Ada sebuah ‘kalimat sakti’ yang sering disalah-persepsi oleh
umat Islam. Yakni, kalimat ’KUN’ yang bermakna ’Jadilah’. Biasanya lantas diikuti dengan
kalimat ’fa yakun’, ’maka jadilah ia’. Kalimat ini adalah
kalimat yang banyak diceritakan dalam al Qur’an saat Allah berkehendak menciptakan
makhluk-Nya. Allah cukup mengatakan ’kun’ maka segala ciptaan-Nya mewujud.
Sayangnya, banyak diantara kita yang salah kaprah dalam memahaminya,
sehingga mempersepsi kalimat ini semacam kalimat ’Abrakadabra’ atau ’Sim
salabim’ yang diucapkan oleh para tukang
sulap. Dengan maksud, untuk mengatakan bahwa penciptaan makhluk itu terjadi tanpa
proses.
Sehingga karenanya, umat Islam lantas ’agak malas’ berpikir
untuk menyelidiki sunnatullah dan cara kerja Allah dalam menciptakan segala
sesuatu. Dan kemudian, ada yang sangat suka membuat ungkapan begini: ’Kalau Allah menghendaki, segala sesuatu
pastilah terjadi. Cukup dengan mengatakan KUN fa yakun. Jadilah semuanya. Gitu aja
kok repot...’’ :(
Ya memang sih,
mana ada kalau Allah menghendaki sesuatu lantas tidak terjadi. Tetapi dengan sikap
begini, umat Islam tidak akan memperoleh hikmah apa pun dari berbagai peristiwa
yang dihamparkan Allah di sekitarnya. Dan akan tetap sebagai umat ’terbelakang’,
sebagaimana 700 tahun terakhir ini. Padahal dulu, di zaman keemasan Islam pernah
memimpin peradaban dunia.
Saya pernah berada dalam satu panggung dengan seorang guru
besar agama, ahli tafsir lulusan Mesir, dalam sebuah acara peringatan Isra’ Mi’raj
di Surabaya. Awalnya, panitia meminta dia sebagai pembicara di urutan pertama, dan
saya sebagai pembicara di urutan kedua. Tetapi, dia ngotot
meminta kepada panitia untuk menjadi pembicara kedua, setelah saya. Awalnya,
saya tidak mengerti tujuannya.
Saya pikir: ‘ya
sudahlah. Masa begini aja jadi masalah’. Maka saya pun menjadi pembicara pertama
dan memberikan paparan selama 1 jam tentang hikmah Isra’ Mi’raj. Tentu saja saya
memberikan sudut pandang khas seperti biasanya: perpaduan antara ayat-ayat Qauliyah
dan Kauniyah. Saya mencoba menerangkan kejadian luar biasa itu dari sisi Sains.
Saya lihat sebagian besar hadirin menampakkan wajah bergairah mendengarkan paparan
tersebut, seperti harapan panitia.
Giliran kedua adalah sang Guru Besar. Dia memulai paparannya
dengan mengatakan: ’’Untuk apa kita sulit-sulit memahami kisah Isra’ Mi’raj dari
sudut pandang Sains? Pakai hitung-hitungan yang rumit segala. Padahal, bagi Allah
semua itu sangatlah mudah. Tinggal mengatakan ’Kun’ maka terjadilah segala yang
dikehendaki-Nya...’’ :(
Masya Allah, ternyata inilah maksud dia ingin menjadi pembicara setelah saya.
Ingin ’mengingatkan’ hadirin bahwa memahami al Qur’an nggak usah rumit-rumit berpikir scientific. Dan, karena acara tersebut
bukan forum diskusi, maka saya tidak bisa memberikan ulasan yang bersifat klarifikasi,
alias bertabayyun. Saya hanya bisa tersenyum kecut dan mengelus dada..
Ternyata, sang ahli tafsir ayat-ayat Qauliyah itu alergi terhadap
ayat-ayat Kauniyah yang terhampar di alam semesta. Padahal, bukankah keduanya adalah
Firman-firman Allah semata..?! Jika setingkat dia saja berpikiran seperti itu, tentu
tidak sedikit kalangan yang berpikiran demikian. Bahwa, kalimat ’KUN’ itu dipersepsi
sebagai kalimat abracadabra atau sim
salabim, yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Dan yang lebih memprihatinkan, ini akan membuat sebagian umat
Islam tidak ingin tahu ’cara kerja’ Allah dalam menciptakan segala. Juga, tidak
ingin tahu bagaimana peristiwa-peristiwa ini terjadi dan mewujud di alam semesta.
Sehingga, nantinya dia bisa mengambil hikmah dari ilmu-ilmu Allah untuk menentukan takdir
terbaik bagi dirinya.
QS. Yusuf (12): 104-105
... itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta
alam. Dan betapa banyaknya tanda-tanda (ilmu Allah) di langit dan di bumi yang
mereka melaluinya, sedang mereka tidak menghiraukannya.
Ya, sedemikian banyaknya hikmah bertaburan di sekeliling kita.
Sungguh sayang, jika kita tidak menghiraukannya. Menutup diri, seakan-akan kita
sudah menguasai seluruh ilmu Allah hanya dengan membaca al Qur’an, tanpa mencocokkannya
dengan realitas kehidupan sekitar. Padahal al Qur’an hanya bersifat ’petunjuk’,
sedangkan realitasnya ada di segala peristiwa kehidupan.
Tak ada gunanya belajar al Qur’an, khatam berulang kali, bahkan
sampai hafal pun, kalau tidak mewujud dalam perilaku sehari-harinya. Kita tahu ayat
tersebut, bahkan hafal, tetapi tidak menerapkan dalam kehidupan. Sebagai umat Islam
kita harus mempelajari ilmu Allah yang terhampar ini. Agar kita semakin mengenal
Diri-Nya. Dan mengagungkan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Perkasa, dalam arti sesungguhnya.
Sepenuh jiwa.
Allah menciptakan alam semesta hanya dengan mengatakan KUN.
Menciptakan seluruh isinya pun dengan kalimat ’kun’. Menciptakan malaikat, jin,
manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh benda mati, juga dengan kalimat ’kun’. Pokoknya
setiap berkehendak menciptakan apa saja, Dia cuma mengatakan ’kun’, maka ’jadilah’
semua itu sesuai dengan kehendak-Nya. Memang begitulah firman-Nya.
QS. An Nahl (16): 40
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan
kepadanya: "Kun (jadilah)",
maka jadilah ia.
Saya kira, ini adalah kalimat yang sudah populer di kalangan
umat Islam. Dan, hampir setiap kita tahu. Sayang jika kita mempersepsi kalimat ini
terlalu ’sederhana’. Dan membayangkan proses penciptaan lewat kata ’kun’ ini menjadi
seperti sebuah adegan sulap yang ditunjukkan oleh para tukang sulap di atas panggung.
Yakni: seketika, tanpa ada proses yang menyertainya.
Penciptaan lewat kata ’kun’ itu sungguh bukan suatu peristiwa
yang tanpa proses. Justru disinilah Allah sedang menunjukkan sunnatullah yang sangat
canggih. Marilah kita telusuri serba sedikit. Kata al Qur’an, setiap Dia menghendaki
sesuatu, Dia cukup mengatakan ’kun’, maka jadilah segalanya.
Sekarang marilah kita perhatikan, bagaimana cara Allah menciptakan
buah mangga. Apakah buah mangga itu diciptakan Allah lewat kalimat ’kun’? Tentu
saja, bukankah setiap mencipta, Dia selalu mengatakan ’kun’. Lantas, apa yang kita
lihat dalam realitas? Ternyata mewujudkan buah mangga itu butuh waktu bertahun-tahun.
Dimulai dari biji mangga yang ditanam oleh petani, disirami, disinari matahari,
dipupuk, dst, dlsb. Beberapa tahun kemudian barulah muncul buah mangga bergelayutan
di tangkai pohonnya...!
Bagaimana Allah menciptakan ayam? Pastilah Dia mengatakan ’kun’.
Lantas, lihatlah kenyataannya. Allah menjadikan sang induk ayam bertelur terlebih
dahulu. Kemudian telur dierami beberapa hari. Saat waktunya tiba, barulah keluar
anak ayam. Proses genetika yang terjadi di dalam telur ayam itu sendiri luar biasa
canggihnya. Anda perlu belajar ilmu biomolekuler terlebih dulu untuk bisa bercerita
detil tentang bagaimana cara Allah membuat ayam...!
Allah menciptakan manusia, pasti juga mengucapkan ’kun’. Dan
proses penciptaan itu berlangsung selama sekitar 9 bulan di dalam rahim seorang
ibu, dengan kecanggihan yang memiriskan hati siapa saja yang memahaminya. Bahwa,
sel telur ibu dan sel telur bapak itu bergabung menjadi sebuah sel induk dalam waktu
beberapa jam. Dan kemudian membelah secara sangat tertata menjadi sebuah embrio.
Dan kemudian terus menyempurna menjadi seonggok daging, diberi tulang dan otot-otot,
diberi jantung, paru, ginjal, pencernaan, darah, otak, mata, telinga, mulut, dan
segala kesempurnaanya. Lantas terlahirlah sebagai makhluk hidup ke dunia.
Maka, masih layakkah kita mengatakan: untuk apa bercerita tentang proses penciptaan
yang rumit-rumit? Bukankah Allah cukup
mengatakan ’kun’ saja ketika menghendaki sesuatu? Oh sahabat, tidakkah kita ingin
tahu bagaimana cara Tuhan bekerja menciptakan diri kita? Sehingga kita bisa berkata-kata.
Sehingga kita bisa melihat dan mendengar? Sehingga kita bisa berpikir dan merasakan?
Sehingga kita bisa berdoa dan bersyukur atas segala nikmat kepada Sang Maha Pencipta?
Allah sedang memancing kita untuk memahami Diri-Nya, tetapi
kita tidak menghiraukan-Nya. Dan lebih suka berasyik masyuk dengan menghafal al
Qur’an dan mengkhatamkan bekali-kali, tanpa menerapkan dalam kehidupan nyata...(?!)
Dia mengajari kita untuk memperhatikan unta, kita cuma membaca
dan menghafalkan ayat-ayat unta. Dia mengajari kita untuk memperhatikan langit yang
sedang meninggi, kita cuma manggut-manggut sambil melantunkan firman-Nya. Kita diperintah
untuk meneliti bagaimana gunung-gunun ditegakkan oleh Allah, dan Bumi dihamparkan-Nya,
kita pun masih asyik dengan lomba-lomba membaca al Quran belaka ...
QS. Al Ghaasyiyah ( 88): 17-20
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
QS. An Nahl (16): 79
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya
selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (ilmu Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
QS. Az Zumar (39): 21
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber
air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya
dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering
lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal.
QS. Luqman (31): 31
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya
kepadamu sebagian dari tanda-tanda (ilmu)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak
bersyukur.
QS. Yaa siin (36): 77
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang
yang nyata!
QS. Ad Dzaariyaat (51): 20-21
Dan di bumi itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?
QS. Abasa (80): 24-31
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya
Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan
sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran,
Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan.
QS. Al Mukmin (40): 21
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka.
Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka
disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab
Allah.
Sahabat, kalimat ’kun’ adalah kalimat penciptaan yang luar
biasa dahsyatnya yang menyebabkan seluruh dimensi ruang, waktu, materi, dan energi
bergerak serentak untuk memenuhi perintah Allah. ’Materi dan energi’ serentak bergerak
mewujudkan bentuk. Dan ’waktu’ bergerak merangkai proses. Sedangkan ’ruang’ bergerak
untuk mewadahi seluruh proses itu. Maka, KUN bukanlah ’abrakadabra’, juga bukan
’sim salabim’.
Ia adalah sebuah kalimat perintah yang dengannya Allah memunculkan makhluk
baru lewat cara kerja Sunnatullah yang luar biasa canggihnya. Dan kita diperintah
untuk mempelajarinya, agar lebih kenal dengan Sang Maha Berilmu lagi Maha Bijaksana...
QS. Luqman (30): 27
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi
pena dan laut (dijadikan tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah
(kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar