oleh Agus Mustofa pada 19 Januari 2012 pukul 12:54
ADA tiga lapis
kesadaran pada manusia, yakni ALAM SADAR yang bekerja di permukaan otak, ALAM
BAWAH SADAR yang bekerja di poros otak tengah-jantung, dan Alam Tak Sadar yang
bekerja di tingkat selular serta benda-benda penyusunnya yang mikroskopik.
Jika
dikaitkan dengan struktur diri manusia, maka Alam Sadar lebih didominasi
kinerja badaniyah dengan
mengandalkan panca indera. Berdasar masukan dari panca indera itulah ‘pikiran
sadar’ atau ‘alam sadar’ kita terbentuk. Sehingga, segala sesuatu yang tidak
tertangkap oleh panca indera disebut gaib, atau supranatural, atau paranormal,
dan sebangsanya. Di wilayah ini pula sains bertumpu dengan bukti-bukti yang
kasat mata. Jika tidak bisa dibuktikan secara kasat mata, disebutlah sebagai
‘tidak saintifik’.
Alam yang
lebih luas dan memiliki potensi jauh lebih dahsyat adalah Alam Bawah Sadar.
Disini mekanisme kerjanya didominasi oleh kekuatan jiwa alias nafsiyah. Sebagiannya
bisa dideteksi secara kasat mata, dan sebagiannya lagi mulai tidak kasat mata.
Sebagiannya bisa disadari, tapi sebagiannya lagi tidak bisa disadari. Karena
itu diistilahkan ‘alam bawah sadar’ – alam yang ‘samar-samar’ tertangkap
kesadaran kita.
Orang-orang
yang sudah mengungkung dirinya dalam koridor ilmu materialistic semacam Fisika
dan Biologi ‘saja’, biasanya tak mau alias ogah mengutak-atik wilayah ‘bawah
sadar’ ini. Kecuali mereka yang berpikiran out box. Tetapi, para ilmuwan Psikologi,
justru sangat bergairah mengeksplorasi alam bawah sadar. Apakah para psikolog
ini bekerja dalam koridor yang tidak saintifik? Hhehe, begitulah ‘tudingan’
sebagian ilmuwan materialistik. Sehingga, ada yang menyebutnya sebagai pseudo-sciencealias
‘Sains Bohong-bohongan’… :(
Tetapi
ternyata perkembangan ilmu Bawah Sadar ini luar biasa pesatnya di dekade-dekade
terakhir. Tudingan pseudo-science itu
semata-mata karena para ahli psikologi itu membangun pola eksplorasi yang
berbeda dengan para penudingnya. Tetapi, sebenarnya mereka juga bekerja
berdasar bukti-bukti penelitian, yang tidak saja berdampak secara psikologis.
Melainkan, juga berdampak sampai fisiologis. Dalam ranah kedokteran, tentu Anda
tidak asing dengan penyakit psikosomatis, yakni penyakit yang muncul pada badan
tetapi disebabkan oleh faktor psikologis. Ini menjadi bukti sederhananya.
Saya punya
seorang sahabat karib yang ahli Psycho-Neuro
Imunology : Prof. Dr. dr. S. Taat Putra, MS, guru besar di FK
Unair Surabaya. Ia mempelajari kaitan antara jiwa (psycho) dengan struktur
saraf (neuro) dan sistem kekebalan tubuh (imunitas). Disana kelihatan sekali
hubungan antara JIWA yang ENERGIAL dengan struktur SARAF yang MATERIAL itu.
Dan, yang jelas, ilmu ini tidak termasuk dalam pseudo-science atau apalagi
paranormal..!
Beliau
sangat menyadari bahwa ilmu Biologi, Fisika, Kedokteran, Kimia, Matematika, bahkan
Sosiologi, dan sebagainya, itu tidak bisa berdiri sendiri. Hanya pada tataran
yang masih sangat dasar sajalah, ilmu-ilmu itu bisa dipetak-petakkan sedemikian
rupa. Padahal dalam skala yang lebih luas, pada kenyataannya semua ilmu itu
harus menyatu untuk digunakan memahami fenomena alam.
Sehingga
suatu ketika dia mengatakan kepada saya: ‘’Pak Agus, saya kira para dokter
harus belajar Fisika Quantum. Karena ternyata di tingkat selular kita mulai
menemukan kesulitan memahami substansi sebuah penyakit. Penyebab penyakit itu
kalau ditelusuri bisa bersumber atau dipengaruhi oleh partikel-partikel yang
lebih kecil, sampai ke tingkat Quantum.’’
Ya, alam
Bawah Sadar adalah alam ‘setengah gaib’ yang mulai menuai kontroversi. Karena
sebagian pakar materialistik-energetik menolak, sedangkan pakar Psikologi,
Psikiatri, dan Biokuantum mengakuinya. Kita tunggu saja perkembangannya lebih
lanjut.
Nah, di alam
bawah sadar inilah JIWA manusia berkiprah. Pusat aktifitasnya bukan hanya di
cortex cerebri alias kulit otak, melainkan lebih ke dalam, di bagian tengah
otak yang bernama Sistem Limbik, menembus sampai ke jantung. Inilah yang saya
sebut sebagai poros otak-jantung. Yang di ilmu kedokteran dikenal sebagai Axis Brain-Heart tetapi
dipahami hanya sebagai jalur hormonal dan neurotransmitter belaka.
Pemahaman
secara energial, akan menunjukkan kepada kita bahwa disana ada ‘LORONG ENERGI’
yang menghubungkan otak sebagai pusat kecerdasan dengan jantung sebagai organ
resonansi. Getaran-getaran resonansi sepanjang lorong itu menjadi semacam radar
tak kasat mata, yang memunculkan ‘perasaan’. Yang secara awam, kita rasakan
sebagai debar jantung, di dalam dada. Saya tidak akan membahas masalah ini
lebih detil disini, karena akan memakan ruangan yang lebih besar. Saya sudah membahasnya
dalam buku DTM-32: ‘ENERGI DZIKIR Alam Bawah Sadar’.
Point
pentingnya adalah, bahwa Alam Bawah Sadar yang lebih ‘bermain’ di wilayah
energial alias ‘kejiwaan’ yang tak kasat mata itu jangan dianggap tak ada.
Atau, bahkan tidak saintifik. Justru ini akan menjadi ladang eksplorasi ilmu
pengetahuan masa depan yang semakin menggairahkan. Dan akan meninggalkan
ilmu-ilmu materialistik yang konvensional sebagai sejarah masa lalu dalam
koridor yang sempit. Ilmu-ilmu seperti Psycho-Neuro Imunology, Psycho
Cybernetics, dan Bio-Quantum, akan semakin populer ke masa depan. Ilmu-ilmu
yang akan menguak kekuatan JIWA di alam bawah sadar, atau lebih dalam lagi.
Yang ketiga,
adalah wilayah Alam Tak Sadar. Inilah yang terkait dengan ‘wilayah kekuasaan’
Ruh. Jika Alam Sadar dan Bawah Sadar hanya berkutat pada potensi OTAK, maka
alam Tak Sadar ini sudah masuk lebih dalam ke penyusun otak dan tubuh kita.
Yakni, miliaran sel-sel otak, dan triliunan sel-sel tubuh. Termasuk sampai ke
penyusun sel berupa molekul, atom, partikel sub atomik, sampai quark, dan
partikel-partikel quantum, ataupun 'sesuatu' yang lebih substansial lagi.
Alam Tak
Sadar ini memiliki KECERDASAN-nya sendiri di luar kendali pikiran sadar ataupun
bawah sadar. Justru, Alam Tak Sadar inilah yang membentuk kecerdasan alam sadar
dan bawah sadar. Otak hanya bisa mengendalikan bagian tubuh setingkat organ
seperti jantung, paru, ginjal, pencernaan, panca indera, dan sebagainya. Baik
secara sadar maupun bawah sadar. Tetapi, otak tak kuasa lagi mengendalikan
pembelahan sel-sel. Metabolisme sel. Dan berbagai reaksi-reaksi seluler
lainnya. Apalagi untuk mengendalikan molekul-molekul agar bergerombol dan
bekerjasama. Apalagi mengendalikan atom-atom, dan partikel-partikel sub atomic,
sampai ke quark. Otak tak mampu lagi.
Maka, jangan
menggunakan rasionalitas dan logika lagi untuk MERASAKAN kecerdasan Alam Tak
Sadar ini. Cara yang lebih sesuai adalah menggunakan bahasa ENERGIAL, berupa
getaran gelombang resonansi. Karena di sel-sel itu masih terdapat getaran gelombang.
Sebagaimana juga di tingkat molekuler, atomik maupun sub atomik, sampai ke
tingkat partikel dasar.
Getaran-getaran
mereka itulah yang menghasilkan frekuensi, dan bisa meresonansi jiwa kita.
Meresonansi lorong energi di antara Otak-Jantung. Dan muncul sebagai
‘perasaan’. Inilah yang oleh Al Qur’an disebut sebagai Qalbu, dan diterjemahkan
ke bahasa Indonesia sebagai ‘Hati’. Dan kemudian rancu dengan liver. Padahal
itu mengacu ke jantung.
Di dalam Al
Qur’an ada dua istilah untuk HATI, yaitu: Qalbu dan Fu-aad. Qalbu merujuk ke
jantung, sedangkan Fu-aad merujuk ke Otak, khususnya Sistem Limbik. Maka, kalau
kita menyebut HATI, itu berarti merujuk ke Qalbu dan Fu-aad sekaligus.
Alias POROS OTAK-JANTUNG. Yaitu, suatu sistem resonansi energial yang berfungsi
sebagai radar jiwa, dimana dengannya kita bisa 'memahami' sesuatu lewat
mekanisme ‘perasaan’. Bukan menggunakan logika maupun rasionalitas.
Nah,
begitulah kurang lebih, cara menghubungkan JIWA Anda dengan Ruh Universal; yang
dalam istilah Al Qur’an disebut sebagai ber-DZIKIR. Kurang lebih begitu pula
teknik DZIKIR Alam Bawah Sadar yang saya jelaskan dalam buku DTM-32. Yakni,
sebuah teknik pengaturan fase gelombang kesadaran otak agar kita bisa
‘merasakan’ getaran halus yang berasal dari ruh kita, maupun Ruh-Nya yang telah
meliputi alam semesta. Di getaran halus itulah, Anda akan memperoleh
informasi-informasi yang ‘tidak terpikir’ oleh kulit otak yang hanya bekerja
secara logika dan rasionalitas..!
QS.
Al Anfaal (8): 2
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila DISEBUT nama Allah
(dzikrullah) BERGETAR-lah HATI mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayatNya bertambahlah keimanan mereka (karenanya). Dan kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal.
Perpaduan
antara fungsi 'kulit otak' yang logis-rasional dengan 'poros otak-jantung' yang
penuh perasaan, akan menghasilkan kualitas AKAL yang prima. Karena, perasaan
bawah sadar memang tidak boleh dilepaskan sendirian, tanpa kontrol pikiran
sadar. Allah menyebut orang-orang yang bisa memadukan keduanya secara seimbang
itu sebagai ULUL ALBAB. Yaitu, orang yang senantiasa berdzikir dengan perasaan
halusnya, serta berpikir dengan logika dan rasionalitasnya secara ilmiah.
Memadukan antara alam sadar dan alam bawah sadarnya.
QS.
Ali Imran (3): 190-191
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (ulul albab), (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah (dzikrullah)
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan bertafakur (berpikir
secara ilmiah) tentang penciptaan langit dan bumi. (Sampai memperoleh
kesimpulan): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Subhanaka (MAHA HEBAT ENGKAU), maka peliharalah kami dari
siksa neraka.
~ Salam
‘Mengintip Eksistensi Ruh’ ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar