oleh Agus Mustofa pada 16 Agustus 2012 pukul 6:04
Saya masih merasa gundah dengan sejumlah pertanyaan dari para sahabat
saya tentang awal Ramadan dan Awal Syawal. Sungguh kasihan menyaksikan mereka kebingungan
memahami ‘fenomena’ penetapan waktu ibadah yang berbeda itu. Dan, lebih kasihan,
karena ternyata kebingungan tersebut terulang lagi saat menyongsong datangnya Idul
Fitri. Karena itu, saya ingin berbagi pemahaman lebih jauh tentang hal ini.
‘’Saya benar-benar bingung mas Agus. Awal Ramadan bingung, akhir
Ramadan juga bingung. Saya takut berdosa, karena melakukan ibadah tanpa mengetahui
ilmunya. Bukankah Al Qur’an mengajari agar kita punya alasan yang jelas dalam menjalani
agama ini?’’ Kata kawan saya memulai ‘curhat’nya,
sambil mengutip QS. Al Israa [17]: 36. ‘’Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya
itu akan dimintai pertanggung-jawaban.’’
Yang menjadi kegundahannya adalah, kenapa shalat Idul Fitri 1433
H ini digelar di hari Minggu, 19 Agustus 2012. Padahal menurut hisab dan rukyat,
Insya Allah bulan Ramadan akan berakhir Jum’at malam, 17 Agustus 2012. Mestinya kan shalat
Id digelar hari Sabtu, karena sudah masuk 1 Syawal.Lha kok shalat Id dilakukan Minggu. Kenapa bisa demikian?
Seperti telah saya bahas di awal Ramadan, kerancuan ini mestinya
tidak perlu terjadi jika sejak awal kita bisa memisahkan pemahaman Astronomi dan
pemahaman fikihnya. Astronomi adalah sebuah fakta posisi benda langit yang tak bisa
dimanipulasi. Sedangkan fikih adalah hukum yang bisa ‘disesuaikan’ seiring dengan
kondisi yang terjadi.
Untuk memahami secara runtut, marilah kita flash-back sedikit ke awal Ramadan. Bahwa semua pihak yang
berkompeten waktu itu sepakat: bulan Syakban berakhir Kamis, 19 Juli 2012, pukul
11.25 wib. Sehingga, ketika saat Maghrib datang, bulan Syakban sudah benar-benar
berakhir, digenapkan dalam usia 30 hari. Tentunya, Jum’at sudah masuk 1 Ramadan.
Adalah tidak mungkin untuk memasukkan Jum’at ke bulan Syakban, karena akan menjadikan
bulan Syakban berumur 31 hari. Menetapkan hari Jum’at sebagai penggenapan bulan
Syakban adalah sebuah keputusan yang absurd,
karena usia bulan-bulan Hijriyah hanya berkisar antara 29 atau 30 hari.
Menyongsong datangnya bulan Syawal, insya Allah semua pihak juga
bakal sepakat bahwa akhir Ramadan akan jatuh besok, Jum’at malam (17/8). Cara menghitungnya
sederhana saja, yakni: akhir bulan Syakban ditambah 29,5 hari akan menghasilkan
akhir bulan Ramadan. Karena akhir Syakban adalah Kamis, 19 Juli 2012, pukul 11.25,
maka diperolehlah akhir Ramadan jatuh pada hari Jum’at (17/8) sekitar jam 23.00
wib. Saya kira, semua pihak tidak akan berbeda pendapat tentang hal ini.
Tapi, jika benar besok semua pihak menyepakati bahwa Ramadan telah
berakhir, kenapa shalat Idul Fitri baru digelar di hari Minggu? Disinilah diperlukan
penjelasan fikihnya. Karena secara Astronomi sihsudah
sangat jelas, bahwa Bulan Ramadan berakhir besok, dan lusa hari sabtu, posisi bulan
sudah berada di tanggal 1 Syawal. Dan berarti, Minggunya bulan sudah berada di posisi
2 Syawal. Tetapi secara fikih, kita memang memiliki pilihan untuk mengakhiri puasa
atau menggenapkannya, meskipun Ramadan telah berakhir.
Dikarenakan bulan Ramadan baru habis di Jum’at malam, sekitar pukul
23.00 wib, maka saat matahari tenggelam itu memang masih berada di bulan Ramadan.
Itu berlanjut sampai sekitar 5 jam kemudian. Dalam penanggalan Hijriyah batas hari
ditetapkan saat Maghrib, bukan tengah malam seperti kalender Masehi. Oleh karena
itu, setelah Maghrib, hari sudah berganti menjadi Sabtu Hijriyah, dan Ramadannya
masih tersisa sekitar 5 jam sampai jam 23.00 wib.
Secara fikih, jika hari terakhir Ramadan masih menyisakan bulan,
maka Rasulullah mengajari kita agar menggenapkannya sampai datangnya waktu Maghrib.
Dan shalat Id baru digelar esoknya. Itulah alasannya kenapa kita masih berpuasa
di hari Sabtu, yang notabene posisi bulan sudah 1 Syawal. Tidak apa-apa. Karena
secara fikih memang demikian hukumnya. Meskipun, penggenapan itu sendiri lantas
dipahami secara berbeda-beda, yakni: ada yang ‘menggenapkan’ puasanya menjadi 29
hari; dan ada pula yang menggenapkan puasanya menjadi 30 hari. Ya, sudahlah. Dengan
demikian, shalat Idul Fitri, baru kita lakukan pada hari Minggu, 19 Agustus 2012,
yang notabene sebagian harinya sudah masuk 2 Syawal. Juga tidak apa-apa, karena
dasar hukumnya jelas. Dan karena penggenapan 30 hari itu, maka meskipun posisi bulan
sudah berada di 1 Syawal, hari Sabtu itu masih boleh disebut bulan Ramadan hari
ke-30. Dan, berdasar kesepakatan, hari Minggunya pun bisa disebut 1 Syawal.
Meskipun, sempat berbeda di awal Ramadan, kita tetap wajib mensyukuri
kebersamaan lebaran kali ini. Karena, jika lebarannya yang berbeda ‘ongkos sosialnya’
bakal lebih mahal lagi. Kita berharap, mudah-mudahan tahun depan bukan hanya Idul
Fitrinya yang bersamaan, melainkan umat Islam sudah bisa bergandengan tangan sejak
memasuki awal Ramadan. Betapa indahnya jika umat ini bersatu padu, mengeratkan persaudaraan
di dalam ridha Allah. Sungguh kita semua merindukan datangnya kebersamaan itu..!
QS. Ali Imran [3] : 103
‘’Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah. Dan janganlah
kamu bercerai berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu. Lalu kamu menjadi orang-orang
yang bersaudara karena nikmat Allah. Padahal (ketika itu) kamu telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.’’
Wallahu a’lam bishshawab.