Sahabat
DTM, sudahlah lupakan saja pembahasan tentang Takdir secara FILOSOFIS dan TEKNIS
itu. Anggap saja Anda baru nonton film hologram, ataupun telah mengalami ‘ilusi
penglihatan’, hhehe..! Saya mohon maaf jika telah bikin puyeng Anda dengan pembahasan
yang ‘terkesan rumit’. Tetapi, itu memang harus saya lakukan karena ada yang menanyakannya.
Dan, saya harus ‘bertanggungjawab’ untuk menjaga model pemahaman Islam yang saya
usung dalam forum Diskusi Tasawuf Modern ini.
Tapi,
Allah saja tak ingin mempersulit hamba-Nya. Ya, masa’ saya mencari-cari cara untuk
terus bikin puyeng Anda. Bagi saya, sudah cukuplah penjelasan saintifik yang telah
saya uraikan dalam 9 notes ini. Dan di tulisan ke sepuluh ini, saya ingin mengajak
Anda untuk ‘mengendorkan saraf’ dalam memahami Takdir dan Kehendak-Nya secara OPERASIONAL
saja. Sehingga, kita bisa langsung mengaplikasikannya secara mudah dalam kehidupan
sehari-hari.
QS. Al Baqarah [2]: 185
…Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…
Secara
praktis dan operasional, sebenarnya saya sudah menguraikan konsep Takdir ini lebih
mudah dalam buku serial ke-7: MENGUBAH TAKDIR. Bagi yang baru mengikuti materi takdir
di forum ini, ada baiknya Anda membaca buku tersebut. Tidak harus beli di toko buku,
bisa juga pinjan kepada teman Anda yang sudah punya. Sedangkan materi takdir yang
lebih sulit - bersifat filosofis & teknis -
ada dalam buku serial ke-21: MEMBONGKAR TIGA RAHASIA.
Prinsip
dasarnya, TAKDIR adalah ‘ketetapan’ Sang Pencipta bagi makhluk-Nya. Ada ketetapan
yang terjadi tanpa campur tangan kita, dan ada yang bisa kita pengaruhi dengan usaha.
Ketetapan yang tidak bisa kita campur-tangani itu disebut Qadar. Dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi ‘Kadar’ alias kapasitas. Contohnya: Anda terlahir sebagai
seorang laki-laki, atau perempuan. Di Indonesia. Dari orang tua yang ini. Pada tahun
sekian. Dan seterusnya. Anda sama sekali tidak bisa ikut campur urusan Tuhan. Tiba-tiba
saja Anda sudah terlahir dengan Qadar
demikian. Apakah ini takdir? Ya, itulah takdir. Atau ‘ketetapan Allah’ yang sudah
terjadi pada Anda saat itu.
Ketetapan
Tuhan yang lain adalah Qodlo.
Ini adalah ketetapan Tuhan yang bisa Anda campur-tangani. Sehingga, Qadar yang sudah terjadi
pun bisa Anda ubah menjadi ketetapan yang berbeda dari sebelumnya. Misal, Anda terlahir
sebagai seorang laki-laki. Tapi, Anda ingin menjadi perempuan. Pertanyaannya: apakah
Anda bisa mengubah Takdir Anda sebagai laki-laki itu menjadi perempuan? Tentu saja
bisa, kenapa tidak?!
Datanglah
kepada dokter bedah kelamin. Dan lakukan operasi ganti kelamin serta lakukan suntik
hormon, sehingga memunculkan tanda-tanda fisik sebagai seorang perempuan. Setelah
itu, datanglah ke kecamatan atau pengadilan untuk mengubah status KTP Anda. Maka,
Anda pun sudah resmi menjadi perempuan. Anda telah mengubah Takdir Anda di masa
lalu menjadi takdir sekarang, yang sama sekali berbeda.
Bahwa,
Anda kemudian tidak puas dengan hasil operasi ganti kelamin tersebut, itu urusan
yang berbeda. Tetapi, secara biologis dan sosial Anda telah menjadi wanita..! Ini
menjadi bukti bahwa Takdir memang bisa diubah, karena Allah telah memberikan peluang
untuk terjadinya perubahan itu. Jadi Takdir adalah ketetapan yang bersifat Qadar dan Qodlo secara simultan. Bagaimana
penjelasan teknis-filosofisnya? Lhaa,
kalau yang ini Anda mengajak untuk puyeng lagi..! Baca saja, notes saya sebelumnya
ya.. :)
Salah
satu permasalahan mendasar dalam memahami Takdir adalah pada definisi tentang ‘Takdir’
itu sendiri. Ada yang mengatakan Takdir adalah ketetapan Allah yang ‘sudah ditentukan
sebelumnya’. Dan ada pula yang mendefinisikan Takdir sebagai ketetapan yang seiring
proses. Tetapi, kalau Anda mau memahami notes saya yang lalu, Anda akan memperoleh
kesimpulan bahwa Takdir Allah tidak ditetapkan sebelumnya, melainkan ditetapkan
real-time
seiring dengan kejadian.
Begitu
Anda berhasil operasi ganti kelamin, misalnya, ya saat itu pula Allah menakdirkan
Anda telah berubah status dari laki-laki menjadi wanita..! Tidak ditentukan sebelumnya.
Dan, itu baru kita ketahui setelah terjadi. Karena manusia memang mengambil kesimpulan
berdasar bukti nyata yang dihadapinya.
Maka,
bagi saya Takdir adalah realitas yang terjadi. Bukan yang belum terjadi. Lantas,
apakah bisa diubah? Jawabnya jelas: bisa. Bagaimana cara mengubahnya? Ya, diusahakan.
Kalau gagal? Ya berarti takdirnya: gagal. Sebagaimana juga bisa ‘sukses’. Semua
itu bergantung pada usaha manusia ataukah kehendak Allah? Baca saja penjelasan Allah
sendiri dalam ayat berikut ini.
QS. Ar Ra’d [13]: 11
…
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…
Menurut
ayat di atas, siapakah yang memiliki kewenangan dan kemampuan untuk mengubah atau
tidak mengubah? Jawabnya jelas: Allah. Tapi siapakah yang harus melakukan proses
berubah itu? Jawabnya juga jelas: manusia. Artinya, berusahalah untuk mengubah keadaan
Anda sekarang, agar Allah melakukan perubahan pada keadaan Anda berikutnya. Berpindah
dari ‘Takdir saat ini’ ke ‘Takdir selanjutnya’.
Saya
kira sudah sangat jelas tuntunan Allah dalam soal ‘mengubah takdir’ ini. Itu kalau
Anda sepakat dengan saya bahwa Takdir adalah ketetapan yang ditentukan Allah seiring
proses. Tetapi, jika Anda berpendapat bahwa Takdir adalah ketetapan Allah di ‘zaman
dulu’, maka hasilnya akan mbuleti
dan bikin puyeng
Anda sendiri. Baik secara teknis-filosofis maupun teknis-operasional.
Akan
muncul kontradiksi yang membingungkan.
Misal:
Takdir Anda ini sebenarnya
laki-laki ataukah perempuan?
Jawabnya:
hanya Allah yang tahu. Bisa
laki-laki, bisa perempuan. Bergantung… (?)
Terus:
Takdir kelahiran Anda ini sebenarnya
tanggal, bulan, dan tahun berapa ya?
Masa
dijawab: hanya Allah yang tahu.
Allah dulu menakdirkan saya tanggal berapa ya… (?)
Lha, sekarang ini Anda ditakdirkan sehat ataukah sakit?
Jawabnya
juga: nggak tahu. Hanya Allah
yang tahu.. (?)
Apa
nggak tambah puyeng.. :(
Padahal,
kalau Anda mendefiniskan Takdir sebagai ketetapan Tuhan yang telah ‘terbukti’ terjadi,
akan dengan sangat mudah Anda menjawabnya. Bahwa Takdir Anda adalah terlahir sebagai
seorang laki-laki, misalnya. Demikian pula, saya ditakdirkan Allah lahir tanggal
16 Agustus 1963. Dan saya,sekarang ditakdirkan Allah sehat, Alhamdulillah. Dan seterusnya…
Lantas,
ada pertanyaan lanjutan begini misalnya:
Okelah, kalau Takdir
ditetapkan seiring proses, apakah Anda tahu kapan Takdir kematian Anda?
Tentu
saja saya menjawabnya: tidak tahu. Karena Takdir Allah itu kan belum jatuh kepada
saya. Tapi, nanti ketika Allah sudah menakdirkan saya menemui ajal, Anda semua akan
tahu bahwa takdir Allah atas saya adalah mati tanggal sekian, dengan cara begini
dan begitu..! Sederhana bukan?
Sama
juga dengan pertanyaan begini:
kira-kira takdir Anda kelak masuk neraka ataukah masuk surga?
Bagi
saya, belum tentu. Karena Takdir tersebut memang belum dijatuhkan kepada saya. Masih
menunggu usaha yang saya lakukan dalam mengubah takdir yang telah saya peroleh.
Katakanlah, sampai hari ini saya adalah orang jahat yang banyak dosa, maka ‘mestinya’
takdir saya kelak adalah masuk neraka. Karena Allah memang sudah memberikan kriteria
siapa orang-orang yang pantas masuk neraka.
QS. Az Zukhruf [43]: 74
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka
jahanam.
Tetapi,
kalau saya kemudian mengubah keadaan saya menjadi lebih baik: banyak melakukan amal
kebajikan, bermanfaat sebesar-besarnya bagi umat manusia, dan bertaubat memohon
ampunan atas segala dosa saya; mestinya saya bisa masuk surga. Karena, Allah juga
sudah memberikan kriteria tentang siapa orang-orang yang pantas masuk surga itu.
Masak kita nggak percaya kepada firman-firman Allah?
QS. Al Baqarah [2]: 82
Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
QS. Al Maa-idah [5]: 39
Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan
itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. Az Zumar [39]: 53
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. Ali Imran [3]: 133
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa,
Jadi,
kalau sudah diampuni itu jaminannya adalah surga, seperti dijelaskan ayat di atas.
Karena itu Allah mengajari orang-orang berdosa segera datang kepada-Nya untuk mohon
ampun. Apa pun dosanya, pasti diampuni-Nya. Bahkan, mereka yang sudah dicap melampaui
batas sekali pun. Karena, sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang…
Maka,
dalam konteks ini kita bisa memahami ayat berikut ini yang mengatakan bahwa untuk
bisa masuk surga, kita memang harus berusaha dan membuktikan kualitas kita. Hanya
orang-orang yang sudah terbukti perjuangan dan kesabarannya sajalah yang bakal masuk
surga. Yang belum terbukti melakukan jihad (memperjuangkan kebajikan di jalan Allah)
dalam kesabaran, belum pantas memperoleh Takdir masuk surga.
QS. Ali Imran [3]: 142
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum terbukti bagi Allah orang-orang
yang berjihad di antaramu, dan belum terbukti orang-orang yang sabar.
Maka,
ringkas kata, Anda tak harus berpuyeng-puyeng untuk memahami konsep Takdir dalam
tataran teknis-filosofis. Serahkan saja kepada mereka yang suka filsafat atau yang
belajar di Fakultas Ushuluddin. Saya dan Anda, saya kira, lebih enak memilih yang
praktis-operasional sajalah. Karena, hidup ini memang harus dijalani secara praktis,
bukan untuk diperdebatkan dalam skala filosofis, iya kan..?!
QS. Al Hasyr [59]: 18
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Wallahu
a’lam bishshawab
~ Salam Mengubah Takdir menjadi Lebih Baik ~