Kejelian
dalam memahami struktur bahasa Al Qur’an memberikan andil yang besar bagi penafsiran
kita terhadap informasi di dalamnya. Meskipun, penguasaan bahasa yang baik saja
tidaklah mencukupi untuk memperoleh hikmah dari kitab mulia ini. Sangat banyak orang
yang memahami bahasa Arab tidak memperoleh hikmah dari dalam Al Qur’an. Bahkan,
para kafir Quraisy di zaman Rasulullah adalah jagoan-jagoan sastra Arab, tetapi
toh mereka tetap ingkar kepada kebenaran Al Qur’an. Hanya orang-orang yang membuka
hati selebar-lebarnya yang akan menerima hikmah dari-Nya, lewat cara yang dikehendaki-Nya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kapankah
ruh ditiupkan ke dalam tubuh manusia? Pertanyaan ini mirip dengan judul notes sebelumnya:
Kapan manusia bisa disebut sebagai nafs? Keduanya memiliki keterkaitan yang
sangat erat. Bahwa seseorang bisa disebut sebagai nafs adalah di saat-saat
awal penciptaannya, di dalam rahim. Yakni, sesaat setelah meleburnya sel telur dan
sel sperma membentuk stem cell. Saat itu, sel sudah hidup dan bisa melakukan
aktivitas membelah diri, mirip dengan proses perkembangbiakan pada makhluk-makhluk
bersel satu di alam bebas.
Hanya
saja, di dalam rahim pembelahan sel induk itu mengarah kepada pembentukan makhluk
bersel banyak yang sangat kompleks. Dan melewati 3 tahapan: ‘fase tumbuhan’, ‘fase
hewan’, dan ‘fase manusia’. Oleh sebab itu, setelah mengalami pembelahan menjadi
16 sel di sepanjang saluran tuba falopii, gerombolan sel yang disebut morula
itu lantas menempel dan melekat pada dinding rahim, menjadi semacam tumbuhan parasit
di sana.
Di
fase ini, cikal bakal manusia itu bertingkah laku seperti tanaman. Sambil membelah
diri terus menerus, ia membentuk ‘akar’ dengan cara merusak dinding rahim dan menyerap
sari-sari makanan lewat pembuluh-pembuluh darah kapiler yang mulai bermunculan di
sekitar plasenta alias ari-ari. Proses bertumbuh ini terjadi sekitar 13 hari setelah
pembuahan, dimana gumpalan sel tersebut semakin membesar dan digenangi oleh sel-sel
darah tanpa inti yang disebut sebagai hematopoietic. Di dalam Al Qur’an,
gumpalan merah itu diistilahkan sebagai alaqah – semacam ‘gumpalan darah’
yang melekat di dinding rahim.
Fase
tumbuhan ini terus berlangsung sampai selama sekitar 3 minggu dari masa pembuahan,
dimana bentuk gumpalan sel mulai melonjong seperti buah pir. Bagian atas membesar
untuk mengarah kepada pembentukan kepala, sedangkan bagian bawah mengecil mengarah
kepada pembentukan ekor. Dalam waktu yang bersamaan, sang embrio mulai membentuk
jaringan pembuluh darah. Dan kemudian membentuk cikal bakal jantung, beserta pembuluh-pembuluh
darah sekundernya.
Melewati
minggu ketiga, sel-sel embrio bertumbuh semakin cepat, dan membentuk sistem saraf
di sepanjang tubuhnya yang semakin memanjang ke atas-bawah. Jantung mulai berdenyut,
dan melakukan sinkronisasi dengan denyut jantung ibunya lewat saluran tali pusar.
Di sekitar minggu keempat sistem saraf pusat mulai terbentuk, diiringi cikal bakal
tulang belakang yang mulai kelihatan transparan. Dan dilanjutkan dengan terbentuknya
berbagai organ vital seperti otak, liver, pencernaan, pankreas, paru-paru, sambil
menyiapkan pembentukan alat penginderaan mata dan telinga. Di fase ini, embrio memasuki
fase hewan, dengan bentuk ekor yang sangat jelas kelihatan.
Sampai
di minggu kelima dan keenam, embrio mengalami proses penyempurnaan menjadi makhluk
yang semakin kompleks. Otak menyempurna dengan membentuk bagian-bagian otak depan,
otak belakang, belahan kanan dan kiri, serta terus membentuk jaringan dengan sistem
saraf tulang belakang. Demikian pula jantung sudah memiliki bilik kanan-kiri, serambi
kanan-kiri. Paru-paru juga sudah memiliki kelengkapan saluran trakea, dan keterkaitan
dengan pembuluh darah ke jantung. Dan seterusnya, organ-organ dalam lainnya mengalami
perkembangan yang semakin sempurna.
Minggu-minggu
berikutnya, gelombang otak mulai terdeteksi. Organ-organ vital mulai melakukan koordinasi
dengan dikontrol oleh otak. Dan puncaknya adalah terbentuknya kelenjar pituitary
yang mengendalikan berbagai aktivitas organ tubuh janin melalui sistem hormonal,
diantaranya dengan kelenjar tiroid, adrenal dan gonad. Perkembangan embrio mulai
memasuki fase yang semakin rumit, mengarah kepada terbentuknya makhluk manusia yang
sangat kompleks.
Secara
fisiologis, bentuk embrio sudah mulai bisa dibedakan antara hewan dan manusia. Ekornya
memendek dan berangsur-angsur menghilang berganti dengan kaki-tangan yang semakin
jelas. Panca indera, jenis kelamin, dan bentuk kepala yang semakin proporsional
dengan anggota badan lainnya terjadi di sekitar minggu kedelapan. Setelah itu, embrio
akan memasuki fase terakhir sebagai makhluk manusia. Ukuranya masih sekitar 2,5
cm tetapi sudah memiliki kelengkapan yang utuh, hanya tinggal membesarkan dan menyempurnakan
fungsinya hingga datangnya hari kelahiran.
Demikianlah
garis besar dari proses penciptaan manusia di dalam rahim. Dimana sebelum menjadi
manusia yang sempurna, ia harus ‘ber-EVOLUSI’ melewati fase makhluk bersel satu,
lantas membelah menjadi makhluk bersel banyak di fase tumbuhan, fase hewan dan fase
manusia. Yang semua itu, clue-nya kita dapati di dalam Al Qur’an Al Karim.
QS.
As Sajdah (32): 7-8
(Dialah)
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya, dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina.
QS.
Nuh (71): 17
Dan
Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan pertumbuhan yang sebaik-baiknya.
QS.
As Sajdah (32): 9
Kemudian
Dia menyempurnakan DAN meniupkan ke dalamnya (sebagian) ruh-Nya
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) sedikit
sekali kamu bersyukur.
Pertanyaan
yang kemudian bermunculan adalah, kapan ruh itu ditiupkan. Apakah seiring dengan
terbentuknya nafs seperti yang kita bahas di notes sebelumnya, ataukah di
minggu ke delapan, ataukah di 120 hari seperti yang diceritakan dalam hadits berikut
ini.
Abu
Abdurrahman bin Mas'ud ra berkata bahwa Rasulullah saw telah bersabda: ‘’Sesungguhnya,
setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa
nuthfah, kemudian menjadi 'alaqah selama itu juga, kemudian menjadi
mudhghah selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan
ruh kepadanya...’’ (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Saya
termasuk yang mengkritisi hadits ini dari sisi matan (isi), karena tidak
sesuai dengan data-data ilmiah. Bahwa, nuthfah bisa bertahan selama 40 hari,
alaqah 40 hari dan mudghah 40 hari. Sehingga, setelah 120 hari barulah
ditiupkan ruh kepada manusia. Apalagi, menurut hadits di atas ruh bukan ditiupkan
oleh Allah, melainkan oleh malaikat. Ini bertentangan dengan informasi Al Qur'an.
Sebagaimana yang saya tunjukkan di atas, nuthfah di dalam rahim hanya bisa
bertahan beberapa jam, sedangkan ‘alaqah dan mudghah hanya beberapa
hari. Dimana, janin berusia 60 hari pun sudah lengkap berbentuk manusia, meskipun
ukurannya masih sekitar 2,5 cm. Ia sudah bisa bergerak-gerak secara spontan. Lebih
detilnya silakan baca buku DTM-16: BERSYADAHAT DI DALAM RAHIM.
Lantas,
apakah tidak di minggu ke delapan? Sebagai catatan: sebenarnya saya kurang tahu
alasan apa yang dipakai oleh kawan-kawan yang berpendapat ruh baru ditiupkan di
minggu ke delapan. Apakah berdasar hadits ataukah Al Qur’an, ataukah data empiris
kedokteran. Tetapi, secara empiris, janin berusia 7 minggu sudah memancarkan gelombang
otak yang bisa dideteksi dengan peralatan dari luar rahim.
Saya
sendiri berpendapat, ruh ditiupkan saat terbentuknya stem cell. Dasarnya
adalah clue dari ayat-ayat Al Qur’an. Yakni, sesaat setelah terjadinya pembuahan
sel telur oleh sel sperma. Dimana saat itu, Allah sudah menyebutnya sebagai nafs
seperti kita bahas sebelum ini. Dan karenanya, dia juga sudah mempunyai ruh.
Lantas,
pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana dengan QS. As Sajdah (32): 9, yang mengatakan
peniupan ruh adalah SETELAH proses penyempurnaan tubuh janin? Menurut saya, tafsiran
tersebut agak terdistorsi sedikit. Karena ayat itu tidak menggunakan kata sambung
tsumma (kemudian) ataupun fa (maka) yang memiliki makna berurutan
antara fase penyempurnaan dan fase peniupan ruh. Melainkan menggunakan kata sambung
wa (DAN), sebagaimana saya kutipkan berikut ini. ‘’Kemudian Dia menyempurnakan
DAN meniupkan ke dalamnya (sebagian) ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.’’
Sehingga
makna yang semestinya adalah: peniupan ruh itu bukan SETELAH tubuh janin berbentuk
manusia sempurna, melainkan bersamaan atau SEIRING dengan proses penyempurnaan.
Yakni, sejak pembuahan yang menghasilkan stem cell sampai saat-saat kelahirannya.
Karena, yang disebut sebagai ‘sempurna’ itu memang tidak jelas batasnya. Yang jelas,
dari hari ke hari sang jabang bayi menjadi semakin sempurna selama di dalam rahim
ibunya.
Dengan
demikian, apakah ruh dan jiwa itu lantas juga mengalami perkembangan di dalam diri
yang bertumbuh secara bertingkat-tingkat, mulai dari satu sel, tumbuhan, hewan,
dan akhirnya manusia seutuhnya yang lahir ke muka bumi itu? Bagaimana menjelaskan
hal ini? Dan, sebenarnya apakah ruh itu? Bagaimana kaitannya dengan ruh & jiwa
manusia purba dan manusia modern? Tunggu notes selanjutnya.. :)
Wallahu
a’lam bissawab
~
salam ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar