Dari tulisan yang tidak berbaris ini keluar ilmu yang demikian dahsyat. Ketelitiannya (akurasinya) mencapai Titik Nol (Zero). Sebagian orang beranggapan bahwa Al-Quran adalah perkataan biasa seperti perkataan kita sehari-hari. Mereka benar-benar tidak mengerti apa itu Al-Quran. Al-Quran itu dalam Bahasa Asli (Original Languange) dan hal itu dibuktikan sendiri oleh Al-Quran.
'Arabiyu yang sebelum ini diartikan "Bahasa Arab" sesungguhnya mempunyai makna "Bahasa Asli", karena bahasa Arab itu bahasa Asli yang sudah kabur dan berevolusi menjadi bahasa keseharian, maka itu ia perlu dibetulkan.
"Dan ini kitab yang membetulkan lisan bahasa asli" (46.12)
"Dan seperti itu Kami wahyukan kepadamu bacaan yang asli" (42.7)
Tanpa bacaan ini, bahasa asli itu akan menjadi rusak. Sebab itu dikatakan bahwa pada bacaan itu ada tiap perumpamaan.
"Dan sungguh Kami telah adakan untuk manusia balam bacaan ini dari tiap perumpamaan, agar mereka mendapat peringatan" (39.27)
Perumpamaan itu adalah kamus kata yang dikata-katakan. Orang Arab tidak mempunyai kamus Arab pada masa Al-Quran itu turun. Artinya orang Arab tidak pernah mendatangkan perumpamaan untuk menjelaskan suatu kata. Ini yang disebut pada data:
"Dan tidak mereka datangkan kepadamu perumpamaan melainkan Kami datangkan kepadamu yang lengkap dan setepat-tepat tafsir" (25.38)
"Tidak dia melainkan nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu namakan, tidak Allah turunkan dia dari alasan, tidak kamu ikuti melainkan sangkaan dan apa yang diinginkan oleh diri-diri kamu, dan sungguh telah datang kepada mereka dari Pemelihara mereka petunjuk." (53.23)
Bahasa sehari-hari itu adalah sangkaan dan ucapan sesuai keinginan setiap masyarakat penggunanya. Berbeda dengan Al-Quran yang bahasanya bukan didasari keinginan manusia atau masyarakat tertentu. Bahasa Al-Quran adalah bahasa asli yang nyata.
"Dan tidak ia katakan dari keinginannya, tidak dia melainkan wahyu yang dikirim" (53.3-4)
"Sesungguhnya Kami jadikan dia bacaan bahasa asli agar kamu gunakan akal (43.3)
Bahasa sehari-hari Arab itu A'jamiyy. Dan orang di zaman Nabi ada yang menuduh Nabi diajar oleh orang cerdas. Tapi dibantah pada data (16.103) bahwa kalau Nabi Muhammad SAW diajar oleh orang yang cerdas, pastilah Al-Quran itu dalam bahasa sehari-hari (A'jamiyy) padahal Al-Quran itu adalah bahasa asli yang nyata.
"Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka mengatakan: "Sesungguhnya yang memberitahunya orang cerdas". Lisan yang mereka tuduhkan kepadanya bahasa sehari-hari, padahal ini bahasa asli yang nyata." (16.103)
"Dan Kami turunkan atasmu kitab, sebagai bukti untuk tiap sesuatu" (16.89)
"Dan tidaklah bacaan ini bisa diada-adakan oleh selain dari Allah" (10.37)
Maksudnya kalau Nabi Muhammad SAW diajari oleh orang, maka akan keluar dari mulut Nabi yang buta huruf itu adalah bahasa orang sehari-hari juga, padahal Al-Quran adalah bahasa asli yang nyata. Itulah beda antara bahasa Al-Quran dan bahasa Hadits. Hadits menggunakan bahasa orang, sedangkan Al-Quran menggunakan bahasa asli yang datang langsung dari wahyu, yang disebut sebagai ruh yang diwahyukan.
"Dan seperti itu Kami wahyukan kepadamu ruh dari urusan Kami, padahal engkau tadinya tidak tahu apa itu kitab dan apa itu iman" (42.52)
Manusia belum banyak tahu kalau bahasa asli itu telah turun sejak abad ke-7. Ketika ia sudah turun di abad ke-7 itu, butuh 1000 tahun sampai ke dalam bahasa Melayu. Tafsir Al-Quran pertama dalam bahasa Melayu itu ditulis pada abad ke-17 oleh Abdul Ra'uf Alfansuri dari Singkel Aceh. Tafsir Al-Quran pertama dalam bahasa Indonesia itu turun tahun 1928 (pada tahun yang sama saat Sumpah Pemuda itu berkumandang di Nusantara. red) oleh A. Hasan dalam tafsir Al-Furqan.
Indonesia sebagai bekas Negeri Saba, adalah satu-satunya di dunia yang parlemennya (MPRS) kala itu yang menetapkan agar pemerintah menerbitkan tafsir Al-Quran yang terkenal dengan nama Tafsir Al-Quran Departemen Agama RI yang terbit tahun 1965. Itulah sebabnya tanah air Indonesia disebut Baldatun Toyyibatun Warabbun Ghafuur....
Disana putra-putrinya mengatakan "Ketuhanan Yang Maha Esa" sebagai tafsir dari"Allahu Ahad". Negeri ini disebut sebagai Fijjin Amiiq di dalam Al-Quran yang berartiTempat Yang Jauh. Memang dari tempat yang jauh inilah mereka datang ke Mekkah untuk melaksanakan Umrah dan Haji. Jarak Indonesia dari Mekkah lebih jauh dari jarak Mekkah ke Kutub Utara yang 7000km itu, sedangkan jarak Negeri ini ke Mekkah itu 8000km. Setelah 1000 tahun menanti, akhirnya anak cucu yang menggunakan bahasa Melayu itu paham makna yang terkandung di dalam Al-Quran.
Negeri Baldatun Toyyibatun ini hari kemerdekaannya tercatat di Borobudur dengan kode 8-45-17 yang tercatat di Monumen Bangsa-Bangsa peninggalan Presiden (Raja) pertamanya yang bernama Sulaiman. Dan ketika keadaan sangat sukar, presidennya bernama Sukarno. Dan ketika banyak harta, presidennya bernama Suharto, Saya rasa ketika tulisan ini ditulis (2013) banyak terjadi pelanggaran susila. Akhirnya kita merenung, mengapa di negeri ini justru ditemukan hal-hal berikut:
- Grafik Asli Basmallah
- Plat emas Surat Nabi Sulaiman
- Bumi itu Al-Quran
- Bilangan Berbisik
- Pilar Al-Quran
- Roda gigi sholat
- Permata Al-Quran
- Permata Sholat
- Balok Al-Quran
- Fenomena Bangunan di atas air
Ditemukan semua itu sebagai tanda-tanda bahwa di negeri ini akan terjadi KEBANGKITAN.....
(Disadur dari salah satu bab buku KHFB "Bumi Itu Al-Quran")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar