oleh Agus Mustofa pada 21 Januari 2012 pukul 8:20
Ada 13 kali Al Qur’an
menyebut tentang ‘Ruh’.
Yang 7 kali untuk
menceritakan Ruh pada manusia.
Yang 3 kali menggambarkan
Ruh terkait dengan malaikat.
Yang 1 kali untuk menyebut
Al Qur’an sebagai Ar ruh.
Dan yang 2 kali menggunakan
istilah Ruh dengan makna ‘Rahmat’.
Yang bercerita tentang ruh
manusia itu terdapat pada ayat-ayat berikut ini:
QS. Al Hijr [15] : 29
Maka apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
QS. Al Anbiyaa [21] : 91
Dan (ingatlah kisah)
Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)
nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang
besar bagi semesta alam.
QS. An Nisa [4] : 171
Wahai Ahli Kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu,
adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:
"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah
sebagai Pemelihara.
QS. Al Israa [17] : 85
Dan mereka bertanya
kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
QS. As Sajdah [32] : 9
Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.
QS. Shaad [38] : 72
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan
Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan
bersujud kepadanya".
QS. At Tahriim [66] : 12.
dan Maryam putri Imran
yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian
dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan
Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.
Sedangkan yang terkait dengan
malaikat adalah ayat-ayat:
QS. An Naba’ [78] : 38
Pada hari, ketika ruh
dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa
yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia
mengucapkan kata yang benar.
QS. Maryam [19] : 17
maka ia mengadakan
tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya,
maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.
QS. An Nahl [16] : 102
Katakanlah:
"Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar,
untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Yang terkait dengan Al Qur’an
QS. Asy Syura [42] : 52
Dan demikianlah Kami
wahyukan kepadamu Ruh (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu
tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki
dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Dan yang bermakna ‘rahmat Allah’
diulang dua kali dalam di
QS. 12: 87
Hai anak-anakku,
pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir".
Maka, secara umum kita bisa
memperoleh kesimpulan yang cukup menarik dari ayat-ayat tersebut di atas,
dengan ringkasan sebagai berikut.
1. Allah tidak pernah menggunakan kata
‘menciptakan’ Ruh. Melainkan langsung menggunakan kata ganti kepemilikan
terhadap Ruh: Ruuhii (Ruh-Ku), Ruuhina (Ruh-Kami), dan Ruuhihi (Ruh-Nya), yang kemudian
ditiupkan kepada manusia, sehingga terimbas oleh Sifat-Sifat-Nya.
2. ‘Firman’ Allah ternyata disebut dengan
istilah Ar Ruh juga. Sayangnya di Al Qur’an keluaran Depag diterjemahkan
sebagai ‘wahyu’, sehingga kalimatnya menjadi: ‘…mewahyukan wahyu..’ Padahal
aslinya adalah: ‘…auhayna
ilaika ruuhan…’ yang mestinya diterjemahkan: ‘… Kami wahyukan kepadamu Ruh (al Qur’an)…’
QS. Asy
Syuura (42): 52
Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu ‘wahyu’ (ruuhan) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu
tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah
iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan
dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk (manusia) ke jalan yang lurus.
3. Sebutan Ar Ruh juga disematkan kepada
malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu berupa Firman Allah (Al Qur’an) yang
juga disebut Ar Ruh itu. Sehingga terjadi korelasi yang sangat menarik antara
Allah Sang ‘Pemilik Ruh’ yang mewahyukan Ar Ruh (firman-Nya), lewat malaikat
Jibril yang juga disebut Ruh al Quds.
QS. An Nahl
(16): 102
Katakanlah:
"Ruh al Quds menurunkan Al Qur'an
itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah
beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)".
4. Dan lebih menarik lagi, bahwa di dalam diri
manusia ada ‘Ar Ruh’ juga. Yakni, Ruh-Nya yang telah dihembuskan ke dalam diri
kita sebagai potensi dasar kehidupan, yang membawa Sifat-sfat Ketuhanan. Ruh
dalam skala kemanusiaan inilah yang menjadi standar kesucian jiwa manusia.
Siapa saja yang bisa mensucikan jiwanya, maka ia telah memproses jiwanya menuju
kualitas Ruhiyah. Dan siapa
saja mengotori jiwanya dengan dosa-dosa, maka ia sedang menggiring jiwanya ke
kualitas badaniyah.
QS. Asy
Syams (91): 9-10
Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan
jiwanya (ke arah kualitas ruhiyah), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (ke arah
kualitas badaniyah).
5. Jadi turunnya wahyu Allah yang berkualitas
Ruh (Al Qur’an) itu hanya bisa dibawa oleh Ruh (Jibril), kepada orang-orang
yang mensucikan jiwanya menuju kualitas Ruh. Disinilah terjadi kondisi matching antara wahyu – malaikat
– manusia suci. Ini juga menjadi penegas, bahwa wahyu Allah yang suci hanya
akan turun kepada orang-orang yang mensucikan dirinya saja. Misalnya, para
Nabi. Atau, Siti Maryam saat mensucikan dirinya sehingga didatangi oleh
malaikat Jibril dan menyampaikan kalimat-Nya. Dan dilanjutkan dengan masuknya
Ar Ruh ke dalam rahim Siti Maryam.
QS. At
Tahrim (66): 12
Dan Maryam
puteri Imran yang memelihara kesuciannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya
sebagian dari Ruh Kami;
dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah
dia termasuk orang-orang yang taat.
QS. An
Nisaa’ (4): 171
Wahai Ahli
Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa
putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam,
dan Ruh-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:
"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah
sebagai Pemelihara
6. Yang juga sangat menarik, istilah Ruh
digunakan pula untuk menggambarkan rahmat Allah. Salah satu sifat Allah yang
paling banyak disebut di dalam Al Qur’an, dan kemudian terurai menjadi sifat
Rahman dan Rahim, alias Kasih dan Sayang.
QS. Yusuf
(12): 87
Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah
(ruuhillah). Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah(ruuhillah), melainkan
kaum yang ingkar.
7. Maka, kita bisa merangkum seluruh pemahaman
terhadap Ruh itu secara holistik. Bahwa, orang-orang yang ingin bertemu Allah
Sang Pemilik Ruh, sebenarnya telah diberi jalan lewat jalur ‘Ar Ruh’. Yakni,
Firman-firman-Nya di dalam Al Qur’an Al Karim. Caranya, adalah dengan
mensucikan Jiwa kita menuju kualitas Ruh yang sudah ada di dalam diri kita
terlebih dahulu.
Sucikanlah jiwa dari segala
perbuatan dosa, sambil membaca dan memahami Al Qur’an untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka Allah akan mendatangkan malaikat Ruh al Quds untuk
menyampaikan hikmah-hikmah yang terkandung di dalam Firman-firman-Nya,
dihunjamkan ke dalam jiwa kita. Inilah yang terjadi pada sebuah malam yang
mulia di Bulan Ramadan, yakni Lailatul Qadr, sebagai simbol proses pensucian
diri manusia ‘mendekati’ kualitas Ruhnya.
Di bulan turunnya al Qur’an itu,
orang-orang yang beriman diperintakan untuk berpuasa agar mengalami proses
pensucian diri selama sebulan penuh. Sepanjang bulan kita dianjurkan untuk
membaca dan menelaah Al Qur’an. Dan khusus di akhir-akhir Ramadan diintensifkan
dengan i’tikaf. Maka, di akhir Ramadan Allah akan menurunkan para malaikat yang
mengiringi Ar Ruh (Jibril) untuk membawa isi kandungan Ar Ruh (Al Qur’an),
kepada jiwa-jiwa suci yang telah mendekati kualitas Ruh di dalam dirinya
sendiri. Sehingga bertemulah Sang Ruh dengan jiwa manusia yang telah
'mendekati' kualitas Ruh-Nya, dalam skala kemanusiaan. Itulah saat-saat ruh
kemanusiaan kita memendarkan Sifat-sifat Ruh Sejati yang penuh kemuliaan..!
QS. Al Qadr
(97): 1-7
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun para malaikat dan Ar Ruh dengan izin Tuhannya untuk
mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
~ Salam Mengintip Eksistensi Ruh
~