Rabu, 30 Mei 2012

TAATILAH ALLAH DAN RASULNYA (SEBUAH SUDUT PANDANG YANG BERBEDA DARI AHLUL SUNNAH)

Oleh Raditya Usra pada 29 Mei 2012 pukul 22:18

Bismillahirahmannirrrahiim

QS Al-Maidaa [4]:80
Barang siapa yang menaati rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.

Itu adalah ayat yang mewajibkan tiap muslim untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak bisa tidak. Yang jadi pertanyaan disini adalah: "Apakah ayat di atas menjadi landasan bolehnya penulisan hadits, meskipun Muhammad sendiri melarangnya dan tidak pernah secara eksplisit mencopot larangan tersebut?"

Langkah awal menaati rasul adalah dengan membaca Al-Qur'an dari depan sampai belakang dan akan kita temukan bahwa terdapat sesi tanya-jawab yang dilakukan Muhammad. Contoh:

QS Al-Baqarah [2]:219
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. "Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.

QS Al-Israa [17]:85
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Sesi tanya-jawab seperti ini tersebar sepanjang Al-Qur'an. Bila ingin menaati rasul, maka pelajarilah tanya-jawab ini dan taatilah. Inilah salah satu bentuk 'ketaatan' kepada rasul. Tanpa melakukan ini, sama saja mengingkari sebagian Al-Qur'an.

Bila masih bertanya kenapa bisa demikian, maka Allah menjawabnya sebagai berikut:

QS An-Najm [53]:3-4
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.

Betul, sesederhana itu. Karena saat menyampaikan Pesan dari Allah, Muhammad tidaklah terbawa nafsu melainkan murni wahyu; dan dengan menyadari informasi yang diberikan Allah ini, akan tampak jelas jauhnya perbedaan antara hadits Allah dengan kumpulan hadits karangan manusia (meski dinyatakan yang mengucapkan adalah Muhammad langsung).

Menyampaikan Penerangan
Allah bukanlah Tuhan atau Dewa yang kejam yang ingin menyesatkan manusia. Allah tidak membiarkan manusia untuk berspekulasi mengenai 'apa' yang harus mereka patuhi.

Al Maidah [5]:92
Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada rasul, dan sadarlah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban rasul Kami hanyalah menyampaikan penerangan. <annamaa rasuulinal balaaghul mubiin>

An-Nahl [16]:81-82
Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian yang melindungi kamu dari peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri. Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu hanyalah menyampaikan penerangan. (fa innamaa balaaghul mubiin)

An-Nur [24]:54
Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan penerangan." <wamaa illal balaaghul mubiin>

Al Ankabut [29]:18
"Dan jika kamu mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan."Dan kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan penerangan". <wamaa illal balaaghul mubiin>

At-Taghaabun [64]:12
Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul Kami hanyalah menyampaikan penerangan. <fa innamaa balaaghul mubiin>

Dari ayat-ayat di atas, Allah telah secara gamblang mengatakan bahwa tugas Utusan adalah MENYAMPAIKAN PENERANGAN <balaaghul mubiin>. Kita tahu bahwa yang bersifat sebagai "penerang" yang dibawa oleh sang utusan adalah Al-Qur'an. Sekarang mari kita tengok ayat-ayat lain.

Ibrahim [14]:52
Ini adalah <hadzaa> suatu pemberitahuan <balaaghu> bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. <balaaghu hadzaa>

Tolong perhatikan kalau <hadzaa> itu menunjuk kepada Al-Qur'an dan Allah bilang sendiri Al-Qur'an sebagai <balaaghu> bagi manusia. Nah, sekarang tengoklah ayat berikut.

Al-Anbiyaa [21]:105-106
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur: "Sesudah peringatan <dzikr> itu, bahwasanya bumi ini akan diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang saleh. Sesungguhnya dalam ini, benar-benar menjadi pemberitahuan <balaagha> bagi kaum yang mengabdi.

Kata 'Dzikr' saya gunakan utk mengganti 'Lohmahfuz' pada terjemahan standar, karena kata Lohmahfuz tidak tertulis di situ (bandingkan dengan Al-Buruj [85]:22). Bila dikatakan Al-Anbiyaa [21]:106 itu mengacu kepada Al-Anbiyaa [21]:105, maka apa penjasan untuk Ibrahim [14]:52? Sekali lagi, mari kita teruskan.

Al Maidah [5]:67
Hai rasul, sampaikanlah <balligh> apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu <maa un ilaika>. Dan jika tidak kamu kerjakan, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Perhatikan bahwa <balligh> didefinisikan sebagai sesuatu yang diturunkan kepada Muhammad. Dan dari ayat-ayat sebelumnya, seharusnya jelas bahwa Muhammad HANYA menerima wahyu berupa Al-Qur'an. Bila ada yang masih tidak puas, dalam artian masih merasa bahwa Al-Qur'an tidak cukup, maka Allah katakan di ayat selanjutnya.</balligh>

Al-Maidah 5:68
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang berdiri di atas apa pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu." Sesungguhnya apa yang DITURUNKAN kepadamu dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.

Di sini Allah menyatakan bahwa umat manusia yang telah diberikan al-kitab, diharuskan menetidakkan apa yang didatangkan oleh Allah yaitu kitab yang mengandung kebenaran yang dibawa oleh sang pembawa pesan.

Aal Imran [3]:3
Dia menurunkan <nazzala> Al-Kitab kepadamu dengan kebenaran; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.

Pembahasan berikutnya adalah mengenai Al-Hikmah dalam An-Nisaa [4]:113, silakan dibaca bila masih belum yakin bahwa Al-Qur'an adalah satu-satunya yang harus ditaati, dan bahwa menaati rasul berarti menaati "pesan" yang beliau bawa dengan susah payah, yaitu Al-Qur'an itu sendiri.

Al-Hikmah

An-Nisaa [4]:113
Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikit pun kepadamu. Dan Allah telah menurunkan <an> Al-Kitab dan AL-HIKMAH kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.

Coba baca ayat di bawah...

Al-Baqarah [2]:174
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan <an> Allah, yaitu Al-Kitab, dan menjualnya dengan harga yang sedikit, mereka itu sebenarnya tidak memakan ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.

Peringatan di atas HANYA diberikan akibat menyembunyikan Al-Kitab, bukan Al-Hikmah. Jadi, apa ini artinya mereka yang menyembunyikan Al-Hikmah (yang katanya termuat dalam buku-buku hadits) tidak termasuk yang dihukum? Tentu saja tidak. Jawabannya, menurut ayat di atas, adalah bahwa menyembunyikan Al-Kitab otomatis menyembunyikan Al-Hikmah. Dengan kata lain Al-Kitab dapat dipastikan meliputi Al-Hikmah (inclusive).

Al-Baqarah [2]:176
Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan <nazzala> Al-Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang Al-Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh.

Jika Al-Hikmah adalah sesuatu yang terpisah (exclusive) dari Al-Kitab, maka berarti tidak akan ada masalah untuk "berselisih" mengenainya, karena hanya Al Kitab yang disebutkan di atas. Mari kembali ke "balagha."

Al-Baqarah [2]:231
 ...Dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu <bihi>. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ayat 2:231 sebetulnya menjawab secara cukup gamblang mengenai hubungan Al-Kitab dan Al-Hikmah. Perhatikan kata <bihi> di atas. Itu adalah kata ganti untuk benda TUNGGAL. Dengan kata lain, Al-Kitab dan Al-Hikmah itu dianggap SATU BENDA oleh Allah, atau sama saja Al-Kitab = Al-Hikmah. Tentu saja ini jauh lebih logis daripada konsep Al-Kitab itu adalah Al-Qur'an sedang Al-Hikmah itu adalah Sunnah yang anehnya baru bisa ditemukan dalam kumpulan buku yang baru "disempurnakan" sekitar 2 abad kemudian. Sekali lagi perlu ditekankan, bahwa spekulasi tidak lagi diperlukan. Al-Hikmah tidaklah dikandung oleh koleksi hadits karya Bukhari, namun dikandung oleh hadits terbaik dari Allah.

Al-An’aam [6]:19
Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya <bihi> aku memberi pemberitahuan <balagha> kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai kepadanya, bahwa kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak bersaksi." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Muhammad gamblang sekali dalam ayat di atas dengan menyatakan bahwa <balagha> beliau adalah Al-Qur'an. Jadi dengan mengatakan bahwa Muhammad "membawa" sesuatu yang "lain" sama saja mempertanyakan kebenaran ayat di atas.

Apakah taat kepada Allah dan taat kepada rasul adalah dua hal yang berbeda? Dilihat sekilas saja ini sudah konyol. Karena rasul tidak punya kuasa apapun kecuali beliau adalah yang diutus oleh-Nya. Jika Muhammad bukan utusan, apakah beliau harus ditaati? Tentu saja tidak. Jadi 'ketaatan' kepada rasul itu KARENA beliau adalah pembawa pesan Allah. Jadi kedua 'ketaatan' ini bukanlah dua hal yang terpisah, namun terpadu menjadi satu.

At-Taubah [9]:3
Dan suatu pengumuman dari Allah DAN rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah DAN rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu bertobat, maka bertobat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir siksa yang pedih.

Sekarang, apakah hal di atas Allah sendiri yang langsung mengucapkan? Tentu saja bukan. Hal di atas diucapkan melalui 'mulut' Muhammad. Di sini jelas, bahwa peringatan di atas bersumber dari Allah DAN rasul-Nya. Bukan malah Allah memberikan suatu peringatan dan Muhammad sesuatu yang lain.

Siapa di antara para sahabat Muhammad yang pernah dengar secara LANGSUNG ucapan Allah? TIDAK ADA SAMA SEKALI. Terus bagaimana caranya taat kepada Allah?

Al-Anfaal [8]:20
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya , sedang kamu mendengar.

Di sini, orang beriman adalah orang yang mendengarkan rasul menyampaikan perintah Allah. Di sini dipastikan bahwa sumber perintah itu HANYA dari Allah yang disampaikan HANYA melalui mulut rasul untuk dipatuhi.

Bila berpikir bahwa taat kepada rasul dan taat kepada Allah adalah hal yang berbeda, mungkin dilandasi oleh kisah Nuh atau Luth (Surah 26), maka Allah katakan.

Ar-Ra’ad [13]:36-38
Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepada mereka bergembira dengan apa yang diturunkan kepadamu, dan diantara golongan-golongan yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk mengabdi kepada Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru dan hanya kepada-Nya aku kembali." Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan <hukman> dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap Allah. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka pasangan-pasangan dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan suatu ayat melainkan kecuali dengan izin Allah. Bagi TIAP-TIAP MASA TERDAPAT KITAB.

Jadi kerasulan dan kitab itu selalu berdampingan.

Aal-Imran [3]:79
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, Al-Hikmah dan kenabian <an-nubuwwat>, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi abdi-abdiku bukan abdi Allah." Akan tetapi: "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.

Ayat di atas jelas sekali menghubungkan pembawa pesan dan Al-Kitab. Atau tidak mungkin seorang pembawa pesan datang tanpa Al-Kitab dari Allah.

Al-An’aam [6]:84, 85, 86, 87, 88, 89
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada NUH sebelum itu telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya yaitu DAUD, SULAIMAN, AYUB, YUSUF, MUSA dan HARUN. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan ZAKARIA, YAHYA, ISA dan ILYAS. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh. Dan ISMAIL, ALYASA, YUNUS dan LUTH. Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas alam; dan dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara abdi-abdi-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka AL-KITAB, AL-HIKMAH dan kenabian <an-nubuwwat> jika orang-orang itu mengingkarinya, maka sesungguhnya kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak mengingkarinya.

Al-Hadid [57]:26
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik.

Seharusnya sudah jelas bahwa kerasulan dan Al-Kitab tak bisa ditawar lagi hubungannya. Dan seharusnya telah jelas bahwa taat kepada Allah, yaitu harus taat kepada rasul; dan taat kepada rasul adalah taat kepada Al-Kitab yang beliau bawa. Kalau kita hidup di zaman Nuh, maka Al-Kitab yang diwahyukan kepada Nuh, kalau di zaman Ibrahim, berarti Al-Kitab Ibrahim, di zaman Isa (Yesus), berarti Al-Kitab beliau, dan kalau setelah Muhammad, berarti Al-Qur'an. Dan jangan lupa bahwa setiap rasul berdasarkan 6:84-89 juga memiliki Al-Hikmah. Sekali lagi ini memperkuat apa yang diberitakan dalam 2:231 mengenai hubungan Al-Kitab dan Al-Hikmah yang berupa sesuatu yang tunggal.

Akhir Kata

Yusuf [12]:40
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. KEPUTUSAN itu HANYALAH kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak mengabdi kepada selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Al Kahfi [18]:26
Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal; kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain daripada-Nya; dan Dia TIDAK mengambil seorang PUN menjadi sekutu-Nya dalam MENETAPKAN KEPUTUSAN."

Al-An’aam [6]:114
Maka patutkah aku mencari HAKIM SELAIN daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab kepadamu dengan TERPERINCI? Orang-orang yang telah Kami datangkan Al-Kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa ia diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka JANGANLAH kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.

Yunus [10]:36, 37
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali PERSANGKAAN saja. Sesungguhnya persangkaan itu TIDAK SEDIKIT PUN berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.

salaam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar