Oleh
Yahia Rahman pada 10 Mei
2012 pukul 1:21
Para
pembela Hadits mengatakan bahwa Hadits berfungsi untuk menjelaskan Qur’an, yang
mana katanya Qur’an tanpa penjelasan Hadits akan menjadi tidak dapat dipahami.
Dengan kata lain, tanpa Hadits mereka akan menolak Qur’an, atau setidaknya
mengabaikannya.
Para
ulama juga mengatakan bahwa kitab “Sahih Bukhari” adalah kitab Hadits terbaik.
Akan tetapi saya akan membuktikan betapa mudahnya membuktikan bahwa Hadits
tidak menjelaskan Qur’an dengan baik. Dan kitab “Sahih Bukhari” tidaklah
sehebat yang didengungkan.
Sebagai
referensi bukti otentik, silakan anda merujuk pada kompilasi kitab “Sahih
Bukhari” sebanyak 9 volume, yang disusun oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islamic
University, Madinah Al-Munawarrah, terbitan Kitab Bhavan, New Delhi.
Vol
6 kitab “Sahih Bukhari” adalah bagian tafsir atau penjelasan atas ayat-ayat
Qur’an. Sementara delapan volume kitab yang lain membahas hal-hal seperti :
-
Meminum air kencing onta untuk menyembuhkan demam (Vol 7, Hadits No. 590)
-
Membakar hidup-hidup manusia beserta rumahnya jika mereka tidak tiba di masjid
tepat waktu untuk shalat berjamaah (Vol 1, Hadits No. 626)
-
Memimpikan wanita tanpa busana (Vol 9, Hadits No. 139-140)
-
dan segala cerita omong-kosong dan tidak masuk akal lainnya.
Tapi
marilah kita sekarang fokus pada Vol 6: “ Penjelasan ayat-ayat Qur’an oleh Imam
Bukhari “
Meskipun
secara keseluruhan Qur’an terdiri dari 114 Surah, namun ternyata tidak semua
surah ada penjelasannya di dalam kitab Sahih Bukhari.
Surah
no 2: Al Baqarah, misalnya, terdiri atas 286 ayat, akan tetapi Bukhari hanya
menyediakan Hadits penjelasan untuk 50 ayat saja. Berarti hanya 20% lebih
sedikit penjelasan atas Surah Al Baqarah, sementara 80% sisanya dibiarkan di
dalam ‘kegelapan’ oleh Bukhari, tanpa penjelasan sama sekali.
Surah
no 108: Al Kautsar, hanya memuat 3 ayat saja, dan merupakan surah terpendek di
dalam Qur’an. Kali ini usaha Bukhari merasa cukup untuk hanya menterjemahkan
arti kata dari ‘Kautsar’ saja, untuk menjelaskan keseluruhan makna dari surah
terpendek tersebut. Bukhari berkata ‘Kautsar’ artinya adalah : “Danau yang
berada di Surga.“ Padahal arti dari kata ‘Kautsar’ sebenarnya adalah :
“Kenikmatan (Kebaikan) yang berlimpah“, sebagaimana yang bisa kita baca sendiri
dalam berbagai terjemahan dalam Qur’an. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa
Bukhari sebenarnya tidak terlalu memahami bahasa Arab. Faktanya memang Bukhari
adalah orang Persia yang sehari-hari berbahasa Parsi. Para ulama dan sejarawan
sejauh ini tidak memiliki catatan kapan Imam Bukhari mulai belajar berbahasa
Arab.
Tapi
hal ini akan kita bahas nanti.
Fakta
yang mengagumkan adalah ternyata ada sebanyak 28 surah dalam Qur’an yang tidak
diberi ‘penjelasan’ dari Hadits sama sekali! Surah-surah tersebut adalah : 23.
Al Mu’minuun, 27. An Naml, 29. Al Ankabuut, 35. Fathir, 51. Adz Dzariyaat, 57.
Al Hadiid, 58. Al Mujaadilah, 64. At Taghabuun, 67. Al Mulk, 69. Al Haaqqah,
70. Al Ma’arij, 73. Al Muzzamil, 76. Al Insaan, 81. At Takwir, 82. Al
Infithaar, 86. Ath Thaariq, 88. Al Ghaasiyah, 89. Al Fajr, 90. Al Balad, 94. Al
Insyirah, 100. Al Aadiyaat, 101. Al Qaariah, 103. Al Ashr, 104. Al Humazah,
105. Al Fiil, 106. Quraisy, 107. Al Mauun, dan 109. Al Kaafiruun.
Menurut
pandangan para ulama, hanya Rasulullah yang berhak untuk menjelaskan
makna-makna yang terkandung dalam Qur’an. Dan keberadaan Hadits dimaksudkan
sebagai penjelas kandungan dari Qur’an.
Tetapi
mengapa 28 ayat tersebut tidak ada Hadits penjelasannya sama sekali?
Para
ulama tetap bersikeras bahwa Qur’an harus dijelaskan dengan Hadits! Berarti
konsekuensinya adalah 28 surat tersebut HARUS DIBUANG dari kitab suci Qur’an,
karena Bukhari tidak memberikan penjelasan sama sekali tentang makna yang
terkandung dalam surah-surah tersebut!
Fakta
ini jelas menampar muka para ulama pembela Hadits yang mengklaim bahwa siapa
saja yang hanya berpegang pada Qur’an, tanpa berpegang pada Hadits, tidak akan
dapat memahami isi dari Qur’an tersebut!
Ini
membuat situasi bertambah sulit bagi para ulama pembela Hadits, dikarenakan 28
surah tidak ada penjelasannya sama sekali, dan tidak satu pun surah dalam
Qur’an yang diberikan penjelasan Hadits secara menyeluruh!
Sekarang
mari kita membahas fakta tentang bagaimana Bukhari ternyata tidak terlalu
memahami bahasa Arab, sebagaimana telah kita bahas di atas. Ini bisa kita
cermati dengan mengetahui bagaimana cara Bukhari menamai sebagian surah yang
ada dalam Qur’an. Tentu saja ini adalah fakta yang mengherankan, dan para ulama
sendiri bertanya-tanya, mengapa Bukhari melakukan hal tersebut.
Non-Arab
biasanya menyebut nama surah dari ayat pertama. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal :
-
Mereka tidak mengetahui nama Arab dari surah tersebut.
-
Mereka bukanlah ulama yang mempelajari Qur’an secara seksama.
-
Atau lebih gampangnya lagi adalah karena mereka bukanlah bangsa Arab.
Bukhari
ternyata menunjukkan ciri-ciri yang sama!
Surah
68: An Naba’ diberi judul surah “Amma Yata’asalun”, yang mana ini merupakan
ayat pertama dari surah tersebut.
Surah
98: Al Bayyinah diberi judul surah “Lam Yakun”. Lagi-lagi merupakan ayat
pertama!
Surah
81: At Takwir diberi judul surah “Idhahs Samsu Kuwirat”. Ini adalah ayat
pertama dari surah tersebut, lagi-lagi.
Surah
70: Al Ma’arij diberi judul surah “Sa’ala Sa’ilun”.
Ada
pula surah diberi dua ‘alternatif’ judul, misalnya surah 76: Al Insan diberi
judul surah “Hal’ata Insani” atau surah “Dahr”.
Pelabelan
yang tidak tepat ini hampir selalu terjadi pada pembaca Qur’an non-Arab, yang
tidak terlalu memahami bahasa Arab.
Di
samping kenyataan bahwa Bukhari adalah seorang berkebangsaan Persia yang
berasal dari kota Bukhara, banyak ulama yang meyakini bahwa Bukhari adalah
seorang TUNA NETRA alias BUTA sejak kecil.
Pertanyaannya
sekarang: SIAPA SEBENARNYA YANG TELAH MENULIS HADITS-HADITS DALAM KITAB SAHIH
BUKHARI???
Bukti-bukti
lain bisa kita lihat bagaimana cara Bukhari memberikan penjelasan terhadap
ayat-ayat Qur’an, itu pun jika ia merasa perlu untuk memberi penjelasan atau
tidak.
Sebagai
contoh, ada penjelasan pada ayat Qur’an yang tidak lengkap, atau berakhir
dengan kekosongan, yaitu pada Hadits Vol 6 No. 50 yang memberikan penjelasan
pada surah 2: 223. Setelah beberapa komentar, kata ‘Nafi’ ditambahkan terkait
bunyi ayat ini : “ .....maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu
bagaimana saja kamu kehendaki.”‘ Ibn Umar berkata : “Ini maknanya adalah
seseorang hendaknya mendekati istrinya pada .....“
Penjelasan
ini tidak berlanjut!
Tapi
jangan khawatir, ada catatan kaki untuk menjelaskan kekosongan ini :). Catatan
kaki itu bunyinya : “Imam Bukhari tidak membiarkan kalimat tersebut tidak
berlanjut, karena beliau TIDAK YAKIN apa yang dikatakan oleh Ibn Umar (luar biasa)!!!”
Dan
mereka tetap bersikeras menyebutnya “SAHIH BUKHARI”!
Mungkin
inilah salah satu penyebab betapa seringnya terjadi permasalahan dalam
perumusan fikih Islam di kalangan para ulama.
Ada
lagi penjelasan aneh dan menggelikan dari Imam Bukhari, terkait surah 11 : 5.
Ayat-ayat indah tersebut berbunyi: “Kepada Allah-lah kembalimu, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) menutup
hati mereka untuk menyembunyikan diri dari pada-Nya. Ingatlah, di waktu mereka
menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan
dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi
hati. Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (11 :
4-6)
Makna
dari ayat-ayat tersebut sudah amat sangat jelas! Bahwa tidak ada yang dapat
kita sembunyikan dari Allah Yang Maha Mengetahui. Segala sesuatu yang telah
kita lakukan, sekecil apa pun, tercatat di dalam kitab Allah (Lauh Mahfuz).
Sekarang,
mari kita simak penjelasan ‘aneh’ Imam Bukhari terkait surah 11 : 5! Vol 6
Hadits No. 203 :‘
Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Abbad bin Jaffar bahwa ia menyaksikan Ibn Abbas membaca
penggalan surah: “Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) menutup hati
mereka untuk menyembunyikan diri daripada-Nya..” Dan ia bertanya kepada
Rasulullah makna dari ayat ini. Rasul menjawab : “ Beberapa orang biasa
bersembunyi ketika ingin buang air atau tidur di tempat terbuka, dikarenakan
malu apabila mereka terlihat dari langit. Itulah mengapa ayat-ayat tersebut
diturunkan.”
Dengan
demikian, Bukhari berpendapat bahwa tujuan diturunkannya ayat-ayat ini adalah
untuk memberitahukan kepada para sahabat bahwa Allah bisa melihat mereka buang
air dan tidur di tengah-tengah padang pasir!
Bukhari
juga telah memelintir makna pada surah 5 : 87. Untuk menjelaskan ayat tersebut,
Bukhari hanya memenggal sebagian ayat saja, tanpa memperhatikan konteks secara
keseluruhan ayat tersebut.
“Hai
orang-orang yang beriman, JANGANLAH kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagi kamu... “ (5 : 87)
Adapun
penjelasan Bukhari untuk ayat ini bisa dibaca pada Vol 6 Hadits No. 139 :
‘Diriwayatkan
Abdullah bin Mas’ud: “Kami berperang bersama Rasulullah SAW sedangkan kami
tidak membawa istri istri kami, maka kami berkata bolehkan kami berkebiri?
Namun Rasululloh melarangnya tapi kemudian beliau memberikan kami keringanan
untuk menikahi wanita dengan mahar pakaian sampai batas waktu tertentu. Dan
kemudian Rasul membacakan ayat tersebut: “Hai orang-orang yang beriman,
JANGANLAH kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu...“.
Ada
sebuah catatan kaki pada Hadits tersebut: “Pernikahan kontrak (Mut’ah)
diizinkan pada masa-masa awal Islam, namun kemudian mulai saat Perang Khaibar
pernikahan tersebut dilarang (Allah Maha Mengetahui yang lebih baik).“
Hadits
di atas jelas-jelas merupakan kedustaan yang besar terhadap Allah dan
Rasul-Nya!
Secara
keseluruhan ayat tersebut berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah
kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (5 : 87)
Apakah
pelacuran adalah termasuk kategori “melampaui batas?” Bukan! Bahkan pelacuran
adalah sebuah kejahatan!
Muslim
manakah yang mau menyerahkan anak perempuannya, bahkan dengan ‘mahar pakaian’
sekalipun, sebagai pembayaran (mahar) atas pelayanan untuk memuaskan nafsu
seksual para sahabat Rasul???
Perhatikan
bagaimana Bukhari menceritakan betapa santainya para sahabat ketika berkata :
“Bolehkah kami berkebiri?” Seolah-olah itu adalah hal wajar yang dilakukan
setiap pagi setelah sarapan pagi.
Pada
surah 24 : 33, Allah melalui Rasul-Nya berfirman :“Dan orang-orang yang tidak
mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan
mereka dengan karunia-Nya...... Dan JANGANLAH KAMU PAKSA wanita-wanitamu untuk
melakukan PELACURAN, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu
hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barang siapa yang memaksa mereka, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka)
sesudah mereka dipaksa (itu).“ (24 : 33)
Dengan
kata lain, jangan melakukan seks di luar nikah! Jika anda belum menikah, maka
lebih baik menjaga kesucian diri. Kontrol hawa nafsu anda!
Rasulullah
SAW mengajarkan untuk tidak memaksa wanita ke dalam pelacuran, akan tetapi
Bukhari mengatakan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan wanita agar mau dibeli
dengan mahar pakaian untuk menjadi pelayan-pelayan seksual!
Ini
adalah kebohongan yang sangat jahat yang diatasnamakan kepada Nabi Muhammad.
Menurut Qur’an, Nabi mengajarkan umatnya untuk mengontrol hawa nafsu seksual
mereka :
An Nur [24] : 30
Al Baqarah [2] : 79
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat.“
Makna
dari ayat Qur’an di atas sudah AMAT SANGAT JELAS, namun Bukhari mengajarkan
bahwa wanita bisa dibeli dengan mahar pakaian!Boleh jadi, para “ulama”
sebenarnya ikut bergembira dengan ajaran ini, terbukti dengan begitu mudahnya
mereka mengawini wanita dan menceraikannya seolah-olah mereka adalah komoditi
seksual belaka!
Mereka
yang bersikeras mengunggul-unggulkan Hadits-Hadits bohong itu dapat kita
temukan relevansinya dalam Qur’an, di mana mereka berani mengganti-ganti hukum
Allah dengan hukum-hukum buatan panutan mereka seperti Imam Bukhari, tanpa
seizin Allah.
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al
Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari
Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan
perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang
ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat
dari apa yang mereka kerjakan.”
Dengan
berpegang pada Hadits-Hadits “aneh” sebagai “kitab suci kedua” yang jelas-jelas
telah merusak nama baik Nabi Muhammad, umat Islam telah tergelincir pada
penyimpangan yang nyata selama lebih dari 1000 tahun!
Umat
Islam hanya bisa memimpikan kembalinya masa-masa kejayaan Islam pada era Nabi
Muhammad....
...tapi
sedikit di antara mereka yang menyadari bahwa pada masa-masa kejayaan tersebut
tidak ada yang namanya Hadits!
HANYA
ADA QUR’AN SAJA, SEBAGAI SATU-SATUNYA PETUNJUK!!!
SALAM!
<QUR’AN-ONLY>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar