oleh Agus Mustofa pada 1 Agustus 2012 pukul 7:10
Kalender-kalender
besar seperti kalender Masehi, Cina dan Hijriyah semuanya sepakat, bahwa satu
tahun berisi 12 bulan. meskipun, dulunya kalender Masehi pernah hanya berisi 10
bulan, di zaman Romawi. Tetapi karena 'kekacauan' sistem penanggalannya,
kalender ini pun lantas menggenapkan jumlah bulannya menjadi dua belas seperti
sekarang.
Kalender
Masehi dikenal sebagai kalender yang berbasis pada gerakan semu matahari. Yang
kemudian diketahui sebagai gerak planet bumi berkeliling matahari sebagai pusat
tatasurya. Satu putaran Bumi mengelilingi matahari itu adalah 365,25 hari, yang
kemudian disebut sebagai satu tahun. Namun dalam prakteknya, satu tahun hanya
berisi 365 hari. Sisanya yang 0,25 hari dikumpulkan setiap empat tahun sekali
menjadi tanggal 29 Februari. Dikenal sebagai tahun kabisat.
Jumlah
bulan dalam kalender Masehi adalah 12 bulan. Masing-masingnya berisi 28-29 hari
pada bulan Februari, dan 30-31 hari pada bulan-bulan lainnya. Awalnya, jumlah
hari dalam sebulan kalender Masehi adalah 29,5 hari sesuai perputaran bulan
mengelilingi bumi. Tetapi sejarah mencatat, sejumlah penguasa di zaman
masing-masing menambahi jumlah harinya seiring dengan kepentingannya, sehingga
menjadi tidak sesuai dengan durasi perputaran Bulan terhadap Bumi. Karena
itulah, kalender Masehi disebut sebagai kalender Matahari alias solar.
Ini
berbeda dengan Kalender Cina yang sebulannya masih menggunakan 29,5 hari, meskipun
setahunnya tetap berpatokan pada angka 365,25 hari. Karena sebulannya lebih
pendek dari kalender Masehi, maka setiap tahunnya ada selisih sebelas hari
antara Kalender Cina dan kalender Masehi. Yang kemudian dirupakan sebagai
‘bulan ke-13’ sebanyak tujuh kali dalam kurun waktu 19 tahun. Sehingga, jumlah
rata-rata hari dalam setahun tetap mengacu pada periode matahari. Karena
itulah, kalender Cina dikenal sebagai kalender Bulan-Matahari alias Lunisolar.
Kalender
Hijriyah tidak menggunakan matahari sebagai patokannya, melainkan sepenuhnya
mengacu kepada perputaran Bulan. Karena itu disebut sebagai kalender Bulan
alias Lunar. Jumlah hari dalam setahun yang 354 hari, maupun durasi bulanan
yang 29,5 hari sepenuhnya disandarkan pada perputaran bulan itu. Sehingga tidak
seperti kalender Cina yang berusaha menyesuaikan bilangan hari dalam setahun
dengan menyisipkan ‘bulan ke-13’, kalender Hijriyah memilih membiarkan saja
perbedaan sebelas hari itu. Sehingga penanggalan Hijriyah terus menerus maju
sebelas hari setiap tahunnya. Itulah kenapa, kok
awal Ramadan dan Lebaran selalu bertambah maju dari tahun ke tahun.
Yang
menarik, semua kalender itu menetapkan setahun berisi 12 bulan, yang mana ini
sangat bersesuaian dengan informasi di dalam al Qur’an. Bahwa sejak saat
penciptaan langit dan Bumi, Allah telah mendesain keterkaitan antara bilangan
tahun dengan bilangan bulan.
QS : At
Taubah [9]: 36
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas
bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi…’’
Dalam
fakta astronominya, ternyata terjadi sinkronisasi antara gerak semu matahari
dengan gerak Bulan. Yakni, satu kali perputaran matahari mengelilingi Bumi
setara dengan 12 kali Bulan mengelilingi Bumi. Itulah sebabnya, kenapa semua
kalender akhirnya menetapkan setahun berisi 12 bulan. Manusia telah memperoleh
patokan yang bersifat universal tentang pergerakan waktu yang bisa digunakan
untuk menandai berbagai peristiwa yang terjadi. Dan lagi-lagi Al Qur’an
memberikan petunjuknya tentang hal ini. Bahwa, Bulan dan Matahari diciptakan
Allah, salah satunya, memang untuk menjadi patokan pergerakan waktu alam
semesta.
QS. Al
An’aam [6]: 9
‘’Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk
beristirahat, dan (menjadikan) matahari serta bulan sebagai (pedoman)
penghitungan (waktu). Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.’’
Namun
demikian, harus dipahamkan bahwa pergerakan‘waktu’ bukanlah disebabkan oleh
perputaran benda-benda langit itu. Katakanlah, seandainya saja Bulan dan Matahari
kita itu lepas dari orbitnya dan lenyap dari pandangan makhluk Bumi, ‘waktu’
bukan berarti ikut lenyap. Ia tetap saja berjalan menggiring usia kita menjadi
lebih tua. Substansi waktu bukan terletak pada Bulan dan Matahari. Keduanya
hanya berfungsi sebagai penanda alias patokan belaka.
Sehingga
kalau Anda berkelana di ruang angkasa nun jauh disana, dimana Anda sudah tidak
bisa berpatokan pada pergerakan Matahari dan Bulan, Anda masih akan bisa
menandai perubahan waktu dengan menggunakan jam digital Anda..!
Wallahu
a'lam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar