Minggu, 03 Juli 2011

RAMADHAN BULAN PENUH BERKAH

Sahabat JERNIH semuanya ...

Dalam beberapa hari ke depan, kita akan menghadapi bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, di mana pintu surga dibuka seluas-luasnya bagi hamba-Nya yang bertakwa.

QS. Al Baqarah [2]: 183
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Saya hanya ingin mengingatkan kepada sesama muslim, akan tanggung jawab kita mengemban amanah “Ramadhan, bulan yang penuh berkah”. Inilah bulan yang penuh berkah! Namun pertanyaannya: Berkah untuk siapa? Apakah hanya untuk orang-orang muslim saja? Oh .. tentu tidak. Karena sudah jelas Islam ada sebagai rahmat bagi semesta alam. Dengan demikian, sudah seharusnya orang-orang non-muslim pun merasakan berkah dari bulan Ramadhan tersebut.

Jika kita memahami hakikat tujuan dari berpuasa, yaitu menjadikan manusia agar bertakwa, sudah tentu Allah memerintahkan kepada umat manusia agar dengan segala daya upayanya meraih ketakwaan. Dengan aturan dasar menahan diri dari lapar dan haus, tidak menghalangi semangat umat Islam untuk terus berbuat kebajikan, berlaku sabar, menebar damai dan kasih sayang, tolong menolong, dan hormat menghormati antar sesama makhluk Tuhan.

Namun demikian, ternyata masih banyak umat Islam yang kurang paham akan hakikat berpuasa ini. “Bulan Ramadhan yang penuh berkah” ini, tanpa sadar dirubah menjadi “bulan penuh bencana” bagi orang lain, karena sebagian dari kita justru menjadikan bulan ini sebagai ajang untuk bersikap sombong, pamer, sewenang-wenang, dan melanggar hak asasi orang-orang yang tidak sedang ber-Ramadhan. 

Ketika Ramadhan tiba, maka berlomba-lombalah masjid dan musholla untuk mengumandangkan lantunan ayat-ayat Al Qur’an sepanjang waktu melalui loudspeaker yang disetel dengan volume yang keras! Seolah-olah semua orang dari agama apa pun wajib hukumnya menikmati bulan Ramadhan. Belum lagi ronda malam dengan memukul kentongan keras-keras dan berteriak-teriak untuk membangunkan orang saur. Ya kalau ini dilakukan di desa yang tradisinya kuat dan hampir seluruh masyarakatnya muslim sih tidak apa-apa, akan tetapi ini juga dilakukan di perkotaan yang mana masyarakatnya heterogen, tidak hanya muslim. Bukankah di zaman sekarang, hampir semua orang punya jam weker yang bisa disetel agar kita bangun pada saat saur?

Tentu masih segar dalam ingatan kita, bagaimana ormas-ormas “Islam” yang melakukan sweeping (bahkan pengrusakan) terhadap rumah-rumah makan yang tetap buka di siang hari. Tidakkah perbuatan ini melanggar hak mereka untuk mencari nafkah? Bahkan ketika mereka “menghukum” muslim yang tidak berpuasa pun, mereka sudah melanggar ajaran Islam bahwa beribadah itu tidak bisa dipaksakan dan harus dilaksanakan dengan keikhlasan.

Dengan wajah garang mereka mendatangi rumah-rumah makan dan memaksa pemilik rumah makan itu untuk menutup jendela dengan kain agar tidak terlihat, yang alasannya adalah untuk menghormati yang berpuasa. Ini logika yang aneh! Tentu saja kita yang berpuasa ini sangat senang apabila orang lain mau menghormati ibadah kita ini. Tapi jangan sampai kita yang meminta (baca: memaksa) untuk dihormati! Justru kitalah yang seharusnya menghormati yang tidak berpuasa! Jika toh mereka tidak mau menghormati kita yang berpuasa, kita harus memahami ini adalah bagian dari ujian Allah untuk kita selalu berlaku sabar. Janganlah perbuatan yang buruk itu dibalas dengan cara yang buruk, balaslah dengan perbuatan yang baik! Tidakkah kita memahami apa yang Al Qur’an ajarkan?

QS. Al Mu’min [40]: 58)
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”

Berpuasa adalah salah satu proses yang harus dijalani seorang muslim untuk mencapai derajat ketakwaan. Tentu saja jalan itu tidak mudah, dan pastinya sulit! Maka dari itu sangat tidak bijaksana, ketika kita memaksakan kepada orang lain untuk “mempermudah” ibadah puasa kita. Saya pernah mempunyai pengalaman ketika mendatangi rumah seorang teman non-muslim pada saat bulan Ramadhan. Ketika saya datang, beliau sekeluarga sedang makan siang dan begitu melihat saya, mereka seperti hendak menghentikan makan siang mereka, karena merasa tidak enak dan ingin menghormati saya yang sedang berpuasa. Saya katakan kepada mereka (bahkan meyakinkan) untuk melanjutkan makan siang mereka, karena bagi saya tidak akan ada pengaruh apa-apa. Saya berpuasa karena Allah, tidak akan ada suatu apa pun yang akan menghalangi niatan saya. Bahkan saya meyakini derajat ketakwaan saya akan lebih baik oleh sebab itu.

Bulan Ramadhan ibarat Kawah Candradimuka, di mana keimanan dan ketakwaan kita akan digodok dengan berbagai macam godaan dan cobaan, sehingga ketika bulan Syawal tiba, kita akan kembali fitrah, suci, dan bersih. Kita harus hadapi segala godaan dan cobaan tersebut dengan penuh kesabaran. Analoginya, ada dua lembar soal. Yang satu lembar soal SD, dan yang satu lagi lembar soal Perguruan Tinggi. Ketika kita lulus, kira-kira mana yang lebih membanggakan? Tentu saja yang lembar soal Perguruan Tinggi, karena soal-soalnya pasti jauh lebih sulit dibanding soal-soal SD. Sama saja dengan berpuasa. Jika ketika kita berpuasa kita minta orang lain untuk menghormati kita, tidak makan minum di depan kita, tidak mengganggu kesabaran kita: “Di mana letak tantangannya?” Gak seru kan? Berbeda halnya jika kita tetap mampu menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesabaran meskipun sedang bekerja di tengah teriknya sinar matahari, sementara ada orang lain yang enak minum jus yang dingin, kemudian ada orang yang tingkah lakunya “nyebelin banget”, dan adanya senyuman wanita seksi yang menggoda.

Bulan Ramadhan.. Bulan yang penuh berkah. Jadikan bulan Ramadhan ini sebagai berkah bagi semesta alam! Tidak hanya berkah bagi seorang muslim yang berburu pahala dan ampunan dari Allah, akan tetapi biarkan semua orang di dunia ini merasakan: bahwa setiap bulan Ramadhan tiba, akan ada lebih banyak muslim yang bersabar, tersenyum, tolong menolong, dan menghormati. Indahnya bulan Ramadhan jika semua umat Islam memiliki kesadaran yang demikian, sehingga saya sangat yakin, bulan Ramadhan ini tidak akan cuma dinanti oleh orang-orang muslim, akan tetapi juga non-muslim seluruh dunia! Insya Allah, seluruh umat manusia akan merasakan berkah Ramadhan, sehingga di bulan suci ini semakin banyak orang yang mendapat hidayah Allah .. Amien 3x

Allahu’alam ...

Semoga bermanfaat ...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar