Betapa banyaknya orang yang berdoa sambil menghancurkan kemustajaban
doanya sendiri. Dia mengira, berdoa hanya sebatas ibadah verbal alias kata-kata.
Dia lupa, bahwa Allah menilai keseriusan doa itu sampai ke perbuatannya. Bagaimana
mungkin Allah mengabulkan doa seseorang, ketika perbuatan orang itu berlawanan dengan
kata-katanya?
Menurut Anda, apakah Allah akan mengabulkan doa seseorang yang
berdoa minta sehat, sementara setiap saat dia tidak menjaga kesehatannya? Setiap
pagi sampai malam makannya berlebihan. Kandungan gizinya juga sangat buruk, penuh
kolesterol, purin, gula kadar tinggi, dan berbagai toksin kesehatan. Juga tidak
pernah berolahraga, ritme hidupnya tidak beraturan, dan selalu negative thinking dalam bersikap. Singkat kata, pola makan dan
pola hidupnya buruk. Mustajabkah doanya?
Menurut Anda, akan terkabul jugakah jika kita berdoa minta
rezeki, tetapi sambil bermalas-malasan? Memutuskan hubungan silaturahim, yang kata
Nabi adalah sebagai jembatan datangnya rezeki. Tidak mau belajar untuk memiliki
keahlian yang dibutuhkan oleh lingkungannya. Tidak bisa bekerjasama dengan orang
lain dalam bekerja. Dan segala sikap, yang justru menyebabkan pintu-pintu rezekinya
tertutup. Bakal dikabulkankah doa yang dia lantunkan sepanjang pagi sampai malam
untuk memperoleh rezeki?
Menurut Anda, akan dikabulkankah doa orang ini: ia ingin hidupnya
damai penuh kebahagiaan, tetapi setiap hari kerjaannya mencari musuh. Dengan tetangga
bertengkar. Dengan istri atau suami bertengkar. Dengan anak-anaknya juga suka bertengkar.
Dan kepada siapa saja tidak bisa berprasangka baik. Akankah Allah memberikan kedamaian
hidup kepadanya?
Sahabat, seringkali kita salah kaprah dalam berdoa. Kita mengira
doa hanya sabatas kata-kata. Padahal doa adalah sebuah permohonan yang diekspresikan
secara total kepada Sang Maha Berkuasa lagi Maha Bijaksana. Berdoa dengan hati,
berdoa dengan pikiran, berdoa dengan mulut, dan berdoa dengan perbuatan, seluruhnya
menyatu dalam permohonan yang tulus kepada Allah. Dia sungguh Maha Mengetahui siapa-siapa
yang berdoa dengan sungguh-sungguh. Bukan ’pura-pura’, atau hanya formalitas belaka.
Begitu sering kita mendengar doa yang sangat panjang. Kadang
sampai lebih dari satu jam. Segala macam dimintanya kepada Allah. Mulai dari rumah,
mobil, istri, anak, saudara, sahabat, tetangga, bisnis, sampai kekuasaan. Setelah
itu dia berdiam diri, atau setidak-tidaknya tak melakukan usaha keras untuk mencapai
isi doanya. Dan, lebih suka menunggu datangnya ’keajaiban’ dari Tuhan Yang Maha
Pemurah... :(
Ada dua hal yang mesti kita introspeksi dari doa yang semacam
itu. Yang pertama, kita terkesan serakah. Segala macam diminta. Dan yang kedua kita
tidak serius dalam berdoa, karena hanya berharap kepemurahan-Nya tanpa melakukan
usaha yang sesuai. Kata orang sekarang: bossy,
alias sok ’ngeboss’ – tinggal suruh sana suruh sini. Padahal yang
dihadapinya adalah Tuhan. Jangan memerintah Tuhan, sehalus apa pun..! Karena Allah
’lebih suka’ membantu usaha Anda, daripada mengabulkan orang yang tidak
punya etika dalam berdoa karena hanya ’main perintah’ kepada Tuhannya. Jangan salah
mempersepsi dan bersikap atas sifat Maha Pemurah-Nya...
QS. Al Israa’ (17): 20
Kepada masing-masing golongan, baik golongan
ini (yang berusaha mengejar dunia) maupun golongan itu (yang berusaha meraih akhirat)
Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.
Doa yang hanya ’bermodal’ kata-kata, seringkali tidak mustajab.
Kecuali orang-orang yang tak berdaya atau sedang teraniaya. Allah sangat memperhatikan
hamba-hamba-Nya yang sedang menderita itu. Tetapi, bagi yang cuma suka ’main perintah’
dan mendikte Tuhan, siap-siaplah ’gigit jari’... :)
Berdoa yang hanya verbal, memiliki berbagai syarat agar terkabul.
Memang Allah Maha Mengabulkan doa. Dan selalu memotivasi kita untuk berdoa hanya
kepada-Nya. Akan tetapi jika tidak terpenuhi syaratnya, tentu saja doa itu menjadi
tidak terkabulkan dengan sendirinya.
QS. Al Baqarah (2): 186
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman (yakin) kepada-Ku, mudah-mudahan
mereka berada di jalan yang benar (on the right track).
Allah sangat dekat dengan kita. Dan Dia akan mengabulkan doa
semua orang yang memohon hanya kepada-Nya. Asalkan:
memenuhi segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, serta beriman alias yakin kepada-Nya. Dan, dua persyaratan itu masih ditutup
dengan kalimat: mudah-mudahan mereka menjalankannya dengan benar.
Jadi, sudah diberi syarat harus total dalam berdoa (bukan hanya
verbal), masih ditambahi dengan ungkapan ’mudah-mudahan’ sudah benar caranya. Artinya,
terkabulnya sebuah doa yang hanya sebatas ’kata-kata permohonan’ itu masih jauh
dari dikabulkan. Berbeda dengan orang yang berdoa dengan cara ’bersyukur’.
Apakah bersyukur itu termasuk doa? Ternyata, iya. Karena kepada orang yang bersyukur,
Allah berjanji akan menambahkan kenikmatan baginya. Sesuai dengan firman-Nya yang
sangat populer berikut ini.
QS. Ibrahim (14): 7
Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Jadi, orang yang bersyukur, ia sebenarnya sedang berdoa kepada
Allah tanpa menggunakan kalimat meminta. Apalagi kalimat perintah. Karena, Allah
menjanjikan kepada kita bahwa siapa saja bersyukur, otomatis Dia akan menambahkan
barokahnya.
Jadi, jika Anda mensyukuri rezeki-Nya yang telah dikaruniakan
kepada Anda, maka Allah akan menambahkan kenikmatan atas rezeki itu. Seketika. Yakni,
saat Anda dijalari oleh perasaan syukur yang sesungguhnya. Tapi, jika syukurnya
hanya pura-pura, tentu saja Anda tidak akan merasakan kenikmatannya. Dan, ketika
Anda merasa nyaman serta merasa nikmat dengan rasa syukur itu, otomatis Anda sedang positive thinking kepada segala variabel kebaikan di sekitar Anda.
Maka, saat itu juga segala faktor kebaikan akan mendatangi
Anda, dan menjadikan kebaikan itu berlipat ganda. Ini sudah dibuktikan oleh penelitian
psikologi modern, bahwa positive thinking dan positive
feeling ternyata akan memicu bekerjanya
mekanisme positip alam semesta yang disebut sebagai servo-mechanism alam bawah sadar. Atau yang dalam Islam disebut
sebagai sunnatullah. Bahwa getaran
positip akan meresonansi variabel-variabel positip alias kesuksesan, dan sebaliknya
getaran negatif akan memicu aktifnya variabel-variabel negatip alias kegagalan.
QS. Asy Syuura (42): 23
... Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami
tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (membalas kebaikan).
QS. Luqman (31): 12
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah
kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur
(kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa
yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Maka, bersyukur memiliki kemustajaban lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang berdoa sekedar meminta dengan kata-kata. Karena, bersyukur adalah
ungkapan tulus dari hati yang paling dalam, terucap dalam kata-kata, dan kemudian
dijalankan dengan perbuatan. Karena itu, Allah berfirman di dalam Al Qur’an bahwa
cara bersyukur yang baik adalah pengakuan tulus atas Kepemurahan Allah yang diikuti
dengan kerja keras.
QS. Saba’ (34): 13
...Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang (bisa) berterima kasih.
Kalau kita mencermati QS. 14: 7, maka kita akan memperoleh
informasi tentang kepastian bahwa Allah akan memberikan tambahan kenikmatan kepada
orang yang bersyukur: la insyakartum laaziydannakum ~ jika
kamu benar-benar bersyukur, Aku benar-benar akan menambahkan (apa yang kamu syukuri itu).
Penggunaan kata ’la’ pada ayat di atas adalah bersifat penegasan,
bahwa siapa bersyukur dengan sungguh-sunguh, pasti Allah aka menambahkan nikmat kepadanya. Tanpa
syarat lagi. Ini berbeda dengan orang yang berdoa alias ’memohon’ secara verbal.
Tidak ada kepastian akan dikabulkan, kecuali telah memenuhi syarat dalam berdoa.
Jadi, bersyukur menjadi pilihan cara berdoa yang lebih baik
dibandingkan dengan sekedar berdoa verbal. Sehingga, kalau Anda ingin sehat, sebenarnya nggak usah banyak-banyak berdoa secara verbal kepada
Allah, cukup banyak-banyaklah bersyukur kepada-Nya atas kesehatan yang telah Anda
terima sambil terus menjaga pola makan dan pola hidup Anda. Maka, pasti Allah akan
menambahkan kualitas kesehatan Anda. Karena sudah berbuat sesuai dengan sunnatullah.
Jika Anda ingin rezeki yang membahagiakan, juga nggak usah berdoa dengan cara memohon kepada-Nya sambil
menunggu ’keajaiban’ tanpa mengusahakannya. Karena Allah lebih suka membantu orang
yang bekerja keras mencari rezeki-Nya sambil terus bersyukur atas nikmat yang telah
dikaruniakan-Nya. Dan seterusnya. Dan sebagainya.
Dan, yang paling hebat dibandingkan dengan kedua cara di atas
adalah berdoa dengan melakukan ’amal kebajikan’. Tidak pakai memohon atau apalagi
memerintah Allah, melainkan langsung beramal kebajikan sebanyak-banyaknya. Maka,
Allah berjanji memberi balasan berlipat ganda di sisi-Nya, tanpa hitungan lagi.
QS. Al Mukmin (40): 40
... Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, laki-laki maupun perempuan,
sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki
di dalamnya tanpa hisab (tanpa hitungan).
QS. Saba’ (34): 37
... orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal kebajikan, mereka itulah yang
memperoleh balasan yang berlipat
ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di
tempat-tempat yang tinggi (derajatnya).
Maka, doa adalah sebuah harapan akan pertolongan Allah yang
disampaikan dengan sepenuh hati dan setulus-tulusnya, disertai dengan usaha untuk
menggapainya sambil bertawakal kepada-Nya.
QS. Alam Nasyrah (94): 7-8
Maka apabila kamu telah selesai (mengerjakan suatu urusan), (segera) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan (hasilnya) hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
QS. Ash Shaaffaat (37): 61
Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.
Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar