Rabu, 19 Januari 2011

'PERTARUNGAN’ ANTARA EMOSI vs RASIO

Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya, fungsi ’Hati Dalam’ alias Fuad terjadi di otak tengah, di bagian yang dikenal sebagai Sistem Limbik. Disinilah pertarungan antara kubu emosional dan kubu rasional terjadi. Yang emosional diwakili oleh Amygdala, sedangkan yang rasional diwakili oleh Hipocampus.

AMYGDALA ternyata adalah peninggalan otak binatang. Ini merupakan pusat emosi dan insting yang masih tergolong purba. Kemarahan, kebencian, dendam, iri, dengki, kesombongan, keserakahan, dan semacamnya bersemayam disini. Karena itu, Sistem Limbik sebagai pusat fungsi luhur manusia tidak hanya terdiri dari Amygdala sebagai pusat memori emosional melainkan juga ada Hipocampus sebagai pusat memori rasional.

Di dalam HIPOCAMPUS itulah segala memori rasional yang berasal dari proses pembelajaran ilmiah tersimpan. Misalnya memori keadilan, kejujuran, kehati-hatian, kewaspadaan, kesabaran, keikhlasan, dan berbagai pertimbangan yang bersandar pada logika, rasionalitas, dan analisa.

Untuk bisa berlaku adil seseorang harus menggunakan logika, analisa dan rasionalitas. Adil bukanlah produk emosional belaka. Melainkan produk dari sebuah proses ilmiah. Sehingga, adalah sangat sulit bagi seseorang yang hanya menggunakan perasaannya untuk berlaku adil. Pasti dia akan berat sebelah kepada orang yang ’dirasa’ dekat dengannya, atau ’disenanginya’ atau ’dicintainya’.

Kejujuran juga bukan produk perasaan semata. Karena itu kejujuran tersimpan di dalam Hipocampus, bukan di Amygdala. Untuk bisa jujur seseorang harus melakukan perbandingan-perbandingan dengan sesuatu yang disebut ’tidak jujur’. Dan karena dia tahu bahwa ketidakjujuran adalah tidak baik, maka ia pun memilih jujur. Ini adalah proses rasionalitas, dan menggunakan analisa yang logis.

Demikian pula dengan kehati-hatian, kewaspadaan, kesabaran, dan keikhlasan. Semua itu adalah produk dari proses rasional, logika dan analisa. Anda tidak akan bisa bersikap hati-hati, sabar, waspada, dan ikhlas, dengan semata-mata menggunakan emosi. Hasilnya bukan hati-hati tetapi malah ceroboh, tergesa-gesa, dan narsis alias riya’.

Nah, keseimbangan antara memori rasional di Hipocampus dan memori emosional di Amygdala itulah yang membentuk Sistem Limbik. Sehingga memunculkan sifat-sifat dasar yang merupakan perpaduan antara emosi dan pikiran.

Namun, Hippocampus dan Amygdala itu memang hanya berfungsi sebagai pusat memori belaka. Yakni tempat penyimpanan karakter. Ada yang bersifat bawaan, ada pula yang bersifat bentukan dari pengalaman dan pembelajaran. Emosi bisa dibentuk, pikiran juga bisa dibentuk. Keduanya menghasilkan memori yang berbeda di kedua komponen Sistem Limbik itu.

Misalnya, seseorang bisa dilatih untuk menjadi pemarah, atau menjadi penyabar. Dia juga bisa dilatih serakah ataupun dilatih dermawan. Bisa juga dilatih curang, atau dilatih adil, dan seterusnya. Hasil atas latihan itu akan tersimpan di kedua pusat memori itu dan membentuk sifat. Yang emosional berada di Amygdala, sedangkan yang rasional terekam di Hipocampus.

Sehingga ketika proses limbik bekerja, acuan untuk memutuskan suatu sikap adalah dirujukkan ke kedua pusat memori tersebut. Jika emosional merujuknya ke Amygdala, jika rasioanal merujuk ke Hipocampus. Ada orang-orang yang Amygdalanya bekerja secara lebih dominan, maka dia akan menjadi orang yang bertipikal emosional. Sedikit-sedikit marah, suka berkelahi, temperamental, dan semacamnya.

Sebaliknya, ada orang yang untuk marah dia berpikir dulu, untuk berkelahi menimbang-nimbang dulu, untuk menumpahkan emosi mencari waktu dan cara yang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Orang yang demikian ini memori Hipocampusnya lebih dominan dibandingkan Amygdalanya. Nah, keduanya bisa dilatih dan dibentuk dengan rekaman-rekaman kejadian sepanjang hidupnya.

Lebih dari itu, Sistem Limbik juga melibatkan komponen lain yang saya sebut di note sebelumnya, yakni: Thalamus, Gyrus Cingulata, Nucleus Basal, dan Prefrontal Cortex. Yang saya sebut terakhir ini memainkan peranan penting dalam proses munculnya kreatifitas peradaban manusia. Cortex adalah lapisan terluar dari otak manusia yang berwarna abu-abu, dimana seluruh karya ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, hikmah, dan peradaban secara menyeluruh dihasilkan.

Semakin luas permukaan otak seorang manusia, semakin pintarlah dia. Disinilah perbedaan otak manusia dan binatang, sehingga binatang tidak bisa menghasilkan peradaban. Sama-sama memiliki sistem limbik, tetapi otak binatang lebih dikuasai oleh Amygdalanya. Hipocampusnya kurang berkembang, karena memori rasionalnya tidak mendapat masukan pengalaman peradaban dari bagiancortex.

Inilah bagian sistem Limbik yang menyebabkan manusia memiliki fungsi luhur sebagai manusia. Yang tanpa itu, manusia tidak memiliki perbedaan dengan binatang. Maka, tidak heran jika Allah mengatakan bahwa manusia akan menjadi seperti binatang jika tidak menggunakan fungsi luhurnya itu. Mereka menggunakan Amygdalanya lebih dominan dibandingkan Hipocampusnya.

QS. Al A’raaf (7): 179
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati (Qalb), tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (yafqahuna) dan mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya untuk melihat (yubshiruna), dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya untuk mendengar (yasma’una). Mereka itu bagaikan BINATANG ternak, bahkan mereka lebih sesat (rendah) lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (tidak waspada).

Memahami (yafqahuna) dengan hati itu adalah sebuah proses untuk merujuk ke Hipocampus. Karena disinilah proses rasional, logis, dan analitis terjadi. Sedangkan Amygdala sekedar perasaan emosional belaka, tanpa ada proses kepahaman. Hasil olahan Sistem Limbik ini lantas dikirim ke jantung menjadi sebuah desir frekuensi yang khas. Frekuensi sabar berbeda dengan frekuensi marah, desir keikhlasan berbeda dengan desir riya’, getaran rendah hati berbeda dengan getaran kesombongan, dan lain sebagainya.

Karena itu, meskipun proses kecerdasan hati terjadi di Fuad alias Hati Dalam – di Otak, di kepala – tapi perasaan akan kepahaman tetap berdesir di jantung yang berada di dalam dada, alias Qalbu...! Masih bersambung... :)
 
Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~


oleh Agus Mustofa pada 18 Januari 2011 pukul 14:47


Tidak ada komentar:

Posting Komentar