Sahabat
JERNIH semuanya ...
Dalam
beberapa hari ke depan, kita akan menghadapi bulan Ramadhan, bulan penuh
berkah, di mana pintu surga dibuka seluas-luasnya bagi hamba-Nya yang bertakwa.
QS.
Al Baqarah [2]: 183
“Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa”
Saya
hanya ingin mengingatkan kepada sesama muslim, akan tanggung jawab kita
mengemban amanah “Ramadhan, bulan yang penuh berkah”. Inilah bulan yang penuh
berkah! Namun pertanyaannya: Berkah untuk siapa? Apakah hanya untuk orang-orang
muslim saja? Oh .. tentu tidak. Karena sudah jelas Islam ada sebagai rahmat
bagi semesta alam. Dengan demikian, sudah seharusnya orang-orang non-muslim pun
merasakan berkah dari bulan Ramadhan tersebut.
Jika
kita memahami hakikat tujuan dari berpuasa, yaitu menjadikan manusia agar
bertakwa, sudah tentu Allah memerintahkan kepada umat manusia agar dengan
segala daya upayanya meraih ketakwaan. Dengan aturan dasar menahan diri dari
lapar dan haus, tidak menghalangi semangat umat Islam untuk terus berbuat
kebajikan, berlaku sabar, menebar damai dan kasih sayang, tolong menolong, dan
hormat menghormati antar sesama makhluk Tuhan.
Namun
demikian, ternyata masih banyak umat Islam yang kurang paham akan hakikat
berpuasa ini. “Bulan Ramadhan yang penuh berkah” ini, tanpa sadar dirubah
menjadi “bulan penuh bencana” bagi orang lain, karena sebagian dari kita justru
menjadikan bulan ini sebagai ajang untuk bersikap sombong, pamer,
sewenang-wenang, dan melanggar hak asasi orang-orang yang tidak sedang
ber-Ramadhan.
Ketika
Ramadhan tiba, maka berlomba-lombalah masjid dan musholla untuk mengumandangkan
lantunan ayat-ayat Al Qur’an sepanjang waktu melalui loudspeaker yang disetel
dengan volume yang keras! Seolah-olah semua orang dari agama apa pun wajib
hukumnya menikmati bulan Ramadhan. Belum lagi ronda malam dengan memukul
kentongan keras-keras dan berteriak-teriak untuk membangunkan orang saur. Ya
kalau ini dilakukan di desa yang tradisinya kuat dan hampir seluruh
masyarakatnya muslim sih tidak apa-apa, akan tetapi ini juga dilakukan di
perkotaan yang mana masyarakatnya heterogen, tidak hanya muslim. Bukankah di
zaman sekarang, hampir semua orang punya jam weker yang bisa disetel agar kita
bangun pada saat saur?
Tentu
masih segar dalam ingatan kita, bagaimana ormas-ormas “Islam” yang melakukan
sweeping (bahkan pengrusakan) terhadap rumah-rumah makan yang tetap buka di
siang hari. Tidakkah perbuatan ini melanggar hak mereka untuk mencari nafkah?
Bahkan ketika mereka “menghukum” muslim yang tidak berpuasa pun, mereka sudah
melanggar ajaran Islam bahwa beribadah itu tidak bisa dipaksakan dan harus
dilaksanakan dengan keikhlasan.
Dengan
wajah garang mereka mendatangi rumah-rumah makan dan memaksa pemilik rumah
makan itu untuk menutup jendela dengan kain agar tidak terlihat, yang alasannya
adalah untuk menghormati yang berpuasa. Ini logika yang aneh! Tentu saja kita
yang berpuasa ini sangat senang apabila orang lain mau menghormati ibadah kita
ini. Tapi jangan sampai kita yang meminta (baca: memaksa) untuk dihormati!
Justru kitalah yang seharusnya menghormati yang tidak berpuasa! Jika toh mereka
tidak mau menghormati kita yang berpuasa, kita harus memahami ini adalah bagian
dari ujian Allah untuk kita selalu berlaku sabar. Janganlah perbuatan yang
buruk itu dibalas dengan cara yang buruk, balaslah dengan perbuatan yang baik!
Tidakkah kita memahami apa yang Al Qur’an ajarkan?
QS.
Al Mu’min [40]: 58)
“Dan tidaklah sama orang yang buta
dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman
serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali
kamu mengambil pelajaran.”
Berpuasa
adalah salah satu proses yang harus dijalani seorang muslim untuk mencapai
derajat ketakwaan. Tentu saja jalan itu tidak mudah, dan pastinya sulit! Maka
dari itu sangat tidak bijaksana, ketika kita memaksakan kepada orang lain untuk
“mempermudah” ibadah puasa kita. Saya pernah mempunyai pengalaman ketika
mendatangi rumah seorang teman non-muslim pada saat bulan Ramadhan. Ketika saya
datang, beliau sekeluarga sedang makan siang dan begitu melihat saya, mereka
seperti hendak menghentikan makan siang mereka, karena merasa tidak enak dan
ingin menghormati saya yang sedang berpuasa. Saya katakan kepada mereka (bahkan
meyakinkan) untuk melanjutkan makan siang mereka, karena bagi saya tidak akan
ada pengaruh apa-apa. Saya berpuasa karena Allah, tidak akan ada suatu apa pun
yang akan menghalangi niatan saya. Bahkan saya meyakini derajat ketakwaan saya
akan lebih baik oleh sebab itu.
Bulan
Ramadhan ibarat Kawah Candradimuka, di mana keimanan dan ketakwaan kita akan
digodok dengan berbagai macam godaan dan cobaan, sehingga ketika bulan Syawal
tiba, kita akan kembali fitrah, suci, dan bersih. Kita harus hadapi segala
godaan dan cobaan tersebut dengan penuh kesabaran. Analoginya, ada dua lembar
soal. Yang satu lembar soal SD, dan yang satu lagi lembar soal Perguruan
Tinggi. Ketika kita lulus, kira-kira mana yang lebih membanggakan? Tentu saja
yang lembar soal Perguruan Tinggi, karena soal-soalnya pasti jauh lebih sulit
dibanding soal-soal SD. Sama saja dengan berpuasa. Jika ketika kita berpuasa
kita minta orang lain untuk menghormati kita, tidak makan minum di depan kita,
tidak mengganggu kesabaran kita: “Di mana letak tantangannya?” Gak seru kan?
Berbeda halnya jika kita tetap mampu menjalankan ibadah puasa dengan penuh
kesabaran meskipun sedang bekerja di tengah teriknya sinar matahari, sementara
ada orang lain yang enak minum jus yang dingin, kemudian ada orang yang tingkah
lakunya “nyebelin banget”, dan adanya senyuman wanita seksi yang menggoda.
Bulan
Ramadhan.. Bulan yang penuh berkah. Jadikan bulan Ramadhan ini sebagai berkah
bagi semesta alam! Tidak hanya berkah bagi seorang muslim yang berburu pahala
dan ampunan dari Allah, akan tetapi biarkan semua orang di dunia ini merasakan: bahwa setiap bulan Ramadhan tiba, akan ada lebih banyak muslim yang bersabar,
tersenyum, tolong menolong, dan menghormati. Indahnya bulan Ramadhan jika semua
umat Islam memiliki kesadaran yang demikian, sehingga saya sangat yakin, bulan
Ramadhan ini tidak akan cuma dinanti oleh orang-orang muslim, akan tetapi juga
non-muslim seluruh dunia! Insya Allah, seluruh umat manusia akan merasakan
berkah Ramadhan, sehingga di bulan suci ini semakin banyak orang yang mendapat
hidayah Allah .. Amien 3x
Allahu’alam
...
Semoga
bermanfaat ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar