Oleh Raditya Usra pada 29 Mei 2012
pukul 22:18
Bismillahirahmannirrrahiim
QS Al-Maidaa [4]:80
Barang siapa yang menaati rasul itu, sesungguhnya
ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
Itu adalah ayat yang mewajibkan tiap muslim untuk
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak bisa tidak. Yang jadi pertanyaan disini adalah:
"Apakah ayat di atas menjadi landasan bolehnya penulisan hadits, meskipun Muhammad
sendiri melarangnya dan tidak pernah secara eksplisit mencopot larangan tersebut?"
Langkah awal menaati rasul adalah dengan membaca
Al-Qur'an dari depan sampai belakang dan akan kita temukan bahwa terdapat sesi tanya-jawab
yang dilakukan Muhammad. Contoh:
QS Al-Baqarah [2]:219
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. "Dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan".
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.
QS Al-Israa [17]:85
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah:
"Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit".
Sesi tanya-jawab seperti ini tersebar sepanjang
Al-Qur'an. Bila ingin menaati rasul, maka pelajarilah tanya-jawab ini dan taatilah.
Inilah salah satu bentuk 'ketaatan' kepada rasul. Tanpa melakukan ini, sama saja
mengingkari sebagian Al-Qur'an.
Bila masih bertanya kenapa bisa demikian, maka
Allah menjawabnya sebagai berikut:
QS An-Najm [53]:3-4
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.
Betul, sesederhana itu. Karena saat menyampaikan
Pesan dari Allah, Muhammad tidaklah terbawa nafsu melainkan murni wahyu; dan dengan
menyadari informasi yang diberikan Allah ini, akan tampak jelas jauhnya perbedaan
antara hadits Allah dengan kumpulan hadits karangan manusia (meski dinyatakan yang
mengucapkan adalah Muhammad langsung).
Menyampaikan Penerangan
Allah bukanlah Tuhan atau Dewa yang kejam yang
ingin menyesatkan manusia. Allah tidak membiarkan manusia untuk berspekulasi mengenai
'apa' yang harus mereka patuhi.
Al Maidah [5]:92
Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu
kepada rasul, dan sadarlah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
kewajiban rasul Kami hanyalah menyampaikan
penerangan. <annamaa rasuulinal balaaghul mubiin>
An-Nahl [16]:81-82
Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari
apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung,
dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian yang melindungi
kamu dari peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu
berserah diri. Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan
atasmu hanyalah menyampaikan penerangan. (fa innamaa balaaghul mubiin)
An-Nur [24]:54
Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah
kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah
apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa
yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.
Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan
menyampaikan penerangan." <wamaa
illal balaaghul mubiin>
Al Ankabut [29]:18
"Dan jika kamu mendustakan, maka umat yang
sebelum kamu juga telah mendustakan."Dan kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan penerangan". <wamaa illal balaaghul mubiin>
At-Taghaabun [64]:12
Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul,
jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul Kami hanyalah menyampaikan penerangan. <fa innamaa balaaghul
mubiin>
Dari ayat-ayat di atas, Allah telah secara gamblang
mengatakan bahwa tugas Utusan adalah MENYAMPAIKAN PENERANGAN <balaaghul
mubiin>. Kita tahu bahwa yang bersifat sebagai "penerang" yang dibawa
oleh sang utusan adalah Al-Qur'an. Sekarang mari kita tengok ayat-ayat lain.
Ibrahim [14]:52
Ini adalah <hadzaa> suatu
pemberitahuan <balaaghu> bagi manusia, dan supaya mereka diberi
peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan
Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. <balaaghu
hadzaa>
Tolong perhatikan kalau <hadzaa>
itu menunjuk kepada Al-Qur'an dan Allah bilang sendiri Al-Qur'an sebagai <balaaghu>
bagi manusia. Nah, sekarang tengoklah ayat berikut.
Al-Anbiyaa [21]:105-106
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur:
"Sesudah peringatan <dzikr> itu, bahwasanya bumi ini akan diwariskan
kepada hamba-hamba-Ku yang saleh. Sesungguhnya dalam ini, benar-benar menjadi pemberitahuan
<balaagha> bagi kaum yang mengabdi.
Kata 'Dzikr'
saya gunakan utk mengganti 'Lohmahfuz'
pada terjemahan standar, karena kata Lohmahfuz tidak tertulis di situ (bandingkan
dengan Al-Buruj [85]:22). Bila dikatakan Al-Anbiyaa [21]:106 itu mengacu kepada Al-Anbiyaa [21]:105, maka
apa penjasan untuk Ibrahim [14]:52? Sekali lagi, mari kita teruskan.
Al Maidah [5]:67
Hai rasul, sampaikanlah <balligh>
apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu <maa un ilaika>. Dan jika
tidak kamu kerjakan, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara
kamu dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir.
Perhatikan bahwa <balligh> didefinisikan sebagai sesuatu yang diturunkan kepada Muhammad.
Dan dari ayat-ayat sebelumnya, seharusnya jelas bahwa Muhammad HANYA menerima wahyu
berupa Al-Qur'an. Bila ada yang masih tidak puas, dalam artian masih merasa bahwa
Al-Qur'an tidak cukup, maka Allah katakan di ayat selanjutnya.</balligh>
Al-Maidah 5:68
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak
dipandang berdiri di atas apa pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil
dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu." Sesungguhnya apa yang
DITURUNKAN kepadamu dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada
kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang
kafir itu.
Di sini Allah menyatakan bahwa umat manusia yang
telah diberikan al-kitab, diharuskan menetidakkan apa yang didatangkan oleh Allah
yaitu kitab yang mengandung kebenaran yang dibawa oleh sang pembawa pesan.
Aal Imran [3]:3
Dia menurunkan <nazzala> Al-Kitab
kepadamu dengan kebenaran; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan Injil.
Pembahasan berikutnya adalah mengenai Al-Hikmah
dalam An-Nisaa [4]:113, silakan dibaca bila masih belum yakin bahwa Al-Qur'an adalah
satu-satunya yang harus ditaati, dan bahwa menaati rasul berarti menaati "pesan"
yang beliau bawa dengan susah payah, yaitu Al-Qur'an itu sendiri.
Al-Hikmah
An-Nisaa [4]:113
Sekiranya bukan karena karunia Allah dan
rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu.
Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat
membahayakanmu sedikit pun kepadamu. Dan Allah telah menurunkan <an>
Al-Kitab dan AL-HIKMAH kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang
belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.
Coba baca ayat di bawah...
Al-Baqarah [2]:174
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan
apa yang telah diturunkan <an> Allah, yaitu Al-Kitab, dan menjualnya
dengan harga yang sedikit, mereka itu sebenarnya tidak memakan ke dalam perutnya
melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan
tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.
Peringatan di atas HANYA diberikan akibat menyembunyikan
Al-Kitab, bukan Al-Hikmah. Jadi, apa ini artinya mereka yang menyembunyikan Al-Hikmah
(yang katanya termuat dalam buku-buku hadits) tidak termasuk yang dihukum? Tentu
saja tidak. Jawabannya, menurut ayat di atas, adalah bahwa menyembunyikan Al-Kitab
otomatis menyembunyikan Al-Hikmah. Dengan kata lain Al-Kitab dapat dipastikan meliputi
Al-Hikmah (inclusive).
Al-Baqarah [2]:176
Yang demikian itu adalah karena Allah telah
menurunkan <nazzala> Al-Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya
orang-orang yang berselisih tentang Al-Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan
yang jauh.
Jika Al-Hikmah adalah sesuatu yang terpisah (exclusive)
dari Al-Kitab, maka berarti tidak akan ada masalah untuk "berselisih"
mengenainya, karena hanya Al Kitab yang disebutkan di atas. Mari kembali ke "balagha."
Al-Baqarah [2]:231
...Dan
ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu
Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya
itu <bihi>. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Ayat 2:231 sebetulnya menjawab secara cukup gamblang
mengenai hubungan Al-Kitab dan Al-Hikmah. Perhatikan kata <bihi> di atas.
Itu adalah kata ganti untuk benda TUNGGAL. Dengan kata lain, Al-Kitab dan Al-Hikmah
itu dianggap SATU BENDA oleh Allah, atau
sama saja Al-Kitab = Al-Hikmah. Tentu saja ini jauh lebih logis daripada
konsep Al-Kitab itu adalah Al-Qur'an sedang Al-Hikmah itu adalah Sunnah yang anehnya
baru bisa ditemukan dalam kumpulan buku yang baru "disempurnakan" sekitar
2 abad kemudian. Sekali lagi perlu ditekankan, bahwa spekulasi tidak lagi diperlukan.
Al-Hikmah tidaklah dikandung oleh koleksi hadits karya Bukhari, namun dikandung
oleh hadits terbaik dari Allah.
Al-An’aam [6]:19
Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat
persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu.
Dan Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya <bihi> aku memberi
pemberitahuan <balagha> kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai
kepadanya, bahwa kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?"
Katakanlah: "Aku tidak bersaksi." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah
Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Muhammad gamblang sekali dalam ayat di atas dengan
menyatakan bahwa <balagha> beliau
adalah Al-Qur'an. Jadi dengan mengatakan bahwa Muhammad "membawa" sesuatu
yang "lain" sama saja mempertanyakan kebenaran ayat di atas.
Apakah taat kepada Allah dan taat kepada rasul
adalah dua hal yang berbeda? Dilihat sekilas saja ini sudah konyol. Karena rasul
tidak punya kuasa apapun kecuali beliau adalah yang diutus oleh-Nya. Jika Muhammad
bukan utusan, apakah beliau harus ditaati? Tentu saja tidak. Jadi 'ketaatan' kepada
rasul itu KARENA beliau adalah pembawa pesan Allah. Jadi kedua 'ketaatan' ini bukanlah
dua hal yang terpisah, namun terpadu menjadi satu.
At-Taubah [9]:3
Dan suatu pengumuman dari Allah DAN rasul-Nya
kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah DAN rasul-Nya
berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu bertobat, maka bertobat
itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir siksa
yang pedih.
Sekarang, apakah hal di atas Allah sendiri yang
langsung mengucapkan? Tentu saja bukan. Hal di atas diucapkan melalui 'mulut' Muhammad.
Di sini jelas, bahwa peringatan di atas bersumber dari Allah DAN rasul-Nya. Bukan
malah Allah memberikan suatu peringatan dan Muhammad sesuatu yang lain.
Siapa di antara para sahabat Muhammad yang pernah
dengar secara LANGSUNG ucapan Allah? TIDAK ADA SAMA SEKALI. Terus bagaimana caranya
taat kepada Allah?
Al-Anfaal [8]:20
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada
Allah dan rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya , sedang kamu mendengar.
Di sini, orang beriman adalah orang yang mendengarkan
rasul menyampaikan perintah Allah. Di sini dipastikan bahwa sumber perintah itu
HANYA dari Allah yang disampaikan HANYA melalui mulut rasul untuk dipatuhi.
Bila berpikir bahwa taat kepada rasul dan taat
kepada Allah adalah hal yang berbeda, mungkin dilandasi oleh kisah Nuh atau Luth
(Surah 26), maka Allah katakan.
Ar-Ra’ad [13]:36-38
Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab
kepada mereka bergembira dengan apa yang diturunkan kepadamu, dan diantara golongan-golongan
yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah: "Sesungguhnya
aku hanya diperintah untuk mengabdi kepada Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu
pun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru dan hanya kepada-Nya aku kembali."
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan <hukman>
dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang
pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu
terhadap Allah. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu
dan Kami memberikan kepada mereka pasangan-pasangan dan keturunan. Dan tidak ada
hak bagi seorang rasul mendatangkan suatu ayat melainkan kecuali dengan izin Allah.
Bagi TIAP-TIAP MASA TERDAPAT KITAB.
Jadi kerasulan dan kitab itu selalu berdampingan.
Aal-Imran [3]:79
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah
berikan kepadanya Al-Kitab, Al-Hikmah dan kenabian <an-nubuwwat>, lalu
dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi abdi-abdiku bukan abdi
Allah." Akan tetapi: "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena
kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
Ayat di atas jelas sekali menghubungkan pembawa
pesan dan Al-Kitab. Atau tidak mungkin seorang pembawa pesan datang tanpa Al-Kitab
dari Allah.
Al-An’aam [6]:84, 85, 86, 87, 88, 89
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan
Yakub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada
NUH sebelum itu telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya
yaitu DAUD, SULAIMAN, AYUB, YUSUF, MUSA dan HARUN. Demikianlah kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik, dan ZAKARIA, YAHYA, ISA dan ILYAS. Semuanya
termasuk orang-orang yang saleh. Dan ISMAIL, ALYASA, YUNUS dan LUTH. Masing-masingnya
Kami lebihkan derajatnya di atas alam; dan dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka
dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka dan Kami menunjuki mereka
ke jalan yang lurus. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara abdi-abdi-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan
Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah
orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka AL-KITAB, AL-HIKMAH dan kenabian
<an-nubuwwat> jika orang-orang itu mengingkarinya, maka sesungguhnya
kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak mengingkarinya.
Al-Hadid [57]:26
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh
dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab, maka
di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik.
Seharusnya sudah jelas bahwa kerasulan dan Al-Kitab
tak bisa ditawar lagi hubungannya. Dan seharusnya telah jelas bahwa taat kepada
Allah, yaitu harus taat kepada rasul; dan taat kepada rasul adalah taat kepada Al-Kitab
yang beliau bawa. Kalau kita hidup di zaman Nuh, maka Al-Kitab yang diwahyukan kepada
Nuh, kalau di zaman Ibrahim, berarti Al-Kitab Ibrahim, di zaman Isa (Yesus), berarti
Al-Kitab beliau, dan kalau setelah Muhammad, berarti Al-Qur'an. Dan jangan lupa
bahwa setiap rasul berdasarkan 6:84-89 juga memiliki Al-Hikmah. Sekali lagi ini
memperkuat apa yang diberitakan dalam 2:231 mengenai hubungan Al-Kitab dan Al-Hikmah
yang berupa sesuatu yang tunggal.
Akhir Kata
Yusuf [12]:40
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali
hanya nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan
suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. KEPUTUSAN itu HANYALAH
kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak mengabdi kepada selain
Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Al Kahfi [18]:26
Katakanlah: "Allah lebih mengetahui
berapa lamanya mereka tinggal; kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit
dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya;
tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain daripada-Nya; dan Dia TIDAK
mengambil seorang PUN menjadi sekutu-Nya dalam MENETAPKAN KEPUTUSAN."
Al-An’aam [6]:114
Maka patutkah aku mencari HAKIM SELAIN
daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab kepadamu dengan
TERPERINCI? Orang-orang yang telah Kami datangkan Al-Kitab kepada mereka,
mereka mengetahui bahwa ia diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka JANGANLAH
kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.
Yunus [10]:36, 37
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali PERSANGKAAN saja. Sesungguhnya persangkaan itu TIDAK SEDIKIT PUN berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat
oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum
yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari
Tuhan semesta alam.
salaam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar