Kamis, 13 Juni 2013

MENGKAJI SURAT AL-ASHR

QS Al Ashr [103] : 1-3
"Demi waktu! Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian! Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran."

Inilah salah satu surat yang cukup familiar di telinga umat Islam. Surat Al Ashr, meskipun sangat pendek, namun ternyata memiliki makna yang sangat dalam. Mari kita kaji!

Allah bersumpah atas nama waktu, bahwa pada dasarnya manusia itu hidup di dalam kerugian. Apa maksudnya? Kerugian berarti adalah manusia mengalami kesia-siaan dalam hakikat penciptaannya di dunia ini. Ia akan menjalani kehidupan yang gagal. Kegagalan itu bisa dirasakan di dunia maupun di akhirat nanti. Ia akan menjadi orang yang terbuang, yang hina, dan terputus dari rahmat Allah.

Agar manusia tidak mengalami kerugian, Allah telah memberikan petunjuk yang sederhana, namun dalam maknyanya. Pertama, ia harus beriman. Kedua, beramal saleh. Ketiga, saling mentaati kebenaran, dan Keempat saling menetapi kesabaran.

Apakah beriman itu? Beriman artinya adalah meyakini. Proses beriman itu apakah sekedar mengikuti tradisi orang tua kita, atau memang didapatkan melalui sebuah pencarian? Tentu saja iman akan kuat tak tergoyahkan ketika kita telah melalui proses pencarian terlebih dahulu, dengan memaksimalkan antara kombinasi hati dan pikiran.

Dimulai dengan menelaah petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah melalui kitab-kitab suci. Mulai dari Taurat, Zabur, Injil, hingga disempurnakan dalam Al Qur'an. Ketika kita telah meyakini bahwa kitab-kitab tersebut telah memberi sebuah pencerahan dan petunjuk yang jelas kepada kita untuk mengarungi kehidupan ini, tentu kita akan yakin akan kebenaran para Nabi dan Rasul Allah, mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Dengan meyakini kitab suci dan para Nabi dan Rasul, maka keyakinan itu akan membawa kita mencapai kesadaran akan keberadaan Allah Sang Pencipta alam semeta.

Keimanan harus berlanjut kepada amal saleh. Al Qur'an telah gamblang menjelaskan bagaimana kita harus beramal saleh. Yang jelas amalan saleh dalam Al Qur'an itu sama sekali tidak njlimet. Menyayangi sesama makhluk hidup, berbuat baik kepada siapa pun, menolong siapa saja yang membutuhkan, serta menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Sehingga ada dampak positif dari keberimanan kita.

Namun demikian, ternyata iman dan perilaku yang baik itu tidak cukup hanya untuk diri sendiri. Orang-orang beriman harus senantiasa mengembangkan sikap saling menasehati dan mengingatkan kepada sesama manusia akan kebaikan, dan mencegah kejahatan. Tentu dunia tidak akan menjadi lebih baik jika hanya anda saja yang baik hati, sementara sisanya adalah orang-orang jahat. Sampaikanlah pesan-pesan Allah itu semampu anda. Jika anda mahir berbicara langsung di depan orang, maka bicaralah dengan baik! Jika anda merasa malu dan hanya bisa berbicara di balik layar, maka anda bisa menasehati sesama manusia lewat media tulisan dan facebook ini misalnya. Anda pun bisa menasehati orang lain lewat contoh perilaku yang baik. Lakukan apa saja semampu anda, asal bisa efektif dan berdampak positif!

Yang terakhir adalah mengembangkan sikap sabar. Mari kita renungkan.. Semua perintah Allah itu adalah satu paket. Anda tetaplah orang yang merugi dalam perjalanan hidup anda, seberapa pun kuat iman anda, seberapa saleh pun anda, seberapa teguh anda memberi nasihat kepada sesama.. jika anda belum bisa bersabar! Kemarahan, kebencian, kekerasan, dan penindasan adalah akibat dari disingkirkannya kata "sabar" dalam kamus hidup anda. Maka dari itu, saya sungguh prihatin melihat kondisi umat Islam saat ini yang jauh dari kesabaran. Bahkan ilmu agama yang tinggi tidak menjamin seseorang bebas dari amarah yang berlebihan, saling caci mencaci, hujat menghujat, dan melakukan tindak anarki dengan alasan agama! Agama disenggol sedikit saja, bukannya dilawan dengan dialog yang baik, akan tetapi langsung direspon dengan aksi premanisme. Ini sungguh jauh dari apa yang diinginkan Allah kepada orang-orang beriman.

Maka dari itu, setelah anda memahami keempat syarat yang diberikan Allah agar manusia tidak merugi.. Pertanyaanya : kenapa Allah menggunakan kata "waktu" dan "kerugian"?

Ya.. Karena waktu terus berjalan. Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun terus bergerak, dan kita tidak akan bisa kembali walau barang sedetik pun..

Ya.. Karena waktu adalah salah satu syarat utama terciptanya kehidupan, selain ruang. Karena keberadaan waktu lah, segala sesuatu menjadi semakin tua, semakin lemah, semakin usang, semakin lapuk, semakin rusak..

Ya.. Karena hidup kita ini ibarat menaiki kereta waktu.. Di mana rel waktu setiap orang akan berbeda panjang pendeknya. Bisa jadi yang muda lebih dulu mati daripada yang tua. Bisa jadi yang sehat lebih dulu mati daripada yang sakit. Maka jika kita tidak mengisi detik demi detik kehidupan kita dengan iman, amal salih, kebenaran, dan kesabaran.. Bagaimana jika tiba-tiba kereta waktu kita telah tiba di stasiun terakhir?

Pernahkan anda membayangkan kapan kereta anda akan berhenti di stasiun terakhir?

Apakah anda memiliki pengetahuan tentang itu?

Sudah siapkah anda?

Untung atau rugi?

Allahu'alam ..


Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar