JADI, ada istilah ’Hati Dalam’ dan
’Hati Luar’ ya ..??
’Hati Luar’ bersemayam di jantung,
’Hati Dalam’ bersemayam di otak.
Lantas, bagaimana mekanismenya? Berikut
ini penjelasannya.
QALB alias ’Hati Luar’ adalah indera keenam manusia. Posisinya
ada di jantung, di dalam dada. Sedangkan yang lima indera lainnya adalah: mata,
telinga, hidung, lidah dan kulit. Posisinya ada di sekitar kepala, dan sekujur permukaan
tubuh. Setiap indera memiliki mekanisme kerja yang berbeda. Tetapi semuanya berpusat
ke otak lewat mekanisme sarafi. Tujuan utamanya adalah untuk MEMAHAMI kondisi di
luar otak, termasuk di luar tubuh manusia.
Mata bekerja berdasar gelombang cahaya yang masuk ke bola
mata. Ringkasnya, lensa mata bakal meneruskan bayangan benda sampai ke retina, kemudian
diubah menjadi sinyal listrik yang diteruskan ke otak oleh kabel-kabel saraf ke
pusat penglihatan. Maka kita bisa ’melihat’ benda tersebut. Jadi, yang melihat itu
sebenarnya bukan mata, melainkan otak. Mata hanya menjadi alat, semacam kamera saja.
Karena itu, jika mata kita rusak, kelak akan bisa diganti dengan sejenis kamera
buatan yang meniru cara kerja mata manusia, yang kemudian disambungkan ke otak.
Hasilnya kurang lebih sama.
Telinga bekerja berdasar gelombang suara. Ringkasnya, suara
yang berupa gelombang itu masuk ke lubang telinga, kemudian sampai ke membran tipis
yang dikenal sebagai gendang telinga. Lantas getaran itu diubah menjadi sinyal listrik
yang diteruskan ke otak. Maka, kita pun bisa ’mendengar’. Jadi, yang mendengar itu
sebenarnya bukan telinga melainkan otak. Jika dikarenakan sesuatu hal sistem di
bagian dalam telinga rusak, maka kini sudah bisa dibuatkan sistem telinga buatan,
yang kemudian disambungkan ke pusat pendengaran di otak. Maka, hasilnya pun bisa
mendengar.
Penciuman, lidah, dan peraba, bekerja berdasar mekanisme
sarafi yang berhubungan dengan zat-zat penebar aroma, rasa, dan tingkat kekasaran
dan suhu. Rangsangan pada ujung-ujung saraf itu pun diteruskan ke otak, maka kita
bisa merasakan sensasi aroma, rasa dan kasar-halus ataupun panas dingin. Sekali
lagi, pelaku utamanya adalah otak.
Sedangkan jantung adalah indera keenam yang bekerja secara
getaran elektromagnetik. Bukan lewat cahaya, suara, ataupun ujung-ujung saraf sensorik.
Inilah satu-satunya organ di dalam tubuh manusia yang memiliki sistem ’Pembangkit
Listrik’ secara mandiri. Sehingga, karenanya, jantung bisa berdegup dan berdenyut
sepanjang usia kita. Melayani kebutuhan sirkulasi darah, dan mengirim sinyal-sinyal
elektromagnetik yang terkait dengan perubahan perasaan seorang manusia.
Di jantung ada jaringan sel yang secara terus menerus membangkitkan
listrik dengan getaran bolak-balik pada frekuensi 72 getaran per menit. Posisi pusat
kelistrikan itu berada di atrium kanan jantung. Dekat dengan muara vena cava superior
dan inferior. Getaran ini menghasilkan mekanisme pemompaan darah yang menyirkulasi
ke seluruh tubuh. Tetapi, sekaligus menyebabkan munculnya medan elektromagnetik
sebesar 5x10^(-11) Tesla. Atau sekitar 1 miliar kali medan kemagnetan Bumi. Medan
magnet jantung itu bisa diukur dengan menggunakan Magneto Cardio Graph (MCG).
Sementara itu Otak manusia dalam kondisi terjaga memancarkan
medan magnet sebesar 10^(-13) Tesla. Atau hanya sekitar seperlimaratus kemagnetan
jantung. Juga bisa diukur dengan Magneto Encephalo Graph (MEG). Secara organik hubungan
otak dengan jantung itu diatur di batang otak oleh bagian yang disebut kawasan Formasi
Retikularis. Disinilah kondisi terjaga dan koma alias tak sadar diatur. Banyak yang
menyebut daerah ini sebagai ’pintu gerbang’ antara alam sadar dan alam bawah sadar.
Yang menarik, medan elektromagnetik antara Otak-Jantung
ini terhubung secara terus menerus secara dinamis lewat informasi yang disebut sebagai
aliran ’perasaan’, baik dalam kondisi sadar maupun tidak sadar. Jika otak memancarkan
gelombang sadar Beta, yakni diatas 14 Hz, maka jantung pun akan berdenyut dinamis
mengikuti kondisi badan yang beraktifitas secara sadar. Tanpa kita perintah. Karena
perintahnnya langsung diatur oleh otak. Dan jika otak bekerja di frekuensi Delta
yang lebih rendah dari 4 Hz, maka jantung pun secara otomatis akan bergetar mengikutinya.
Bukan hanya secara mekanistis, melainkan juga secara psikologis.
Pada saat otak menangkap persepsi marah misalnya, jantung
akan berdenyut lebih kencang menghasilkan medan gelombang yang membesar. Demikian
pula ketika menangis, terharu, bersedih, atau senang, gembira, bahagia, dendam,
iri, dengki, sabar, tawadhu, dan lain sebagainya. Pancaran gelombangnya akan mengubah
sistem keseimbangan Otak-Jantung. Bukan hanya pada sirkulasi darahnya, melainkan
juga getaran frekuensi dan kuat medannya. Selain itu, perlu dicermati, di dalam
paparan gelombang itu juga terkandung informasi ’perasaan’ yang menumpang di pola
gelombangnya.
Ringkas kata, sistem frekuensi yang berporos pada Otak-Jantung
menjadi ’sistem radar’ yang bisa menangkap sinyal-sinyal perasaan yang bertebaran
di sekitarnya. Baik yang berasal dari luar ataupun dari dalam. Pada orang-orang
yang kehilangan fungsi panca indera misalnya, mereka tetap bisa memahami situasi
dan kondisi di luar dirinya dengan menggunakan sistem radar ’Otak-Jantung’ itu.
Dan biasanya indra keenam tersebut lebih peka, karena memang terlatih secara langsung.
Jantung sebagai ’hati luar’ akan memberikan sinyal-sinyal
yang bisa kita rasakan langsung dalam bentuk desir frekuensi. Sedangkan otak berfungsi
sebagai organ yang memahami makna. Karena sesungguhnyalah kita tidak bisa ’merasakan’
dengan otak. Yang merasakan adalah jantung yang berada di dalam dada. Sangat nyata
rasanya. Kadang dada terasa ’sesak’, kadang pula terasa ’lapang’. Di lain waktu
terasa ’pedih’, di waktu lainnya lagi terasa ’lega’. Di satu saat terasa ’panas’,
di lain waktu terasa ’dingin’. Dan seterusnya. Itu sebenarnya adalah gejolak frekuensi
elektromagnetik belaka. Dengan dibantu mekanisme hormonal tertentu.
Maka, memahami jantung sebagai fungsi HATI, memang tidak
bisa berdiri sendiri. Sebagaimana juga kita tidak bisa memahami fungsi ’penglihatan’
hanya dengan memahami mata. Harus dipahami sebagai PAKET antara alat pengindera
dan pusat penginderaannya, yakni OTAK. Misalnya: Mata-Otak, Telinga-Otak, Hidung-Otak,
Lidah-Otak, Kulit-Otak, dan Jantung-Otak.
Dengan demikian, kita pun bisa memperoleh gambaran lebih
jelas tentang mekanisme Hati tersebut. Meskipun belum jelas betul, karena ada beberapa
pertanyaan yang belum terjawab, termasuk fungsi ’Hati Dalam’ yang belum dibahas.
Karena itu, bersambung .... :)
Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~
oleh Agus Mustofa 14 Januari 2011 pukul 14:14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar