat berdasarkan tata cara semacam itu, bahkan jika memang harus dijelaskan di luar Qur’an, Nabi Muhammad akan memberikan penjelasan yang detail dan meyakinkan tentang tata cara shalat tersebut.

Bahkan tata cara wudhu pun ada penjelasan secara detailnya di dalam Al Qur’an!

Al Maidah [5] : 6
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.“

Tata cara berwudhu pada ayat di atas benar-benar jelas dan detail. Ini berbanding terbalik dengan tata cara shalat yang masih samar dan ambigu di tengah-tengah lautan Hadits yang dianggap mengajarkan tata cara shalat.

Jika seseorang benar-benar meneliti dengan cermat satu persatu Hadits yang dianggap berkaitan dengan tata cara shalat, dengan kesabaran yang luar biasa, maka ia tidak akan menemukan instruksi yang jelas dan tidak ambigu tentang bagaimana tata cara shalat.

Tidak ada Hadits yang menjelaskan secara utuh dalam satu kesatuan tentang bagaimana tata cara shalat yang mencakup berapa rakaat tiap-tiap shalat, berapa kali shalat wajib dalam sehari, bagaimana urutan gerakan yang harus dilakukan.

Jadi, jika memang Hadits tidak pernah menjelaskan tata cara shalat ... Dari manakah kita mendapatkan pelajaran tentang tata cara shalat yang kita lakukan selama ini?

Beberapa orang mempercayai bahwa shalat yang kita lakukan selama ini adalah ajaran Nabi Ibrahim yang telah diwariskan secara turun temurun melalui ribuan generasi, bukan dari Hadits.

Pendapat mereka itu didasarkan oleh ayat di bawah ini :

An-Nisaa [4] : 125
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti milat Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.”

Mereka menterjemahkan kata ‘Millat’ sebagai ‘tata cara ritual ibadah’, padahal jelas ada kata keterangan di belakang yaitu ‘lurus’, yang berarti : agama yang lurus alias monotheisme!

Mereka juga mengatakan bahwa praktek shalat juga telah dilakukan oleh nabi-nabi sebelum Muhammad. Sekedar anda tahu, bahwa Nabi Ibrahim hidup sekitar 1850 SM (sumber : Buku Saku Ensiklopedi Sejarah Dunia, terbitan : Sand Castle Books – 2008). Dengan demikian, tata cara shalat memang tidak diajarkan dalam Qur’an atau Hadits, melainkan diajarkan secara turun temurun semenjak zaman Ibrahim dalam kurun waktu kurang lebih 3860 tahun.

OH TIDAK!!

BISIKAN CINA .... Lagi? (Baca : Menyingkap Tabir Hadits bagian 9 – Bisikan Cina).

Qur’an adalah petunjuk!

Mengapa tata cara gerakan dan bacaan shalat tidak disebutkan di dalam Qur’an?

Pertama, karena tata cara seperti itu memang bukan yang diperintahkan oleh Allah, melainkan merupakan tradisi ritual yang diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita masing-masing.

Qur’an menjelaskan bagaimana manusia telah terjebak pada ritual yang diajarkan oleh orang tua mereka masing-masing..

Al-Baqarah [2] : 170
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

Al-Maidah [5] : 104
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.

Al-A’raaf [7] : 28
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?

Al-A’raaf [7] :  38, 39
 Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka". Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui".
Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan".

Al-A’raaf [7] :  173
atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"

Hud [11] : 109
Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang disembah oleh mereka. Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana nenek moyang mereka menyembah dahulu. Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan tidak dikurangi sedikitpun.

As-Saaffaat [37] : 69-74
Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam Keadaaan sesat.
Lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jejak orang-orang tua mereka itu.
Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) sebagian besar dari orang-orang yang dahulu,
dan sesungguhnya telah Kami utus pemberi-pemberi peringatan (rasul-rasul) di kalangan mereka.
Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu.
Tetapi hamba-hamba Allah yang bersihkan (dari dosa tidak akan diazab)

Az-Zukhruf [43] : 23-25
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".
(Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya".
Maka Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu

Silakan baca pula bagaimana ulama dan para pemimpin bisa menyesatkan umat.

At-Taubah [9] : 31
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan

Al-Ahzaab [33] : 67
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).

Kedua, karena Allah memang tidak menaruh perhatian pada bentuk fisik ritual ibadah, melainkan bahwa yang paling penting adalah seberapa besar ketulusan dan ketundukan kita kepada Allah pada saat kita beribadah dan berdoa.

Jika memang Allah telah memberikan detail bagaimana tata cara berwudhu, maka sudah barang tentu tidak sulit bagi diri-Nya untuk memberikan detail bagaimana tata cara shalat dalam Qur’an.

Dia memang tidak!

Jika anda perhatikan ayat-ayat dalam Qur’an, maka anda akan mendapatkan bahwa Qur’an berulang kali memberikan pengajaran yang menekankan kepada manusia untuk selalu berbuat kebaikan, dan bukannya terfokus pada hal-hal yang bersifat ritual. Suatu penekanan yang berlebihan terhadap bentuk ritual ibadah akan menjauhkan manusia dari tujuan ibadah itu sendiri.

Peristiwa yang terjadi pada Pangeran Salman dari Saudi yang ikut dalam perjalanan ke luar angkasa American Discovery pada tahun 1985, yang mana para ulama Saudi begitu kebingungan bagaimana merumuskan jawaban atas pertanyaan : bagaimana seorang Muslim harus melakukan shalat di dalam pesawat luar angkasa, adalah bukti bagaimana kelirunya pemahaman menitikberatkan ibadah pada bentuk fisiknya saja.

Ketiga, bahwa kata SHALAT dalam bahasa Arab berasal dari akar kata WASALA, yang berarti “berkomunikasi”. Dengan demikian, kata “shalat” mengandung makna “berkomunikasi dengan Allah”, dan bukannya ritual shalat sebagaimana yang kita pahami selama ini.

Lalu, bagaimana seharusnya kita melakukan shalat (berkomunikasi dengan Allah) menurut panduan dari Qur’an?

Sesungguhnya banyak petunjuk tentang shalat yang bisa kita temukan di dalam Qur’an :

Tujuan kita shalat ->

Al-Baqarah [2] : 112
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Al-Baqarah [2] : 152-153
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Al-Baqarah [2] : 186
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

[14]: 7
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

[21] : 19
Dan kepunyaan-Nya-lah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.

[28] : 70

[45] : 36

[20] : 14,

[72] : 18,

[29] : 45,

[6] : 162,

[20] : 14

[23] : 2.

Wudhu ->

5 : 6 dan 4 : 43.

Ke mana kita harus menghadap pada saat shalat ->
Al-Baqarah [2] : 142, 144, 148, 177.

Posisi kita pada saat shalat ->
3 : 191, 38 : 24, dan 48 : 29.

Apa yang harus diminta pada saat shalat (tapi tidak terbatas) -> 1 : 1-7, 2 : 201, 2 : 286, 3 : 147, dan 3 : 193.

Waktu-waktu shalat ->
Al-Baqarah [2] :  238


11 : 114, 50 : 40, 24 : 58, 17 : 78, dan 17 : 110-111.

Pakaian apa yang harus dipakai pada saat shalat -> 7 : 31.

Ketika kita sedang dalam keraguan, maka mintalah kepada Allah, Sang Pencipta
Qur’an, untuk pertolongan dan petunjuk.

Sesungguhnya Dia Dekat dan Maha Mendengar!

Al Baqarah [2] : 153
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Shalat seharusnya dilakukan secara khusyuk, tulus, pasrah, dan dari hati yang terdalam. Bukannya dalam bentuk ritual dan hafalan.

Tugas saya hanyalah menyampaikan dan membeberkan fakta. Namun saya bukanlah penyelamat dan pelindung bagi anda. Maka selesailah sudah episode :
MENYINGKAP TABIR HADITS.

Semoga umat Islam segera kembali berpegang kepada ajaran Islam yang murni dan warisan utama dari misi kerasulan Nabi Muhammad, yaitu QUR’AN!

Salam!

>