Minggu, 10 Juni 2012

MENYINGKAP TABIR HADITS : “APAKAH HADITS MENGAJARKAN TATA CARA SHALAT“ (Bag 11 : Habis)

P.S : AWAS, INI HANYA COCOK DIBACA BAGI MEREKA YANG BENAR-BENAR MENCARI KEBENARAN, DAN TIDAK DISARANKAN BAGI ORANG YANG TIDAK SIAP MENERIMA KENYATAAN.

“ Dirikanlah shalat ... “ (17 : 78)

Para pembela Hadits berkata bahwa tanpa Hadits umat Islam tidak akan tahu bagaimana tata cara shalat. Mereka juga berkata bahwa Qur’an tidak memberikan detail tata cara shalat.

Apakah ‘shalat’ itu?

Shalat, menurut pandangan umum, adalah ritual yang terdiri dari gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan. Urutannya adalah : berdiri, ruku’, berdiri, sujud, duduk di antara sujud, sujud, dan pada akhirnya duduk hingga selesai. Satu set gerakan tersebut disebut dengan ‘rakaat’. Masing-masing shalat lima waktu memiliki perbedaan jumlah rakaat. Dua rakaat untuk shalat subuh, empat rakaat untuk shalat dzuhur, empat rakaat untuk shalat ashar, tiga rakaat untuk shalat maghrib, dan empat rakaat untuk shalat isya. Dengan demikian umat Islam diwajibkan untuk melakukan gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan ketika melakukan ritual shalat.

Di samping itu, banyak umat Islam yang berkata bahwa tata cara seperti itu tidak diajarkan di dalam Qur’an, hanya melalui Haditslah kita bisa mendapatkan keterangan tentang tata cara itu.

BENARKAH??

Imam Bukhari menulis kitab Hadits edisi khusus yaitu : KITAB SHALAT, namun fakta yang mengejutkan dari kitab ini adalah tidak ada satu Hadits pun di sini yang mengajarkan tata cara shalat! Ada pun Hadits-Hadits yang dimuat dalam kitab ini sebagian besar adalah kesaksian para sahabat yang menyaksikan perbuatan dan perkataan Nabi tentang hal-hal yang berhubungan dengan shalat.

Memang ada Hadits yang menceritakan bagaimana Rasulullah SAW mengoreksi kesalahan dari seorang sahabat yang sedang melakukan shalat. Namun Hadits ini hanya menjelaskan bagaimana Rasulullah memerintahkan orang tersebut untuk melakukan ruku’ dan sujud, dan membaca salah satu ayat dalam Qur’an. Hadits tersebut tidak menjelaskan berapa kali orang itu harus ruku’ dan sujud. Hadits tersebut juga tidak menjelaskan kewajiban membaca surat Al Fatihah, yang mana umat Islam meyakini bahwa tanpa membaca surat Al Fatihah maka shalat menjadi tidak sah.

Ada juga Hadits yang berbunyi, “ Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” Akan tetapi Hadits ini juga tidak menjelaskan bagaimana tata cara shalat.

Tidak ada Hadits yang menjelaskan jumlah rakaat dan berapa kali kita harus ruku’ dan sujud pada tiap-tiap shalat!

Tidak ada pula Hadits yang menjelaskan berapa persen jumlah minimum zakat yang harus kita bayarkan setiap tahunnya!

Sudah barang tentu, jika memang Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengajarkan tata cara shalat melalui Hadits, sebagaimana yang diyakini oleh sebagian besar umat Islam, Dia akan menyediakan keterangan tentang tata cara itu. Mengingat betapa pentingnya shalat bagi umat Islam, sudah semestinya pula Allah memberi penjelasan di dalam kitab-Nya, yaitu Qur’an.

Jika memang Allah memerintahkan umat manusia untuk shalat berdasarkan tata cara semacam itu, bahkan jika memang harus dijelaskan di luar Qur’an, Nabi Muhammad akan memberikan penjelasan yang detail dan meyakinkan tentang tata cara shalat tersebut.

Bahkan tata cara wudhu pun ada penjelasan secara detailnya di dalam Al Qur’an!

Al Maidah [5] : 6
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.“

Tata cara berwudhu pada ayat di atas benar-benar jelas dan detail. Ini berbanding terbalik dengan tata cara shalat yang masih samar dan ambigu di tengah-tengah lautan Hadits yang dianggap mengajarkan tata cara shalat.

Jika seseorang benar-benar meneliti dengan cermat satu persatu Hadits yang dianggap berkaitan dengan tata cara shalat, dengan kesabaran yang luar biasa, maka ia tidak akan menemukan instruksi yang jelas dan tidak ambigu tentang bagaimana tata cara shalat.

Tidak ada Hadits yang menjelaskan secara utuh dalam satu kesatuan tentang bagaimana tata cara shalat yang mencakup berapa rakaat tiap-tiap shalat, berapa kali shalat wajib dalam sehari, bagaimana urutan gerakan yang harus dilakukan.

Jadi, jika memang Hadits tidak pernah menjelaskan tata cara shalat ... Dari manakah kita mendapatkan pelajaran tentang tata cara shalat yang kita lakukan selama ini?

Beberapa orang mempercayai bahwa shalat yang kita lakukan selama ini adalah ajaran Nabi Ibrahim yang telah diwariskan secara turun temurun melalui ribuan generasi, bukan dari Hadits.

Pendapat mereka itu didasarkan oleh ayat di bawah ini :

An-Nisaa [4] : 125
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti milat Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.”

Mereka menterjemahkan kata ‘Millat’ sebagai ‘tata cara ritual ibadah’, padahal jelas ada kata keterangan di belakang yaitu ‘lurus’, yang berarti : agama yang lurus alias monotheisme!

Mereka juga mengatakan bahwa praktek shalat juga telah dilakukan oleh nabi-nabi sebelum Muhammad. Sekedar anda tahu, bahwa Nabi Ibrahim hidup sekitar 1850 SM (sumber : Buku Saku Ensiklopedi Sejarah Dunia, terbitan : Sand Castle Books – 2008). Dengan demikian, tata cara shalat memang tidak diajarkan dalam Qur’an atau Hadits, melainkan diajarkan secara turun temurun semenjak zaman Ibrahim dalam kurun waktu kurang lebih 3860 tahun.

OH TIDAK!!

BISIKAN CINA .... Lagi? (Baca : Menyingkap Tabir Hadits bagian 9 – Bisikan Cina).

Qur’an adalah petunjuk!

Mengapa tata cara gerakan dan bacaan shalat tidak disebutkan di dalam Qur’an?

Pertama, karena tata cara seperti itu memang bukan yang diperintahkan oleh Allah, melainkan merupakan tradisi ritual yang diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita masing-masing.

Qur’an menjelaskan bagaimana manusia telah terjebak pada ritual yang diajarkan oleh orang tua mereka masing-masing..

Al-Baqarah [2] : 170
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

Al-Maidah [5] : 104
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.

Al-A’raaf [7] : 28
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?

Al-A’raaf [7] :  38, 39
 Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka". Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui".
Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan".

Al-A’raaf [7] :  173
atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"

Hud [11] : 109
Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang disembah oleh mereka. Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana nenek moyang mereka menyembah dahulu. Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan tidak dikurangi sedikitpun.

As-Saaffaat [37] : 69-74
Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam Keadaaan sesat.
Lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jejak orang-orang tua mereka itu.
Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) sebagian besar dari orang-orang yang dahulu,
dan sesungguhnya telah Kami utus pemberi-pemberi peringatan (rasul-rasul) di kalangan mereka.
Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu.
Tetapi hamba-hamba Allah yang bersihkan (dari dosa tidak akan diazab)

Az-Zukhruf [43] : 23-25
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".
(Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya".
Maka Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu

Silakan baca pula bagaimana ulama dan para pemimpin bisa menyesatkan umat.

At-Taubah [9] : 31
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan

Al-Ahzaab [33] : 67
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).

Kedua, karena Allah memang tidak menaruh perhatian pada bentuk fisik ritual ibadah, melainkan bahwa yang paling penting adalah seberapa besar ketulusan dan ketundukan kita kepada Allah pada saat kita beribadah dan berdoa.

Jika memang Allah telah memberikan detail bagaimana tata cara berwudhu, maka sudah barang tentu tidak sulit bagi diri-Nya untuk memberikan detail bagaimana tata cara shalat dalam Qur’an.

Dia memang tidak!

Jika anda perhatikan ayat-ayat dalam Qur’an, maka anda akan mendapatkan bahwa Qur’an berulang kali memberikan pengajaran yang menekankan kepada manusia untuk selalu berbuat kebaikan, dan bukannya terfokus pada hal-hal yang bersifat ritual. Suatu penekanan yang berlebihan terhadap bentuk ritual ibadah akan menjauhkan manusia dari tujuan ibadah itu sendiri.

Peristiwa yang terjadi pada Pangeran Salman dari Saudi yang ikut dalam perjalanan ke luar angkasa American Discovery pada tahun 1985, yang mana para ulama Saudi begitu kebingungan bagaimana merumuskan jawaban atas pertanyaan : bagaimana seorang Muslim harus melakukan shalat di dalam pesawat luar angkasa, adalah bukti bagaimana kelirunya pemahaman menitikberatkan ibadah pada bentuk fisiknya saja.

Ketiga, bahwa kata SHALAT dalam bahasa Arab berasal dari akar kata WASALA, yang berarti “berkomunikasi”. Dengan demikian, kata “shalat” mengandung makna “berkomunikasi dengan Allah”, dan bukannya ritual shalat sebagaimana yang kita pahami selama ini.

Lalu, bagaimana seharusnya kita melakukan shalat (berkomunikasi dengan Allah) menurut panduan dari Qur’an?

Sesungguhnya banyak petunjuk tentang shalat yang bisa kita temukan di dalam Qur’an :

Tujuan kita shalat ->

Al-Baqarah [2] : 112
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Al-Baqarah [2] : 152-153
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Al-Baqarah [2] : 186
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

[14]: 7
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

[21] : 19
Dan kepunyaan-Nya-lah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.

[28] : 70

[45] : 36

[20] : 14,

[72] : 18,

[29] : 45,

[6] : 162,

[20] : 14

[23] : 2.

Wudhu ->

5 : 6 dan 4 : 43.

Ke mana kita harus menghadap pada saat shalat ->
Al-Baqarah [2] : 142, 144, 148, 177.

Posisi kita pada saat shalat ->
3 : 191, 38 : 24, dan 48 : 29.

Apa yang harus diminta pada saat shalat (tapi tidak terbatas) -> 1 : 1-7, 2 : 201, 2 : 286, 3 : 147, dan 3 : 193.

Waktu-waktu shalat ->
Al-Baqarah [2] :  238


11 : 114, 50 : 40, 24 : 58, 17 : 78, dan 17 : 110-111.

Pakaian apa yang harus dipakai pada saat shalat -> 7 : 31.

Ketika kita sedang dalam keraguan, maka mintalah kepada Allah, Sang Pencipta
Qur’an, untuk pertolongan dan petunjuk.

Sesungguhnya Dia Dekat dan Maha Mendengar!

Al Baqarah [2] : 153
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Shalat seharusnya dilakukan secara khusyuk, tulus, pasrah, dan dari hati yang terdalam. Bukannya dalam bentuk ritual dan hafalan.

Tugas saya hanyalah menyampaikan dan membeberkan fakta. Namun saya bukanlah penyelamat dan pelindung bagi anda. Maka selesailah sudah episode :
MENYINGKAP TABIR HADITS.

Semoga umat Islam segera kembali berpegang kepada ajaran Islam yang murni dan warisan utama dari misi kerasulan Nabi Muhammad, yaitu QUR’AN!

Salam!

> 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar