Rabu, 08 Desember 2010

‘LAUH MAHFUZ’ KITAB INDUK SEGALA SESUATU


Ada tiga rahasia besar di alam semesta yang menjadi faktor utama terjadinya segala sesuatu. Yakni: Kehendak, Sunnatulah, dan Lauh Mahfuzh. Tidak mudah untuk menjelaskan apa dan bagaimananya, karena ini menyangkut rahasia terbesar yang sedang dicoba oleh para ilmuwan dunia untuk mengungkapnya. Karena itu, sangat bisa dipahami jika terjadi kesalahkaprahan di sekitar pemahamannya. Untuk itu secara detil saya telah menjelaskan dalam buku tersendiri: ’Membongkar Tiga Rahasia’.

’Kehendak’ adalah pokok pangkal dari terjadinya segala peristiwa. Siapa saja yang mau membuka diri dan pikirannya, pasti bisa ’merasakan’ adanya suatu Kehendak Bebas yang sedang ’bermain’ di balik segala peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Yang menyebabkan segala kejadian seperti sedang menuju kepada suatu akhir cerita yang sudah diskenariokan.

Tanpa adanya ’Sang Kehendak’, sungguh alam semesta ini tidak akan tertata seperti ini. Sebuah ledakan yang dikenal dengan Big Bang, telah memunculkan drama kehidupan yang luar biasa. Tanpa ada campur tangan ’Sang Kehendak’, sebuah ledakan tidak akan pernah menghasilkan sebuah ’ketertataan’, melainkan sebuah kehancuran.

Cobalah perhatikan, mana ada sebuah ledakan yang menghasilkan suatu kondisi yang tertata? Jika ada bom meledak di dekat kita, pastilah segala benda yang ada bakal hancur berantakan. Lha ini kok ada ledakan – alam semesta – malah menghasilkan suatu harmoni yang luar biasa indahnya. Siapakah yang berkehendak dan campur tangan mengendalikannya...?

Bagaimana mungkin ledakan bisa menghasilkan benda-benda langit seperti yang saksikan sekarang? Sebuah superkluster terdiri dari sekitar seratus miliar galaksi sedang berkitaran, seperti sedang melakukan tawaf ke arah pusatnya. Pahahal, setiap galaksi juga terdiri dari sekitar seratus miliar matahari yang sedang bertawaf ke pusatnya. Dan sebagian besar matahari-matahari itu dikitari oleh planet-planet yang juga sedang bertawaf di sekelilingnya. Bahkan, beberapa planet itu juga dikitari oleh satelit-satelit yang mengelilingnya. Kenapa bisa serapi ini?

Yang jika kecepatan putar sebuah benda langit lebih besar dari kecepatannya sekarang, benda itu pasti sudah mencelat jauh, dan hilang di kedalaman alam semesta. Pernahkah Anda membayangkan, seandainya Bumi melintasi orbitnya dengan kecepatan lebih dari 107 ribu kilometer per jam – yakni kecepatan rata-ratanya sekarang? Maka, bisa dipastikan bumi akan mencelat dari orbitnya, karena gaya gravitasi matahari tak mampu lagi mengendalikannya. Dan matilah kita semua, penghuni bumi, karena tak ada lagi sinar matahari sebagai sumber energi kehidupan..! Atau, mungkin, bumi kita malah bertabrakan dengan benda langit lainnya.

Kenapa bisa setertata ini? Bumi yang sekitar 5 miliar tahun lalu sangat panas, lantas perlahan-lahan mendingin. Memunculkan daratan dengan gunung-gunung dan lembahnya. Kemudian disusul lautan, danau dan sungai-sungai. Dilanjutkan oleh munculnya kehidupan sel tunggal sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu, dimulai dari kawasan perairan. Dan kemudian berturut-turut hadir makhluk bersel lebih banyak, pepohonan, hewan-hewan, sampai menjurus kepada spesies manusia sekitar 10 juta tahun yang lalu. Disusul manusia modern sekitar 100 ribu tahun yang lalu. Kenapa seperti ada ’Kehendak’ yang mengedalikan semua ini...?

Para ilmuwan sedang berusaha membuktikan, apakah semua ini terjadi secara kebetulan ataukah karena kesengajaan. By design ataukah by accident? Silakan dibuktikan. Tapi al Qur’an sudah mengatakan sejak lama bahwa semua ini bukan terjadi secara kebetulan, melainkan ada ’Sang Kehendak’ yang terlibat di dalamnya sehingga seluruh peristiwa sedang menuju kepada satu tujuan saja: Eksistensi Sang Pencipta..!

QS. At Thalaaq (65): 12
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

QS. Az Zumar (39): 38
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada (siapa pun) mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi (alam semesta)?", niscaya jawabnya adalah: "Allah"...

Jadi, al Qur’an sudah memberikan klaim, bahwa siapa saja yang melakukan observasi secara jujur terhadap alam semesta, mereka niscaya akan memperoleh jawaban tunggal, bahwa semua ini ada yang menciptakan, yaitu: Allah. Dialah ’Sang Kehendak’ Itu. Yang memperkenalkan dirinya lewat tanda-tanda penuh rahasia kepada makhluk-Nya.

Selain ’Kehendak’, rahasia yang kedua adalah ’Sunnatullah’. Yakni: aturan main alam semesta. Alias hukum-hukum yang dengannya alam ini berproses. Kita sudah membicarakan hal ini serba sedikit, di Note sebelumnya. Bahwa, ’Kehendak’ Sang Maha Pencipta itu ternyata ’mewujud’ menjadi realitas alam semesta lewat hukum-hukum alam yang sangat jelas, dan bisa dipelajari oleh manusia...

Sedangkan rahasia ketiga adalah Lauh Mahfuzh. Inilah pusat ’data base’ alam semesta yang memuat seluruh peristiwa sejak ’dulu’ hingga ’nanti’. Sejak ruang-waktu-materi-energi masih berukuran nol, sampai hilangnya semua itu di Hari Kehancuran kelak. Lauh Mahfuzh diciptakan seiring dengan diciptakannya segala sesuatu. Sehingga, dia mengiringi dan sekaligus mencatat segala sesuatu itu.

QS. Al An’aam (6): 59
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

QS. An Naml (27): 75
Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Jadi Lauh Mahfuzh adalah data base yang berisi rekaman seluruh kenyataan alam semesta. Ayat di atas menyebutnya, tidak ada yang tidak tercatat di dalamnya. Karena, Lauh Mahfuzh itu adalah realitas ini sendiri. Jika Anda merekam data di sebuah CD (compact disc), maka Allah merekam segala peristiwa di ruang-waktu-materi-energi alam semesta ini.

Kalimat ’KUN’ adalah dimensi informasi yang muncul dari ’Kehendak’. Ia mengandung seluruh tatanan alam semesta yang terdiri dari ruang-waktu-materi-energi. Begitu diucapkan oleh-Nya, maka ia ’terurai’ menjadi segala peistiwa alam semesta. Bagaikan sebuah sel induk atau stem sel yang berisi genetika (software penciptaan), dan kemudian membelah dengan sangat terkontrol untuk menjadi makhluk yang namanya manusia.

Di sisi Allah, memang segala peristiwa ini ’sudah selesai’. Atau boleh dikatakan, semuanya: ’diciptakan-berlangsung-selesai’ sudah terjadi secara serentak. Kenapa bisa demikian? Karena sebagaimana kita ketahui, sesungguhnya ’awal’ dan ’akhir’ itu terjadi di dalam Diri-Nya. Diliputi-Nya. Demikian pula yang ’gaib’ dan yang ’nampak’, semuanya adalah sesuatu yang nyata belaka.

QS. Al Hadiid (57): 3
Dia adalah Awal sekaligus Akhir, Zhahir sekaligus Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Akan tetapi, dalam skala manusia, semuanya akan kelihatan terjadi seiring waktu. Karena manusia terikat oleh waktu yang sedang berjalan. Sehingga bagi manusia ada: ’dulu, sekarang, dan nanti’. Sedangkan bagi Allah tidak ada istilah itu. Yang ada hanya: disisi-Nya. Dan itu bisa bermakna apa saja, kapan saja, dan dimana saja. Menjadi relatif semua. Sehingga, kita membaca ayat al Qur’an yang mengatakan waktu bisa bermakna 1 hari = 1000 tahun atau pun 50 ribu tahun. Bahkan, alam semesta yang sudah berusia sekitar 14 miliar tahun ini disebut juga hanya berusia 6 hari di sisi-Nya. Pemahamannya menjadi sangat bergantung kepada ’tema’ yang sedang dibahas-Nya.

Maka, tidak heran dalam ayat berikut ini Allah mengatakan hari kiamat itu pun sudah tercatat di dalam Lauh Mahfuzh. Padahal menurut kita itu ’belum terjadi’. Ya, karena hidup kita ’terikat’ di dalam dimensi waktu yang sedang bergerak. Kita baru sampai di stasiun waktu ’sekarang’, sedangkan kiamat berada di stasiun waktu ’nanti’. Tetapi bagi Allah, sebenarnya semua ini ’baru diawali’ dan sekaligus ’sudah selesai’...!

QS. Saba’ (34): 3
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada yang tersembunyi daripada-Nya seberat zarrah pun apa yang ada di langit dan di bumi, dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)",

Maka, dengan sangat meyakinkan, Allah mengatakan Hari Akhir itu ’pasti datang’. Karena disisi-Nya semua peristiwa ’sudah terjadi’. Meskipun bagi kita semua sedang berlangsung. Ibaratnya, Anda memiliki sebuah film di VCD. Seluruh cerita di dalamnya itu sudah selesai direkam. Dan Anda yang sudah menyetel berulangkali, sudah tahu ceritanya dari awal sampai akhir. Tetapi, ketika VCD itu diputar lagi, penontonnya harus sabar mengikuti urutan waktu yang terus berjalan, sampai berakhirnya cerita. Dan dengan santainya, Anda bisa bercerita ke teman Anda yang belum menonton, bahwa aktor utamanya ternyata mati di akhir cerita. Meskipun, teman Anda tidak percaya... :)

Lha, kalau begitu Allah sudah menetapkan siapa masuk surga dan siapa masuk neraka? Hhmm.., tenanglah sahabat, ternyata Allah masih ingin berteka-teki dengan kita, dengan mengatakan bahwa Dia punya hak prerogatif untuk menghapus isi Lauh Mahfuzh atau menetapkannya...!

QS. Ar Ra’d (13): 39
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh).

Ya, bukankah ’faktor pertama’ sebelum menjadi kalimat KUN dan kemudian terurai menjadi sunnatullah mengiringi Lauh Mahfuzh, yang ada hanyalah ’Kehendak-Nya’?
Karena itu, ayo jangan menyerah..! Karena Dia sedang menunggu kita untuk memperbaiki masa depan kita sendiri. Apakah kita pantas memperoleh ridha-Nya ataukah malah mengingkari-Nya...

Wallahu a’lam bishshawab

(Selamat Tahun Baru Hijriah 1432, buat kawan-kawan semua. Semoga, tahun ini umat Islam menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Dan lebih bergairah berbuat kebajikan...)

~ salam ~


oleh Agus Mustofa pada 7 Desember 2010 pukul 13:08


Selasa, 07 Desember 2010

SALAH KAPRAH - ‘KUN’ BUKANLAH ‘ABRAKADABRA’


Ada sebuah ‘kalimat sakti’ yang sering disalah-persepsi oleh umat Islam. Yakni, kalimat ’KUN’ yang bermakna ’Jadilah’. Biasanya lantas diikuti dengan kalimat ’fa yakun’, ’maka jadilah ia’. Kalimat ini adalah kalimat yang banyak diceritakan dalam al Qur’an saat Allah berkehendak menciptakan makhluk-Nya. Allah cukup mengatakan ’kun’ maka segala ciptaan-Nya mewujud.

Sayangnya, banyak diantara kita yang salah kaprah dalam memahaminya, sehingga mempersepsi kalimat ini semacam kalimat ’Abrakadabra’ atau ’Sim salabim’ yang diucapkan oleh para tukang sulap. Dengan maksud, untuk mengatakan bahwa penciptaan makhluk itu terjadi tanpa proses.

Sehingga karenanya, umat Islam lantas ’agak malas’ berpikir untuk menyelidiki sunnatullah dan cara kerja Allah dalam menciptakan segala sesuatu. Dan kemudian, ada yang sangat suka membuat ungkapan begini: ’Kalau Allah menghendaki, segala sesuatu pastilah terjadi. Cukup dengan mengatakan KUN fa yakun. Jadilah semuanya. Gitu aja kok repot...’’ :(

Ya memang sih, mana ada kalau Allah menghendaki sesuatu lantas tidak terjadi. Tetapi dengan sikap begini, umat Islam tidak akan memperoleh hikmah apa pun dari berbagai peristiwa yang dihamparkan Allah di sekitarnya. Dan akan tetap sebagai umat ’terbelakang’, sebagaimana 700 tahun terakhir ini. Padahal dulu, di zaman keemasan Islam pernah memimpin peradaban dunia.

Saya pernah berada dalam satu panggung dengan seorang guru besar agama, ahli tafsir lulusan Mesir, dalam sebuah acara peringatan Isra’ Mi’raj di Surabaya. Awalnya, panitia meminta dia sebagai pembicara di urutan pertama, dan saya sebagai pembicara di urutan kedua. Tetapi, dia ngotot meminta kepada panitia untuk menjadi pembicara kedua, setelah saya. Awalnya, saya tidak mengerti tujuannya.

Saya pikir: ‘ya sudahlah. Masa begini aja jadi masalah’. Maka saya pun menjadi pembicara pertama dan memberikan paparan selama 1 jam tentang hikmah Isra’ Mi’raj. Tentu saja saya memberikan sudut pandang khas seperti biasanya: perpaduan antara ayat-ayat Qauliyah dan Kauniyah. Saya mencoba menerangkan kejadian luar biasa itu dari sisi Sains. Saya lihat sebagian besar hadirin menampakkan wajah bergairah mendengarkan paparan tersebut, seperti harapan panitia.

Giliran kedua adalah sang Guru Besar. Dia memulai paparannya dengan mengatakan: ’’Untuk apa kita sulit-sulit memahami kisah Isra’ Mi’raj dari sudut pandang Sains? Pakai hitung-hitungan yang rumit segala. Padahal, bagi Allah semua itu sangatlah mudah. Tinggal mengatakan ’Kun’ maka terjadilah segala yang dikehendaki-Nya...’’ :(

Masya Allah, ternyata inilah maksud dia ingin menjadi pembicara setelah saya. Ingin ’mengingatkan’ hadirin bahwa memahami al Qur’an nggak usah rumit-rumit berpikir scientific. Dan, karena acara tersebut bukan forum diskusi, maka saya tidak bisa memberikan ulasan yang bersifat klarifikasi, alias bertabayyun. Saya hanya bisa tersenyum kecut dan mengelus dada..

Ternyata, sang ahli tafsir ayat-ayat Qauliyah itu alergi terhadap ayat-ayat Kauniyah yang terhampar di alam semesta. Padahal, bukankah keduanya adalah Firman-firman Allah semata..?! Jika setingkat dia saja berpikiran seperti itu, tentu tidak sedikit kalangan yang berpikiran demikian. Bahwa, kalimat ’KUN’ itu dipersepsi sebagai kalimat abracadabra atau sim salabim, yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

Dan yang lebih memprihatinkan, ini akan membuat sebagian umat Islam tidak ingin tahu ’cara kerja’ Allah dalam menciptakan segala. Juga, tidak ingin tahu bagaimana peristiwa-peristiwa ini terjadi dan mewujud di alam semesta. Sehingga, nantinya dia bisa mengambil hikmah dari ilmu-ilmu Allah untuk menentukan takdir terbaik bagi dirinya.

QS. Yusuf (12): 104-105
... itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam. Dan betapa banyaknya tanda-tanda (ilmu Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka tidak menghiraukannya.

Ya, sedemikian banyaknya hikmah bertaburan di sekeliling kita. Sungguh sayang, jika kita tidak menghiraukannya. Menutup diri, seakan-akan kita sudah menguasai seluruh ilmu Allah hanya dengan membaca al Qur’an, tanpa mencocokkannya dengan realitas kehidupan sekitar. Padahal al Qur’an hanya bersifat ’petunjuk’, sedangkan realitasnya ada di segala peristiwa kehidupan.

Tak ada gunanya belajar al Qur’an, khatam berulang kali, bahkan sampai hafal pun, kalau tidak mewujud dalam perilaku sehari-harinya. Kita tahu ayat tersebut, bahkan hafal, tetapi tidak menerapkan dalam kehidupan. Sebagai umat Islam kita harus mempelajari ilmu Allah yang terhampar ini. Agar kita semakin mengenal Diri-Nya. Dan mengagungkan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Perkasa, dalam arti sesungguhnya. Sepenuh jiwa.

Allah menciptakan alam semesta hanya dengan mengatakan KUN. Menciptakan seluruh isinya pun dengan kalimat ’kun’. Menciptakan malaikat, jin, manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh benda mati, juga dengan kalimat ’kun’. Pokoknya setiap berkehendak menciptakan apa saja, Dia cuma mengatakan ’kun’, maka ’jadilah’ semua itu sesuai dengan kehendak-Nya. Memang begitulah firman-Nya.

QS. An Nahl (16): 40
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "Kun (jadilah)", maka jadilah ia.

Saya kira, ini adalah kalimat yang sudah populer di kalangan umat Islam. Dan, hampir setiap kita tahu. Sayang jika kita mempersepsi kalimat ini terlalu ’sederhana’. Dan membayangkan proses penciptaan lewat kata ’kun’ ini menjadi seperti sebuah adegan sulap yang ditunjukkan oleh para tukang sulap di atas panggung. Yakni: seketika, tanpa ada proses yang menyertainya.

Penciptaan lewat kata ’kun’ itu sungguh bukan suatu peristiwa yang tanpa proses. Justru disinilah Allah sedang menunjukkan sunnatullah yang sangat canggih. Marilah kita telusuri serba sedikit. Kata al Qur’an, setiap Dia menghendaki sesuatu, Dia cukup mengatakan ’kun’, maka jadilah segalanya.

Sekarang marilah kita perhatikan, bagaimana cara Allah menciptakan buah mangga. Apakah buah mangga itu diciptakan Allah lewat kalimat ’kun’? Tentu saja, bukankah setiap mencipta, Dia selalu mengatakan ’kun’. Lantas, apa yang kita lihat dalam realitas? Ternyata mewujudkan buah mangga itu butuh waktu bertahun-tahun. Dimulai dari biji mangga yang ditanam oleh petani, disirami, disinari matahari, dipupuk, dst, dlsb. Beberapa tahun kemudian barulah muncul buah mangga bergelayutan di tangkai pohonnya...!

Bagaimana Allah menciptakan ayam? Pastilah Dia mengatakan ’kun’. Lantas, lihatlah kenyataannya. Allah menjadikan sang induk ayam bertelur terlebih dahulu. Kemudian telur dierami beberapa hari. Saat waktunya tiba, barulah keluar anak ayam. Proses genetika yang terjadi di dalam telur ayam itu sendiri luar biasa canggihnya. Anda perlu belajar ilmu biomolekuler terlebih dulu untuk bisa bercerita detil tentang bagaimana cara Allah membuat ayam...!

Allah menciptakan manusia, pasti juga mengucapkan ’kun’. Dan proses penciptaan itu berlangsung selama sekitar 9 bulan di dalam rahim seorang ibu, dengan kecanggihan yang memiriskan hati siapa saja yang memahaminya. Bahwa, sel telur ibu dan sel telur bapak itu bergabung menjadi sebuah sel induk dalam waktu beberapa jam. Dan kemudian membelah secara sangat tertata menjadi sebuah embrio. Dan kemudian terus menyempurna menjadi seonggok daging, diberi tulang dan otot-otot, diberi jantung, paru, ginjal, pencernaan, darah, otak, mata, telinga, mulut, dan segala kesempurnaanya. Lantas terlahirlah sebagai makhluk hidup ke dunia.

Maka, masih layakkah kita mengatakan: untuk apa bercerita tentang proses penciptaan yang rumit-rumit? Bukankah Allah cukup mengatakan ’kun’ saja ketika menghendaki sesuatu? Oh sahabat, tidakkah kita ingin tahu bagaimana cara Tuhan bekerja menciptakan diri kita? Sehingga kita bisa berkata-kata. Sehingga kita bisa melihat dan mendengar? Sehingga kita bisa berpikir dan merasakan? Sehingga kita bisa berdoa dan bersyukur atas segala nikmat kepada Sang Maha Pencipta?

Allah sedang memancing kita untuk memahami Diri-Nya, tetapi kita tidak menghiraukan-Nya. Dan lebih suka berasyik masyuk dengan menghafal al Qur’an dan mengkhatamkan bekali-kali, tanpa menerapkan dalam kehidupan nyata...(?!)

Dia mengajari kita untuk memperhatikan unta, kita cuma membaca dan menghafalkan ayat-ayat unta. Dia mengajari kita untuk memperhatikan langit yang sedang meninggi, kita cuma manggut-manggut sambil melantunkan firman-Nya. Kita diperintah untuk meneliti bagaimana gunung-gunun ditegakkan oleh Allah, dan Bumi dihamparkan-Nya, kita pun masih asyik dengan lomba-lomba membaca al Quran belaka ...

QS. Al Ghaasyiyah ( 88): 17-20
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

QS. An Nahl (16): 79
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (ilmu Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.

QS. Az Zumar (39): 21
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.

QS. Luqman (31): 31
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (ilmu)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.

QS. Yaa siin (36): 77
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

QS. Ad Dzaariyaat (51): 20-21
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?

QS. Abasa (80): 24-31
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan.

QS. Al Mukmin (40): 21
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah.

Sahabat, kalimat ’kun’ adalah kalimat penciptaan yang luar biasa dahsyatnya yang menyebabkan seluruh dimensi ruang, waktu, materi, dan energi bergerak serentak untuk memenuhi perintah Allah. ’Materi dan energi’ serentak bergerak mewujudkan bentuk. Dan ’waktu’ bergerak merangkai proses. Sedangkan ’ruang’ bergerak untuk mewadahi seluruh proses itu. Maka, KUN bukanlah ’abrakadabra’, juga bukan ’sim salabim’.

Ia adalah sebuah kalimat perintah yang dengannya Allah memunculkan makhluk baru lewat cara kerja Sunnatullah yang luar biasa canggihnya. Dan kita diperintah untuk mempelajarinya, agar lebih kenal dengan Sang Maha Berilmu lagi Maha Bijaksana...

QS. Luqman (30): 27
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (dijadikan tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~


oleh Agus Mustofa pada 6 Desember 2010 pukul 13:32