Selain memberitakan tentang ‘masih hidupnya’
orang yang sudah mati, Al Qur’an juga memberikan 'clue' tentang adanya siksa kubur.
Memang tidak dalam bentuk siksa badan, karena badannya sudah hancur. Melainkan dalam
bentuk siksa jiwa. Sehingga, bagi orang yang beriman terhadap ayat-ayat Al Qur’an,
memang akan terasa aneh jika kita menganggap di alam barzakh itu tak ada ‘kehidupan’.
Karena ayat-ayatnya sangat eksplisit mengatakan: ‘’Dan janganlah kamu mengatakan
terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati;
bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya’’.
Tapi, tentu saja kehidupan yang dimaksudkan berbeda dengan kehidupan duniawi, karena
jasadnya memang sudah tidak berfungsi.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Allah membuat analogi yang menarik antara orang tidur dan orang
mati. Bahwa, orang mati maupun orang tidur, jiwanya ‘diangkat’ oleh Allah. Diangkat
sementara bagi orang yang tertidur, dan diangkat seterusnya bagi orang yang mati,
sampai nanti datangnya hari berbangkit. Ibarat peralatan video, saya mengistilahkan
‘hidup’ adalah play, ‘tidur’ adalah paused dan ‘mati’ adalah stop.
Berikut ini saya kutipkan kembali ayatnya.
QS. AzZumar [39]: 42
Allah mengangkat jiwa (anfus) ketika matinya dan jiwa
yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang)
yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain
(yang tidur) sampai waktu yang ditetapkan (saat kematiannya kelak). Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.
Saya ingin menyoroti lebih fokus analogi yang diberikan Al
Qur’an antara orang tidur dan orang mati, bahwa kedua-duanya terkait dengan fungsi
jiwa. Jiwa orang yang sedang tidur maupun mati berada di dalam 'genggaman' Allah.
Ketika orang yang tidur itu terbangun, maka jiwanya dikembalikan. Sedangkan orang
yang mati, jiwanya tidak dikembalikan ke jasad. Secara normal, saya kira kita sudah
bisa mengambil kesimpulan bahwa entitas jiwa dan badan itu dapat disatukan maupun
dipisahkan.
Apalagi ketika dikaitkan dengan QS. Al Baqarah [2]: 154
yang dengan eksplisit menjelaskan mereka tetap hidup di alam barzakh. Sulit bagi
kita untuk menafikan adanya ‘kehidupan’ di alam barzakh itu, kecuali kita memang
‘tidak menganggap’ ayat ini ada. Lain lagi persoalannya. Demikian pula QS. Ali
Imran [3]: 169, yang menegaskan lagi adanya kehidupan di alam barzakh itu. Bagi
yang tidak mengimani ayat ini, ya silakan saja. Atau, jika tidak sependapat, silakan
memberikan tafsirannya secara lugas dan fokus terhadap kedua ayat tersebut.
Bahkan ayat berikut ini menjelaskan orang yang berada di alam
barzakh itu bisa menyesali diri dan putus asa. Suatu keadaan yang menggambarkan
mereka mempunyai memori terhadap kehidupan sebelumnya. Dan memahami adanya konsekuensi
terhadap kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya selama di dunia. Meskipun tubuhnya
– termasuk otaknya – sudah hancur dimakan tanah, ternyata mereka tetap memiliki
kesadaran secara kejiwaan. Itulah tubuh energial yang disebut sebagai jiwa alias
nafs.
QS. Mumtahanah [60]: 13
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus
asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada
di dalam kubur berputus asa.
Maka, secara informasi Qur’ani, hampir tak ada peluang bagi
kita untuk membuat tafsiran yang mengatakan kematian adalah ‘ketiadaan’. Atau, di
alam barzakh tak ada kehidupan. Yang bisa kita lakukan adalah memberikan pemahaman
lanjutan, bahwa yang disebut kematian itu sebenarnya adalah sekedar rusaknya jasad
belaka. Bukan rusaknya kesadaran jiwa. Sehingga, kita lantas bisa memahami ayat
berikut ini yang mengatakan bahwa kematian memang bukan akhir dari segalanya. Melainkan,
justru menjadi pintu masuk bagi kehidupan selanjutnya.
QS. AL Haaqqah [69]: 27
Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan
segala masalah.
Sebuah ungkapan penyesalan yang mendalam dari orang-orang yang
berdosa, dimana mereka kecele, karena mengira kematian adalah akhir dari
drama kehidupan. Padahal ternyata bukan. Sehingga, di alam barzakh pun banyak orang
berdosa yang menyesali kebodohan dan kesombongannya. Apalagi, di saat hari kebangkitan,
dimana mereka harus mempertanggung jawabkan segala perbuatannya di dunia.
Terkait dengan analogi kematian dan tidur itu, Allah memberikan
gambaran lagi di ayat berikut ini. Khususnya bagi mereka yang berdosa, mereka menyesal
saat dibangunkan dari ‘tidurnya’.
QS.Yaasiin [36]: 52
Mereka berkata: "Aduhai celakalah
kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?." Inilah
yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya).
Dan menariknya, orang-orang yang dibangkitkan dari dalam kubur
itu merasa keberadaannya di dalam kubur ataupun di muka bumi tidaklah lama. Meskipun
sudah meninggal ribuan tahun misalnya, mereka seakan-akan mengalaminya hanya sehari
atau setengah hari belaka.
QS. Al Israa’ [17]: 52
Yaitu pada hari Dia memanggilmu, lalu
kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya. Dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam
(di dalam kubur) kecuali sebentar saja.
QS. Al Mukminuun [23]: 112-114
Allah bertanya: "Berapa tahunkah
lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab:"Kami tinggal (di bumi) sehari
atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.
Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja,
kalau kamu sungguh-sungguh mengetahui.’’
Itulah kondisinya, bahwa orang yang baru dibangkitkan dari
kematiannya mirip dengan orang yang baru dibangunkan dari tidurnya. Katakanlah sudah
tertidur 10 jam, tetapi ketika dibangunkan dan ditanya, ia akan menjawab ‘tidak
tahu’ berapa lama ia tertidur, rasanya sih cuma sebentar. Dan ketika melihat
jam dinding ia baru tahu bahwa ia sudah tertidur sekian jam. Mirip dengan itulah
orang yang dibangkitkan dari kematian.
Fase alam barzakh dirasakannya cuma sebentar, bukan karena
tidak merasakan atau bahkan tidak bisa merasakan, melainkan lebih dikarenakan adanya
‘relativitas waktu’ yang bersifat subyektif antara ‘dunia kematian’ dan ‘dunia kehidupan’.
Ada lompatan kesadaran diantara keduanya disebabkan melewati 'lorong kesadaran'
antara mati dan hidup, atau antara tidur dan terjaga.
Contoh gampangnya begini. Suatu ketika Anda mengalami kecapekan
bekerja, dan kemudian tertidur sekitar 5 menit. Lantas, teman Anda membangunkan
Anda, karena memang saat itu sedang jam kerja. Saat terbangun Anda bercerita kepada
teman Anda itu bahwa Anda sempat bermimpi. Katakanlah mimpi dikejar anjing. Wow,
Anda bisa bercerita panjang sekali: berlari kencang, lompat pagar, lompat sungai
dan seterusnya jatuh bangun, sampai Anda benar-benar terbangun karena dibangunkan
teman Anda. Aneh kan, Anda bermimpi hanya dalam waktu 5 menit saja, tetapi
ceritanya bisa panjang seakan-akan kejadian berjam-jam.
Itulah kurang lebih analogi antara dunia kematian dan kehidupan.
Orang yang berada di dalam alam barzakh bisa mengalami siksaan jiwa selama bertahun-tahun,
sehingga menyesali perbuatannya, dan bahkan digambarkan berputus asa. Serasa ingin
keluar dari ‘mimpi’ alam barzakh itu, tetapi tidak bisa keluar darinya. Sampai datanglah
waktu kebangkitan, dimana ia seperti orang yang terbangun dari mimpi panjangnya.
Tetapi, ketika ia ditanya: berapa lama berada di dalam kubur, ia hanya merasa sehari
atau bahkan setengah hari belaka..!
Ada dua alam yang memiliki hukum berbeda. Yang satu adalah
alam berdimensi tiga, yang lainnya adalah alam berdimensi lebih tinggi, entah dimensi
berapa. Karena, alam semesta yang multiverse ini memang sangat boleh jadi memiliki
ruang-ruang berdimensi tinggi dalam jumlah tak berhingga. Sangat mudah bagi Allah
untuk memilihkan salah satunya untuk diisi jiwa-jiwa yang telah mati. Dan perlu
Anda ketahui, menurut M-Theory, hukum-hukum yang berlaku disana bisa sama sekali
berbeda dengan yang terjadi disini. Karena, segala gaya yang membentuk peristiwa
di alam dunia ini memang sudah runtuh di 'depan pintu langit' yang menjadi lorong
menuju ke alam berdimensi lebih tinggi itu. Kecuali arus informasi yang menembus
seiring dengan gaya gravitasi..!
Wallahu a’lam bissawab
~ salam ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar