Kamis, 10 Mei 2012

APAKAH HADITS MENJELASKAN QUR’AN? ~ MENYINGKAP TABIR HADITS (Bag. 8)

Oleh Yahia Rahman pada 10 Mei 2012 pukul 1:21

Para pembela Hadits mengatakan bahwa Hadits berfungsi untuk menjelaskan Qur’an, yang mana katanya Qur’an tanpa penjelasan Hadits akan menjadi tidak dapat dipahami. Dengan kata lain, tanpa Hadits mereka akan menolak Qur’an, atau setidaknya mengabaikannya.

Para ulama juga mengatakan bahwa kitab “Sahih Bukhari” adalah kitab Hadits terbaik. Akan tetapi saya akan membuktikan betapa mudahnya membuktikan bahwa Hadits tidak menjelaskan Qur’an dengan baik. Dan kitab “Sahih Bukhari” tidaklah sehebat yang didengungkan.

Sebagai referensi bukti otentik, silakan anda merujuk pada kompilasi kitab “Sahih Bukhari” sebanyak 9 volume, yang disusun oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islamic University, Madinah Al-Munawarrah, terbitan Kitab Bhavan, New Delhi.

Vol 6 kitab “Sahih Bukhari” adalah bagian tafsir atau penjelasan atas ayat-ayat Qur’an. Sementara delapan volume kitab yang lain membahas hal-hal seperti :

- Meminum air kencing onta untuk menyembuhkan demam (Vol 7, Hadits No. 590)

- Membakar hidup-hidup manusia beserta rumahnya jika mereka tidak tiba di masjid tepat waktu untuk shalat berjamaah (Vol 1, Hadits No. 626)

- Memimpikan wanita tanpa busana (Vol 9, Hadits No. 139-140)

- dan segala cerita omong-kosong dan tidak masuk akal lainnya.

Tapi marilah kita sekarang fokus pada Vol 6: “ Penjelasan ayat-ayat Qur’an oleh Imam Bukhari “

Meskipun secara keseluruhan Qur’an terdiri dari 114 Surah, namun ternyata tidak semua surah ada penjelasannya di dalam kitab Sahih Bukhari.

Surah no 2: Al Baqarah, misalnya, terdiri atas 286 ayat, akan tetapi Bukhari hanya menyediakan Hadits penjelasan untuk 50 ayat saja. Berarti hanya 20% lebih sedikit penjelasan atas Surah Al Baqarah, sementara 80% sisanya dibiarkan di dalam ‘kegelapan’ oleh Bukhari, tanpa penjelasan sama sekali.

Surah no 108: Al Kautsar, hanya memuat 3 ayat saja, dan merupakan surah terpendek di dalam Qur’an. Kali ini usaha Bukhari merasa cukup untuk hanya menterjemahkan arti kata dari ‘Kautsar’ saja, untuk menjelaskan keseluruhan makna dari surah terpendek tersebut. Bukhari berkata ‘Kautsar’ artinya adalah : “Danau yang berada di Surga.“ Padahal arti dari kata ‘Kautsar’ sebenarnya adalah : “Kenikmatan (Kebaikan) yang berlimpah“, sebagaimana yang bisa kita baca sendiri dalam berbagai terjemahan dalam Qur’an. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa Bukhari sebenarnya tidak terlalu memahami bahasa Arab. Faktanya memang Bukhari adalah orang Persia yang sehari-hari berbahasa Parsi. Para ulama dan sejarawan sejauh ini tidak memiliki catatan kapan Imam Bukhari mulai belajar berbahasa Arab.

Tapi hal ini akan kita bahas nanti.
Fakta yang mengagumkan adalah ternyata ada sebanyak 28 surah dalam Qur’an yang tidak diberi ‘penjelasan’ dari Hadits sama sekali! Surah-surah tersebut adalah : 23. Al Mu’minuun, 27. An Naml, 29. Al Ankabuut, 35. Fathir, 51. Adz Dzariyaat, 57. Al Hadiid, 58. Al Mujaadilah, 64. At Taghabuun, 67. Al Mulk, 69. Al Haaqqah, 70. Al Ma’arij, 73. Al Muzzamil, 76. Al Insaan, 81. At Takwir, 82. Al Infithaar, 86. Ath Thaariq, 88. Al Ghaasiyah, 89. Al Fajr, 90. Al Balad, 94. Al Insyirah, 100. Al Aadiyaat, 101. Al Qaariah, 103. Al Ashr, 104. Al Humazah, 105. Al Fiil, 106. Quraisy, 107. Al Mauun, dan 109. Al Kaafiruun.

Menurut pandangan para ulama, hanya Rasulullah yang berhak untuk menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam Qur’an. Dan keberadaan Hadits dimaksudkan sebagai penjelas kandungan dari Qur’an.

Tetapi mengapa 28 ayat tersebut tidak ada Hadits penjelasannya sama sekali?

Para ulama tetap bersikeras bahwa Qur’an harus dijelaskan dengan Hadits! Berarti konsekuensinya adalah 28 surat tersebut HARUS DIBUANG dari kitab suci Qur’an, karena Bukhari tidak memberikan penjelasan sama sekali tentang makna yang terkandung dalam surah-surah tersebut!

Fakta ini jelas menampar muka para ulama pembela Hadits yang mengklaim bahwa siapa saja yang hanya berpegang pada Qur’an, tanpa berpegang pada Hadits, tidak akan dapat memahami isi dari Qur’an tersebut!

Ini membuat situasi bertambah sulit bagi para ulama pembela Hadits, dikarenakan 28 surah tidak ada penjelasannya sama sekali, dan tidak satu pun surah dalam Qur’an yang diberikan penjelasan Hadits secara menyeluruh!

Sekarang mari kita membahas fakta tentang bagaimana Bukhari ternyata tidak terlalu memahami bahasa Arab, sebagaimana telah kita bahas di atas. Ini bisa kita cermati dengan mengetahui bagaimana cara Bukhari menamai sebagian surah yang ada dalam Qur’an. Tentu saja ini adalah fakta yang mengherankan, dan para ulama sendiri bertanya-tanya, mengapa Bukhari melakukan hal tersebut.

Non-Arab biasanya menyebut nama surah dari ayat pertama. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal :

- Mereka tidak mengetahui nama Arab dari surah tersebut.

- Mereka bukanlah ulama yang mempelajari Qur’an secara seksama.

- Atau lebih gampangnya lagi adalah karena mereka bukanlah bangsa Arab.

Bukhari ternyata menunjukkan ciri-ciri yang sama!

Surah 68: An Naba’ diberi judul surah “Amma Yata’asalun”, yang mana ini merupakan ayat pertama dari surah tersebut.

Surah 98: Al Bayyinah diberi judul surah “Lam Yakun”. Lagi-lagi merupakan ayat pertama!

Surah 81: At Takwir diberi judul surah “Idhahs Samsu Kuwirat”. Ini adalah ayat pertama dari surah tersebut, lagi-lagi.

Surah 70: Al Ma’arij diberi judul surah “Sa’ala Sa’ilun”.

Ada pula surah diberi dua ‘alternatif’ judul, misalnya surah 76: Al Insan diberi judul surah “Hal’ata Insani” atau surah “Dahr”.

Pelabelan yang tidak tepat ini hampir selalu terjadi pada pembaca Qur’an non-Arab, yang tidak terlalu memahami bahasa Arab.

Di samping kenyataan bahwa Bukhari adalah seorang berkebangsaan Persia yang berasal dari kota Bukhara, banyak ulama yang meyakini bahwa Bukhari adalah seorang TUNA NETRA alias BUTA sejak kecil.

Pertanyaannya sekarang: SIAPA SEBENARNYA YANG TELAH MENULIS HADITS-HADITS DALAM KITAB SAHIH BUKHARI???

Bukti-bukti lain bisa kita lihat bagaimana cara Bukhari memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat Qur’an, itu pun jika ia merasa perlu untuk memberi penjelasan atau tidak.

Sebagai contoh, ada penjelasan pada ayat Qur’an yang tidak lengkap, atau berakhir dengan kekosongan, yaitu pada Hadits Vol 6 No. 50 yang memberikan penjelasan pada surah 2: 223. Setelah beberapa komentar, kata ‘Nafi’ ditambahkan terkait bunyi ayat ini : “ .....maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.”‘ Ibn Umar berkata : “Ini maknanya adalah seseorang hendaknya mendekati istrinya pada .....“

Penjelasan ini tidak berlanjut!

Tapi jangan khawatir, ada catatan kaki untuk menjelaskan kekosongan ini :). Catatan kaki itu bunyinya : “Imam Bukhari tidak membiarkan kalimat tersebut tidak berlanjut, karena beliau TIDAK YAKIN apa yang dikatakan oleh Ibn Umar  (luar biasa)!!!”

Dan mereka tetap bersikeras menyebutnya “SAHIH BUKHARI”!

Mungkin inilah salah satu penyebab betapa seringnya terjadi permasalahan dalam perumusan fikih Islam di kalangan para ulama.

Ada lagi penjelasan aneh dan menggelikan dari Imam Bukhari, terkait surah 11 : 5. Ayat-ayat indah tersebut berbunyi: “Kepada Allah-lah kembalimu, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) menutup hati mereka untuk menyembunyikan diri dari pada-Nya. Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (11 : 4-6)

Makna dari ayat-ayat tersebut sudah amat sangat jelas! Bahwa tidak ada yang dapat kita sembunyikan dari Allah Yang Maha Mengetahui. Segala sesuatu yang telah kita lakukan, sekecil apa pun, tercatat di dalam kitab Allah (Lauh Mahfuz).

Sekarang, mari kita simak penjelasan ‘aneh’ Imam Bukhari terkait surah 11 : 5! Vol 6 Hadits No. 203 :‘

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Abbad bin Jaffar bahwa ia menyaksikan Ibn Abbas membaca penggalan surah: “Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) menutup hati mereka untuk menyembunyikan diri daripada-Nya..” Dan ia bertanya kepada Rasulullah makna dari ayat ini. Rasul menjawab : “ Beberapa orang biasa bersembunyi ketika ingin buang air atau tidur di tempat terbuka, dikarenakan malu apabila mereka terlihat dari langit. Itulah mengapa ayat-ayat tersebut diturunkan.”

Dengan demikian, Bukhari berpendapat bahwa tujuan diturunkannya ayat-ayat ini adalah untuk memberitahukan kepada para sahabat bahwa Allah bisa melihat mereka buang air dan tidur di tengah-tengah padang pasir!

Bukhari juga telah memelintir makna pada surah 5 : 87. Untuk menjelaskan ayat tersebut, Bukhari hanya memenggal sebagian ayat saja, tanpa memperhatikan konteks secara keseluruhan ayat tersebut.

“Hai orang-orang yang beriman, JANGANLAH kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu... “ (5 : 87)

Adapun penjelasan Bukhari untuk ayat ini bisa dibaca pada Vol 6 Hadits No. 139 :

‘Diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud: “Kami berperang bersama Rasulullah SAW sedangkan kami tidak membawa istri istri kami, maka kami berkata bolehkan kami berkebiri? Namun Rasululloh melarangnya tapi kemudian beliau memberikan kami keringanan untuk menikahi wanita dengan mahar pakaian sampai batas waktu tertentu. Dan kemudian Rasul membacakan ayat tersebut: “Hai orang-orang yang beriman, JANGANLAH kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu...“.

Ada sebuah catatan kaki pada Hadits tersebut: “Pernikahan kontrak (Mut’ah) diizinkan pada masa-masa awal Islam, namun kemudian mulai saat Perang Khaibar pernikahan tersebut dilarang (Allah Maha Mengetahui yang lebih baik).“

Hadits di atas jelas-jelas merupakan kedustaan yang besar terhadap Allah dan Rasul-Nya!

Secara keseluruhan ayat tersebut berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (5 : 87)

Apakah pelacuran adalah termasuk kategori “melampaui batas?” Bukan! Bahkan pelacuran adalah sebuah kejahatan!

Muslim manakah yang mau menyerahkan anak perempuannya, bahkan dengan ‘mahar pakaian’ sekalipun, sebagai pembayaran (mahar) atas pelayanan untuk memuaskan nafsu seksual para sahabat Rasul???

Perhatikan bagaimana Bukhari menceritakan betapa santainya para sahabat ketika berkata : “Bolehkah kami berkebiri?” Seolah-olah itu adalah hal wajar yang dilakukan setiap pagi setelah sarapan pagi.

Pada surah 24 : 33, Allah melalui Rasul-Nya berfirman :“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya...... Dan JANGANLAH KAMU PAKSA wanita-wanitamu untuk melakukan PELACURAN, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barang siapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa (itu).“ (24 : 33)

Dengan kata lain, jangan melakukan seks di luar nikah! Jika anda belum menikah, maka lebih baik menjaga kesucian diri. Kontrol hawa nafsu anda!

Rasulullah SAW mengajarkan untuk tidak memaksa wanita ke dalam pelacuran, akan tetapi Bukhari mengatakan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan wanita agar mau dibeli dengan mahar pakaian untuk menjadi pelayan-pelayan seksual!

Ini adalah kebohongan yang sangat jahat yang diatasnamakan kepada Nabi Muhammad. Menurut Qur’an, Nabi mengajarkan umatnya untuk mengontrol hawa nafsu seksual mereka :

An Nur [24] : 30
Al Baqarah [2] : 79
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.“

Makna dari ayat Qur’an di atas sudah AMAT SANGAT JELAS, namun Bukhari mengajarkan bahwa wanita bisa dibeli dengan mahar pakaian!Boleh jadi, para “ulama” sebenarnya ikut bergembira dengan ajaran ini, terbukti dengan begitu mudahnya mereka mengawini wanita dan menceraikannya seolah-olah mereka adalah komoditi seksual belaka!

Mereka yang bersikeras mengunggul-unggulkan Hadits-Hadits bohong itu dapat kita temukan relevansinya dalam Qur’an, di mana mereka berani mengganti-ganti hukum Allah dengan hukum-hukum buatan panutan mereka seperti Imam Bukhari, tanpa seizin Allah.

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.”

Dengan berpegang pada Hadits-Hadits “aneh” sebagai “kitab suci kedua” yang jelas-jelas telah merusak nama baik Nabi Muhammad, umat Islam telah tergelincir pada penyimpangan yang nyata selama lebih dari 1000 tahun!

Umat Islam hanya bisa memimpikan kembalinya masa-masa kejayaan Islam pada era Nabi Muhammad....

...tapi sedikit di antara mereka yang menyadari bahwa pada masa-masa kejayaan tersebut tidak ada yang namanya Hadits!

HANYA ADA QUR’AN SAJA, SEBAGAI SATU-SATUNYA PETUNJUK!!!

SALAM!


<QUR’AN-ONLY>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar