Selasa, 30 Agustus 2011

IDUL FITRI BERBEDA LAGI

oleh Agus Mustofa pada 29 Agustus 2011 pukul 11:33

Sangat boleh jadi, Idul Fitri di Indonesia tahun ini berbeda lagi. Padahal di kebanyakan negara muslim lainnya tidak terjadi. Entahlah, kenapa begitu sulit menyatukan dua pendapat mayoritas itu disini. Padahal keduanya sama-sama bisa menghisab dan sama-sama bisa merukyat...

Sulitnya menyatukan dua pendapat ini, seakan-akan menjadi cermin atas ego partisan yang masih begitu kuat di antara golongan-golongan umat Islam. Padahal, mestinya solusinya tidaklah sulit untuk dipecahkan. Masalah sebenarnya bukanlah ’tidak bisa’, melainkan ’tidak mau’ saja. Dengan kata lain, jika kedua pihak yang berbeda itu ’mau’ semua ini akan selesai dengan ending yang sangat melegakan umat yang sudah lama terombang-ambing dalam kebingungan yang tidak perlu ini.

Masalah utamanya tidak lebih dari sekedar ’kesepakatan definisi’ tentang datangnya ’bulan baru’ alias penampakan hilal. Dalam hal ini adalah bulan Syawal. Bahwa, dalam kalender Hijriyah yang berpatokan pada putaran Bulan terhadap Bumi, satu bulan disandarkan pada lamanya Bulan mengitari Bumi satu putaran. Dari titik A ke titik A lagi, dari horison ke horison lagi, yang lamanya 29,5 hari.

Periode satu putaran Bulan terhadap Bumi itu terlihat oleh manusia dari permukaan Bumi sebagai munculnya Bulan dalam bentuk Bulan sabit yang sangat tipis, kemudian semakin menebal, dan mencapai Bulan Purnama, lantas menjadi berbentuk sabit lagi sampai tenggelam.

Maka, datangnya bulan baru (dalam hal ini Syawal) selalu ditandai oleh munculnya bulan sabit alias hilal di ufuk barat, yang tampak pada saat matahari tenggelam di hari terakhir Ramadan. Perbedaan muncul dikarenakan adanya prinsip yang berbeda.

Kelompok pertama berpendapat, bahwa jika hilal sudah berada di atas horison alias diatas nol derajat garis datar Bumi, itu sudah menunjukkan datangnya bulan baru. Berapa pun ketinggian hilal, pokoknya sudah diatas nol derajat, itu artinya bulan Ramadan sudah habis, dan tidak boleh berpuasa lagi. Esok hari adalah 1 Syawal.

Kelompok kedua berpendapat, bahwa untuk bisa disebut sebagai bulan baru hilal itu harus ’terlihat’. Karena ada hadits Nabi yang menyebutkan bahwa, barangsiapa melihat hilal maka hentikanlah puasa Ramadan. Dan jika hilal belum terlihat, maka genapkanlah puasanya menjadi 30 hari.

Masalahnya memang, satu bulan Hijriyah itu berumur 29,5 hari. Sehingga kadang, kita berpuasa 29 hari, dan di waktu lain kita berpuasa 30 hari karena menggenapkan sampai terbenamnya matahari. Kita akan berpuasa 29 hari, jika 0,5 harinya itu sudah muncul di awal Ramadan. Dan kita berpuasa 30 hari, jika 0,5 harinya hadir di akhir Ramadan.

Untuk tahun ini, sebenarnya 0,5 hari itu sudah muncul di awal Ramadan. Sehingga, di akhir Ramadan ini hilal sudah berada di atas horison meskipun tidak sampai 2 derajat. Bagi kelompok pertama, ini dianggap sudah cukup sebagai bukti bahwa bulan Syawal sudah datang. Karena itu, puasanya hanya 29 hari. Dan tanggal 30 sudah shalat Idul Fitri.

Namun, bagi kelompok kedua, belum cukup hitungan di atas kertas itu, karena bisa saja salah. Karena itu harus dibuktikan dengan ’melihat’ munculnya hilal di ufuk Barat. Jika tidak terlihat, keputusannya adalah menggenapkan puasa menjadi menjadi 30 hari. Tetapi jika terlihat, mereka akan mencukupkan puasanya hanya 29 hari. Dan kita shalat Id bersama. Oh, betapa indahnya...

Sayangnya, kemungkinan besar, hilal tidak akan terlihat karena bulan sabit itu demikian tipisnya. Ia akan menampakan diri di atas horison tidak sampai 2 derajat. Dari pengalaman para ahli astronomi, bulan sabit baru akan tampak oleh mata atau bahkan oleh peralatan jika berada di ketinggian minimal 4 derajat. Karena itu, di sejumlah negara dibuat kesepakatan, bahwa yang disebut bulan baru itu adalah jika hilal sudah setinggi minimal 4 derajat di atas horison.

Nah, selama kedua belah pihak bersikukuh dengan pendapat masing-masing tentang datangnya bulan baru, maka ’masalah yang tidak perlu’ ini akan terus ada. Di Mesir, perbedaan ini dengan sangat mudah diatasi oleh pemerintah. Yakni, dengan menyerahkan kepada ahlinya. Masing-masing golongan yang berbeda tidak boleh melakukan perhitungan dan rukyat sendiri-sendiri, melainkan diserahkan kepada lembaga astronomi milik negara.

Para ahli Astronomi itulah yang menghitung, dan kemudian merukyat di lapangan dengan menggunakan peralatan yang mereka miliki. Hasilnya diserahkan kepada lembaga fatwa yang dikenal sebagai Darul Ifta’ yang berisi para ahli fiqih dari Universitas Al Azhar. Maka, sidang isbat yang terjadi sangatlah singkat dan tidak ruwet. Cukup melakukan cross-check hasil pengamatan lembaga astronomi dari berbagai wilayah, dan kemudian melegitimasi. Hasilnya diumumkan oleh pemerintah, dan ditetapkan sebagai keputusan resmi yang harus diikuti oleh seluruh warga.

Di Indonesia belum ada ketegasan dan kesepakatan seperti itu sehingga masalahnya tidak selesai-selesai. Tapi kita semua berharap, mudah-mudahan perbedaan ini tidak akan berlarut-larut ke masa depan. Tentu saja seiring dengan kedewasaan kita dalam beragama. Bahwa berbeda itu memang membawa rahmat, jika digunakan untuk kemaslahatan umat. Tetapi, menjadi mudharat jika umat menjadi terpecah belah dan tidak nyaman dalam beribadah. Allah tidak pernah mempersulit hamba-hamba-Nya dalam beribadah. Ambillah yang mudah, jangan dipersulit...

QS. Al Baqarah (2): 185
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan maka (berpuasalah) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki KEMUDAHAN bagimu, dan TIDAK menghendaki KESUKARAN bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Saya sendiri, tahun ini menjalankan puasa 29 hari. Dan shalat Idul Fitri pada tanggal 30 Agustus 2011. Karena, kebetulan saya menjadi khatib di Pasuruan pada tanggal tersebut. Perbedaan jangan menjadikan kita terpecah. Tetapi, menjadi pelajaran berharga untuk bisa saling menghormati perbedaan…

~ salam hangat ~
Selamat berhari raya Idul Fitri
Selamat berlebaran bersama keluarga tercinta
Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua...

Rabu, 24 Agustus 2011

"PATUNG DAN UANG" ... MANA YANG LEBIH DILARANG OLEH ALLAH?

QS Al Ankabuut [29] : 46
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri"

Suatu hari saya bertemu dengan seorang misionaris Kristen. Sebagai seorang muslim yang baik, tentu saja saya harus bersikap baik, sopan, dan penuh penghormatan terhadapnya. Kami memulai sebuah pembicaraan seputar teologi, hingga ia melontarkan sebuah pertanyaan:

"Apakah umat Islam itu jalannya belum lurus? Mengapa setiap hari ketika shalat selalu berdoa agar ditunjukkan jalan yang lurus?"

Saya hanya tersenyum mendengarkan pertanyaan itu. Sebenarnya inilah salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para misionaris. Entah itu karena memang mereka tidak tahu, atau hanya bertujuan melemahkan iman umat Islam.

Inilah ayat dalam Al Qur'an yang sering mereka permasalahkan :

QS Al Fatihah [1] : 5-6
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. TUNJUKKANLAH KEPADA KAMI JALAN YANG LURUS.. "

Di sini saya ingin berbagi kepada sahabat JERNIH, bagaimana menjawab pertanyaan yang "gampang-gampang susah" ini, dengan tepat, masuk akal, dan tentunya yang lebih penting adalah tidak menyakiti perasaan lawan bicara kita.

Saya minta kepada si misionaris untuk membacakan sebuah ayat dari Alkitab, yaitu kitab sucinya sendiri.
"Anda hafal Doa Bapa Kami dari Injil Lukas 11: 2-4?"
Ia menjawab : "Tentu saja!"
Dan ia mulai membacanya dengan lantang :

Injil Lukas 11 : 2-4
"Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. BERIKANLAH KAMI SETIAP HARI MAKANAN KAMI YANG SECUKUPNYA dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan".

Kemudian saya berbalik tanya kepada dia: "Kalau begitu apakah umat Kristen setiap hari kelaparan dan tidak cukup makanan?"

Misionaris itu tersenyum kecut. Kemudian tampak kebingungan menjawab. Segera saya menjelaskan apa makna di balik doa umat Islam agar selalu ditunjukkan kepada jalan yang lurus.

QS Al Fatihah [1] : 5-6
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus.."

Tentu saja ini adalah sebuah doa. Doa yang menggambarkan kerendahan diri kita di hadapan Sang Pencipta. Kita menyadari bahwa kita hanyalah manusia biasa yang lemah tak berdaya, dan tidak bisa lepas dari kesalahan dan dosa. Iman dalam diri kita ini setiap harinya naik turun, tidak ubahnya seperti kurs mata uang dunia. Hari ini bisa saja diri kita ini berada di "jalan yang lurus", akan tetapi apakah kita berani menjamin bahwa besok kita akan tetap berada di "jalan surga" tersebut? Lagi pula siapa sih diri kita ini bisa bersikap sombong seolah-olah kita tahu bahwa jalan kita sekarang ini adalah jalan yang lurus?

QS Luqman [31] : 18
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."

Kita telah diberikan seperangkat petunjuk oleh Allah untuk mencapai kebenaran, namun kebenaran sejati hanyalah milik Allah saja. Apa yang kita lakukan saat ini hanyalah upaya untuk mendekati kebenaran sejati. Akan tetapi kita tidak akan pernah tahu kebenaran sejati itu seperti apa. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati, dan kesadaran bahwa kita ini adalah makhluk yang lemah, kiranya sudah sepatutnya kita tidak henti-hentinya memohon kepada Yang Maha Memberi Petunjuk, agar selalu dibimbing-Nya dengan hikmat kebijaksanaan dan kasih sayang untuk selalu berada dalam "shirataal mustaqiim" alias "Jalan yang lurus."

Insya Allah ...

Allahu'alam ..


Semoga bermanfaat!


Minggu, 07 Agustus 2011

"TUHANNYA ORANG KRISTEN TELANJANG!"

" Tuhannya Orang Kristen Telanjang! "
Itulah kalimat yang sering saya jumpai di beberapa forum debat kusir agama. Kalimat senada yang melecehkan seorang Yesus Kristus juga sering saya jumpai, misalkan saja, "Tuhan kok gondrong?" Atau juga foto-foto pelecehan terhadap sosok Yesus, yang kemudian di-tag kesana kemari untuk kemudian diberi komentar yang melecehkan. Yang sangat saya sesalkan, bahwa banyak di antara pelecehan itu dilakukan oleh orang-orang muslim.

Saya tegaskan! Perilaku itu SANGAT TIDAK ISLAMI!

Al Qur'an jelas sekali mengajarkan kepada manusia, untuk tidak berdebat dengan Non-Muslim, kecuali dengan cara yang PALING BAIK.

QS Al Ankabuut [29] : 46
"Dan janganlah kamu BERDEBAT dengan Ahli Kitab, kecuali dengan cara YANG PALING BAIK, kecuali oleh orang-orang zalim di antara mereka. Dan katakanlah : “Kami beriman kepada apa yang diturunkan (kitab-kitab) kepada kami, dan apa yang diturunkan( kitab-kitab) kepada kamu. Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu, dan kami hanya kepada-Nya berserah diri".

Al Qur'an juga secara tegas melarang umat Islam untuk menghina sesembahan umat lain, bahkan sesembahan yang paling buruk sekalipun : yaitu berhala orang-orang kafir!

QS Al An'am [6] : 108
“Dan janganlah kamu MEMAKI sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan MELAMPAUI BATAS tanpa pengetahuan".

Beberapa muslim berdalih bahwa mereka melakukannya sebagai pembalasan atas dilecehkannya Nabi besar Muhammad SAW oleh orang-orang Kristen. Akan tetapi apakah benar Islam mengajarkan untuk membalas dendam?

QS Al-A’raf [7] : 199
“Jadilah PEMAAF dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta JANGAN PEDULIKAN orang-orang yang bodoh”.

QS As-Syuura [42] : 43
“Tetapi barang siapa BERSABAR dan MEMAAFKAN, sungguh yang demikian itu yang termasuk perbuatan yang MULIA”.

Lebih jauh lagi, Al Qur'an menjelaskan perbedaan antara orang-orang beriman dan orang-orang fasik.

QS Ali Imran [3] : 179
“Allah MEMBEDAKAN yang buruk dan baik".

QS As-Sajdah [32] : 18
“TIDAK SAMA orang ber-Iman dengan orang Fasik".

QS Al Hasyr [59] : 20)
“TIDAK SAMA penghuni Surga dan penghuni Neraka."

QS Al Mu'min [40] : 58
“Tidak sama orang BUTA dengan MELIHAT, tidak sama orang beriman yang BERBUAT BAIK dengan orang yang BERBUAT JAHAT."

Setelah anda memahami ayat-ayat di atas, saya akan ajak anda untuk mengenal lebih dekat siapa itu Yesus Kristus yang masih dilecehkan oleh sebagian muslim, yang tentunya mereka tidak berpengetahuan yang cukup.

Merupakan kebodohan dan sebuah kedurhakaan yang luar biasa jika seorang muslim menghina dan melecehkan sesosok Yesus Kristus. Apakah kita tidak menyadari, bahwa Yesus Kristus itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi Isa Almasih yang sangat dikasihi Allah dan salah satu Nabi besar bagi umat Islam?

Ia adalah seorang Nabi dari kalangan bani Israel, dan menurut naskah-naskah kuno, dikenal dengan nama YOSUA atau ESAU. Sebuah nama yang umum di kalangan orang-orang Israel pada masa itu. Dalam bahasa Arab ia dikenal dengan nama ISA. Dalam bahasa Yunani ia dikenal dengan nama JESUS. Maka dari itu ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi YESUS.

Sedangkan nama KRISTUS itu awanya dari bahasa Ibrani : MASYIAKH, artinya "Yang Diurapi", sebuah gelar bagi raja-raja Israel. Dalam bahasa Arab menjadi AL MASIH. Dalam bahasa Yunani menjadi CHRISTOS. Orang Barat menyebutnya CHRIST atau THE MESSIAH. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi KRISTUS.

Itulah mengapa bahwa : YOSUA MASYIAKH - ISA ALMASIH - JESUS CHRIST - YESUS KRISTUS itu adalah sama!

Yang membedakan adalah cara pandang Yahudi, Nasrani, dan Muslim dalam memandang figur Yesus Kristus. Jika Yahudi menganggap Yesus sebagai nabi palsu dan pembohong, Nasrani memandang Yesus sebagai Anak Tuhan dan (sebagian besar) perwujudan Tuhan, maka Muslim memandang Yesus sebagai seorang utusan, nabi, dan hamba Allah.

QS Maryam [19] : 30-37
“Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, serta berbakti kepada ibuku. Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’ Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: ‘Jadilah,’ maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. ”

Bahkan di dalam Alkitab (Injil) pun sejalan dengan keyakinan Islam bahwa Yesus hanyalah seorang utusan Allah.

Matius 10:40
"Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut aku, dan barangsiapa menyambut aku, ia menyambut DIA yang MENGUTUS AKU."

Yohanes 17:3
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, SATU-SATUNYA ALLAH yang benar, dan mengenal YESUS KRISTUS yang telah Engkau UTUS”.

Maka dari itu, setelah anda semua membaca dan mengerti tentang siapa itu Yesus Kristus atau Isa Almasih, maka sudah semestinya kita menghentikan segala bentuk pelecehan dan penghinaan seputar beliau. Bahkan terhadap Tuhan-Tuhan bagi agama lain, sebagaimana telah diajarkan oleh Allah dalam Al Qur'an. Berhentilah berdebat dengan non-muslim dengan cara yang tidak baik! Tunjukkan bahwa umat Islam adalah umat yang santun dan cerdas serta cinta damai! Sayangilah semua umat manusia, dan tentu saja sayangilah dan perlakukan dengan penuh rasa hormat semua nabi yang pernah diturunkan kepada umat manusia, tidak terkecuali YESUS KRISTUS alias ISA ALMASIH.. Damai besertanya!

QS Al Baqarah [2] : 136

"Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. KAMI TIDAK MEMBEDA-BEDAKAN seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."

Rabu, 03 Agustus 2011

ISLAM JALANNYA BELUM LURUS?

QS Al Ankabuut [29] : 46
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri"

Suatu hari saya bertemu dengan seorang misionaris Kristen. Sebagai seorang muslim yang baik, tentu saja saya harus bersikap baik, sopan, dan penuh penghormatan terhadapnya. Kami memulai sebuah pembicaraan seputar teologi, hingga ia melontarkan sebuah pertanyaan :

"Apakah umat Islam itu jalannya belum lurus? Mengapa setiap hari ketika shalat selalu berdoa agar ditunjukkan jalan yang lurus?"

Saya hanya tersenyum mendengarkan pertanyaan itu. Sebenarnya inilah salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para misionaris. Entah itu karena memang mereka tidak tahu, atau hanya bertujuan melemahkan iman umat Islam.

Inilah ayat dalam Al Qur'an yang sering mereka permasalahkan :

QS Al Fatihah [1] : 5-6
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. TUNJUKKANLAH KEPADA KAMI JALAN YANG LURUS.. "

Di sini saya ingin berbagi kepada sahabat JERNIH, bagaimana menjawab pertanyaan yang "gampang-gampang susah" ini, dengan tepat, masuk akal, dan tentunya yang lebih penting adalah tidak menyakiti perasaan lawan bicara kita.

Saya minta kepada si misionaris untuk membacakan sebuah ayat dari Alkitab, yaitu kitab sucinya sendiri. "Anda hafal Doa Bapa Kami dari Injil Lukas 11 : 2-4?" Ia menjawab : "Tentu saja!" Dan ia mulai membacanya dengan lantang :

Injil Lukas 11 : 2-4
"Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. BERIKANLAH KAMI SETIAP HARI MAKANAN KAMI YANG SECUKUPNYA dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan".

Kemudian saya berbalik tanya kepada dia: "Kalau begitu apakah umat Kristen setiap hari kelaparan dan tidak cukup makanan?"

Misionaris itu tersenyum kecut. Kemudian tampak kebingungan menjawab. Segera saya menjelaskan apa makna di balik doa umat Islam agar selalu ditunjukkan kepada jalan yang lurus.

QS Al Fatihah [1] : 5-6
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus.."

Tentu saja ini adalah sebuah doa. Doa yang menggambarkan kerendahan diri kita di hadapan Sang Pencipta. Kita menyadari bahwa kita hanyalah manusia biasa yang lemah tak berdaya, dan tidak bisa lepas dari kesalahan dan dosa. Iman dalam diri kita ini setiap harinya naik turun, tidak ubahnya seperti kurs mata uang dunia. Hari ini bisa saja diri kita ini berada di "jalan yang lurus", akan tetapi apakah kita berani menjamin bahwa besok kita akan tetap berada di "jalan surga" tersebut? Lagi pula siapa sih diri kita ini bisa bersikap sombong seolah-olah kita tahu bahwa jalan kita sekarang ini adalah jalan yang lurus?

QS Luqman [31] : 18
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."

Kita telah diberikan seperangkat petunjuk oleh Allah untuk mencapai kebenaran, namun kebenaran sejati hanyalah milik Allah saja. Apa yang kita lakukan saat ini hanyalah upaya untuk mendekati kebenaran sejati. Akan tetapi kita tidak akan pernah tahu kebenaran sejati itu seperti apa. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati, dan kesadaran bahwa kita ini adalah makhluk yang lemah, kiranya sudah sepatutnya kita tidak henti-hentinya memohon kepada Yang Maha Memberi Petunjuk, agar selalu dibimbing-Nya dengan hikmat kebijaksanaan dan kasih sayang untuk selalu berada dalam "shirataal mustaqiim" alias "Jalan yang lurus."

Insya Allah ...

Allahu'alam ..



Semoga bermanfaat!