Beriman saja memang
belum menjamin seseorang akan memperoleh surga. Tetapi, ketika keimanan
dipadukan dengan amal saleh, Allah telah menjanjikan di banyak ayat akan
memberikan balasan surga kepada hamba-hamba-Nya yang demikian.
Seperti telah kita bahas dalam sesi-sesi sebelum ini, keimanan
adalah keyakinan yang berpuncak pada komitmen untuk menjalankan ibadah dengan
penuh penghayatan dan dengan kualitas terbaik yang bisa kita lakukan. Akan
tetapi, baru sekedar “penghayatan”, “keyakinan” dan “komitmen”.
Belum
diamalkan.
Dengan kata lain, keimanan adalah kondisi internal di dalam jiwa
kita sendiri. Karena itu perlu dieksternalkan menjadi sebuah amalan saleh. Dan
amalan saleh itu akan “kelihatan kualitasnya” jika sudah diuji dengan berbagai
cobaan. Itulah sebabnya, Allah berkali-kali mengatakan bakal menguji
orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman.
Hanya ujianlah yang bisa membuktikan apakah seseorang itu
benar-benar beriman, ataukah sekedar lips service di lisannya belaka. Ketika
“dipaksa” menghadapi ujian itulah seorang hamba akan menunjukkan “kelasnya”.
Apakah dia bisa tetap bersabar dan ikhlas dalam menjalankan kebajikan seperti
yang selama ini digembar-gemborkan? Apakah dia mau berkorban di jalan Allah dan
bertawakal hanya kepada-Nya dalam berjihad sebagaimana yang selama ini dia
janjikan?
Jika “iya”, maka dia telah melengkapi keimanannya dengan amalan
saleh. Keimanannya bukan hanya di mulut melainkan sudah dibuktikan dalam
perbuatan. Maka, dia telah naik kelas menjadi orang yang bertakwa. Karena,
sesungguhnya “iman + amal saleh = takwa”. Keimanan berbasis pada keyakinan yang
bersifat internal, sedangkan ketakwaan berbasis pada amal perbuatan yang
bersifat eksternal.
Dalam sejumlah ayat, orang-orang bertakwa diberi janji surga.
Sebagaimana orang yang beriman ketika sudah menjalankan amal saleh juga
dijanjikan surga.
Qs. Ali Imran (3) : 133
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada SURGA
yang luasnya seluas langit dan bumi yang DISEDIAKAN untuk orang-orang yang
BERTAKWA.”
Jadi, seseorang yang sudah mencapai tingkatan takwa dijamin masuk
surga. Berbeda dengan orang beriman yang masih dipersyaratkan untuk melengkapi
dulu dengan amal saleh. Maka, level takwa adalah level “Iman+amal saleh”.
Itulah sebabnya, orang beriman masih diperintahkan untuk
meningkatkan keimanannya menjadi ketakwaan, sebagaimana difirmankan Allah dalam
ayat berikut ini. Itupun dengan penegasan agar bersungguh-sungguh dalam
berproses menuju ketakwaan.
Qs. Ali Imran (3) : 102
“Hai orang-orang yang ber-IMAN, ber-TAKWA-lah kepada Allah dengan
SEBENAR-BENAR takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan berserah diri (muslimun).”
Terkait dengan ibadah puasa ini, Allah juga menegaskan bahwa orang
beriman diharuskan berpuasa supaya menjadi BERTAKWA.
Qs. Al Baqarah (2) : 183
“Hai orang-orang yang BERIMAN, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu AGAR kamu BERTAKWA.”
Lagi-lagi, keimanan harus ditingkatkan menjadi ketakwaan. Dan
salah satu cara memproses keimanan agar menjadi ketakwaan itu adalah dengan
cara berpuasa. Jadi, puasa adalah sebuah amalan saleh. Di dalamnya kita melatih
diri untuk menjadi lebih taat beribadah, lebih ikhlas menjalankannya, lebih
sabar dalam menghadapi berbagai ujian, lebih dermawan dan berempati kepada kaum
dhu’afa, lebih banyak membaca Al Qur’an dan berbagai kebajikan lainnya.
Jika kita berhasil meningkatkan keimanan menjadi ketakwaan, maka
ganjarannya adalah kehidupan surgawi, di dunia maupun di akhirat. Bagaimana
menurut Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar