Minggu, 05 Juni 2016

[1] – MENYONGSONG RAMADAN DAN PENYATUAN KALENDER HIJRIYAH GLOBAL

Mulai hari ini, Agus Mustofa – penulis buku-buku best seller Tasawuf Modern – akan menemani Anda setiap hari selama bulan Ramadan 1437 H dalam kolom: “Ngaji Tasawuf Modern”. Selain menulis opininya secara ringkas, pak AM akan melayani diskusi dan tanya jawab seputar materi hari ini. Silakan masuk ke ruang perpustakaan online “AGUS MUSTOFA eLibrary” dengan cara mengklik link: agusmustofa.com. Semoga menjadi barokah penuh hikmah dalam menjalani ibadah puasa tahun ini. Salam.

-----------------------------------------------------------------------------------

DUA HARI lagi umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadan. Yakni: Senin, 6 Juni 2016. Namun kawan saya bilang: Kata siapa? Bukankah umat Islam masih memiliki perbedaan dalam menyikapi datangnya Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha? Bahkan, juga dalam menyikapi kalender hijriyah internasional. Sehingga, selalu masih ada peluang untuk memulai hari-hari istimewa itu dengan perbedaan. Padahal, sesungguhnya kita sangat merindukan kebersamaan. Termasuk untuk memulai ibadah puasa kali ini.

Tahun ini, sebenarnya, umat Islam Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk memulai puasa Ramadan bersama. Kenapa? Karena, ketinggian hilal saat maghrib sudah di atas 4 derajat. Ini sudah melampaui kriteria 2 derajat yang disyaratkan oleh metode “Imkan Rukyat” yang dianut pemerintah dan Negara-negara Asia Tenggara.

Bahwa, jika bulan bulan sabit di akhir Syakban sudah berada di atas 2 derajat, ia menjadi “mungkin untuk dilihat”. Meskipun, kenyataannya selama diberlakukannya kriteria itu, hilal tidak pernah kelihatan. Jangankan oleh mata telanjang, peralatan pun tidak pernah melihatnya. Karena itu, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, ed.) sebagai bagian dari pemerintah pun merevisi kriteria itu menjadi 4 derajat.

Nah, tahun ini akhir Syakban yang akan terjadi Minggu, 5 Juni 2016, pukul 10.00 WIB itu akan menghasilkan hilal maghrib setinggi lebih dari 4 derajat. Maka, mestinya hilal Ramadan akan bisa dilihat. Kecuali tertutup oleh awan tebal. Dan mengkhawatirkannya, selama beberapa hari ini mendung tebal terus bergelayutan di atas langit Indonesia. Bahkan sudah terjadi hujan deras sampai menimbulkan banjir beberapa hari di Surabaya. Cuaca ini diperkirakan akan terus terjadi sampai saat rukyat Ramadan.

Dampaknya, tentu bisa menghalangi penglihatan mata perukyat. Dan kemudian mempengaruhi kesimpulan penetapan awal Ramadan. Berdasarkan rukyat, jika hilal tertutup awan, maka bulan Syakban harus digenapkan 30 hari. Artinya, meskipun hilal sudah di atas 4 derajat, jika ia tertutup awan, awal Ramadan baru akan dimulai Selasa, 7 Juni 2016. Tentu, berbeda dengan para penganut hisab yang ‘sudah pasti’ menetapkan awal Ramadannya Senin, 6 Juni 2016.

Selain itu, ada peristiwa menarik di dunia internasional pada 28-30 Mei yang lalu. Yakni, pertemuan para ulama Islam di Turki untuk membicarakan penyatuan kalender hijriyah internasional.
Ada dua pendapat yang dibahas disana dalam rangka menyatukan kalender hijriyah itu.
Yang pertama, konsep “Kalender Bizonal” dimana wilayah bumi dibagi ke dalam dua zona waktu: barat dan timur, seperti yang berlaku pada kalender masehi.
Dan yang kedua adalah “Kalender Penyatuan” yang menetapkan seluruh permukaan bumi dalam tanggal yang sama.

Menariknya, untuk menetapkan kalender mana yang akan dipakai sebagai penanggalan umat Islam itu, para delegasi memutuskannya dengan cara voting ala rapat anggota DPR. Tentu, setelah musyawarah secara ilmiah menemui jalan buntu.
Dari 130 orang delegasi yang hadir: 80 orang menyatakan setuju dengan “Kalender Penyatuan”, 30 orang setuju dengan ‘Kalender Bizonal”, dan sisanya abstain maupun tidak sah. Sebuah keputusan yang menyimpan potensi perbedaan, karena tidak menyentuh paradigma dasar dalam menyusun kalender bersama.

Ahh, menjelang Ramadan Suci tahun ini pun, ternyata umat Islam masih saja sibuk menyikapi cara beribadahnya dengan mekanisme politik yang memunculkan potensi perbedaan secara tidak substansial. Nggak di tingkat nasional, nggak juga di tingkat internasional.

Bagaimana menurut Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar