Selasa, 07 Desember 2010

SALAH KAPRAH - ‘KUN’ BUKANLAH ‘ABRAKADABRA’


Ada sebuah ‘kalimat sakti’ yang sering disalah-persepsi oleh umat Islam. Yakni, kalimat ’KUN’ yang bermakna ’Jadilah’. Biasanya lantas diikuti dengan kalimat ’fa yakun’, ’maka jadilah ia’. Kalimat ini adalah kalimat yang banyak diceritakan dalam al Qur’an saat Allah berkehendak menciptakan makhluk-Nya. Allah cukup mengatakan ’kun’ maka segala ciptaan-Nya mewujud.

Sayangnya, banyak diantara kita yang salah kaprah dalam memahaminya, sehingga mempersepsi kalimat ini semacam kalimat ’Abrakadabra’ atau ’Sim salabim’ yang diucapkan oleh para tukang sulap. Dengan maksud, untuk mengatakan bahwa penciptaan makhluk itu terjadi tanpa proses.

Sehingga karenanya, umat Islam lantas ’agak malas’ berpikir untuk menyelidiki sunnatullah dan cara kerja Allah dalam menciptakan segala sesuatu. Dan kemudian, ada yang sangat suka membuat ungkapan begini: ’Kalau Allah menghendaki, segala sesuatu pastilah terjadi. Cukup dengan mengatakan KUN fa yakun. Jadilah semuanya. Gitu aja kok repot...’’ :(

Ya memang sih, mana ada kalau Allah menghendaki sesuatu lantas tidak terjadi. Tetapi dengan sikap begini, umat Islam tidak akan memperoleh hikmah apa pun dari berbagai peristiwa yang dihamparkan Allah di sekitarnya. Dan akan tetap sebagai umat ’terbelakang’, sebagaimana 700 tahun terakhir ini. Padahal dulu, di zaman keemasan Islam pernah memimpin peradaban dunia.

Saya pernah berada dalam satu panggung dengan seorang guru besar agama, ahli tafsir lulusan Mesir, dalam sebuah acara peringatan Isra’ Mi’raj di Surabaya. Awalnya, panitia meminta dia sebagai pembicara di urutan pertama, dan saya sebagai pembicara di urutan kedua. Tetapi, dia ngotot meminta kepada panitia untuk menjadi pembicara kedua, setelah saya. Awalnya, saya tidak mengerti tujuannya.

Saya pikir: ‘ya sudahlah. Masa begini aja jadi masalah’. Maka saya pun menjadi pembicara pertama dan memberikan paparan selama 1 jam tentang hikmah Isra’ Mi’raj. Tentu saja saya memberikan sudut pandang khas seperti biasanya: perpaduan antara ayat-ayat Qauliyah dan Kauniyah. Saya mencoba menerangkan kejadian luar biasa itu dari sisi Sains. Saya lihat sebagian besar hadirin menampakkan wajah bergairah mendengarkan paparan tersebut, seperti harapan panitia.

Giliran kedua adalah sang Guru Besar. Dia memulai paparannya dengan mengatakan: ’’Untuk apa kita sulit-sulit memahami kisah Isra’ Mi’raj dari sudut pandang Sains? Pakai hitung-hitungan yang rumit segala. Padahal, bagi Allah semua itu sangatlah mudah. Tinggal mengatakan ’Kun’ maka terjadilah segala yang dikehendaki-Nya...’’ :(

Masya Allah, ternyata inilah maksud dia ingin menjadi pembicara setelah saya. Ingin ’mengingatkan’ hadirin bahwa memahami al Qur’an nggak usah rumit-rumit berpikir scientific. Dan, karena acara tersebut bukan forum diskusi, maka saya tidak bisa memberikan ulasan yang bersifat klarifikasi, alias bertabayyun. Saya hanya bisa tersenyum kecut dan mengelus dada..

Ternyata, sang ahli tafsir ayat-ayat Qauliyah itu alergi terhadap ayat-ayat Kauniyah yang terhampar di alam semesta. Padahal, bukankah keduanya adalah Firman-firman Allah semata..?! Jika setingkat dia saja berpikiran seperti itu, tentu tidak sedikit kalangan yang berpikiran demikian. Bahwa, kalimat ’KUN’ itu dipersepsi sebagai kalimat abracadabra atau sim salabim, yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

Dan yang lebih memprihatinkan, ini akan membuat sebagian umat Islam tidak ingin tahu ’cara kerja’ Allah dalam menciptakan segala. Juga, tidak ingin tahu bagaimana peristiwa-peristiwa ini terjadi dan mewujud di alam semesta. Sehingga, nantinya dia bisa mengambil hikmah dari ilmu-ilmu Allah untuk menentukan takdir terbaik bagi dirinya.

QS. Yusuf (12): 104-105
... itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam. Dan betapa banyaknya tanda-tanda (ilmu Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka tidak menghiraukannya.

Ya, sedemikian banyaknya hikmah bertaburan di sekeliling kita. Sungguh sayang, jika kita tidak menghiraukannya. Menutup diri, seakan-akan kita sudah menguasai seluruh ilmu Allah hanya dengan membaca al Qur’an, tanpa mencocokkannya dengan realitas kehidupan sekitar. Padahal al Qur’an hanya bersifat ’petunjuk’, sedangkan realitasnya ada di segala peristiwa kehidupan.

Tak ada gunanya belajar al Qur’an, khatam berulang kali, bahkan sampai hafal pun, kalau tidak mewujud dalam perilaku sehari-harinya. Kita tahu ayat tersebut, bahkan hafal, tetapi tidak menerapkan dalam kehidupan. Sebagai umat Islam kita harus mempelajari ilmu Allah yang terhampar ini. Agar kita semakin mengenal Diri-Nya. Dan mengagungkan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Perkasa, dalam arti sesungguhnya. Sepenuh jiwa.

Allah menciptakan alam semesta hanya dengan mengatakan KUN. Menciptakan seluruh isinya pun dengan kalimat ’kun’. Menciptakan malaikat, jin, manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh benda mati, juga dengan kalimat ’kun’. Pokoknya setiap berkehendak menciptakan apa saja, Dia cuma mengatakan ’kun’, maka ’jadilah’ semua itu sesuai dengan kehendak-Nya. Memang begitulah firman-Nya.

QS. An Nahl (16): 40
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "Kun (jadilah)", maka jadilah ia.

Saya kira, ini adalah kalimat yang sudah populer di kalangan umat Islam. Dan, hampir setiap kita tahu. Sayang jika kita mempersepsi kalimat ini terlalu ’sederhana’. Dan membayangkan proses penciptaan lewat kata ’kun’ ini menjadi seperti sebuah adegan sulap yang ditunjukkan oleh para tukang sulap di atas panggung. Yakni: seketika, tanpa ada proses yang menyertainya.

Penciptaan lewat kata ’kun’ itu sungguh bukan suatu peristiwa yang tanpa proses. Justru disinilah Allah sedang menunjukkan sunnatullah yang sangat canggih. Marilah kita telusuri serba sedikit. Kata al Qur’an, setiap Dia menghendaki sesuatu, Dia cukup mengatakan ’kun’, maka jadilah segalanya.

Sekarang marilah kita perhatikan, bagaimana cara Allah menciptakan buah mangga. Apakah buah mangga itu diciptakan Allah lewat kalimat ’kun’? Tentu saja, bukankah setiap mencipta, Dia selalu mengatakan ’kun’. Lantas, apa yang kita lihat dalam realitas? Ternyata mewujudkan buah mangga itu butuh waktu bertahun-tahun. Dimulai dari biji mangga yang ditanam oleh petani, disirami, disinari matahari, dipupuk, dst, dlsb. Beberapa tahun kemudian barulah muncul buah mangga bergelayutan di tangkai pohonnya...!

Bagaimana Allah menciptakan ayam? Pastilah Dia mengatakan ’kun’. Lantas, lihatlah kenyataannya. Allah menjadikan sang induk ayam bertelur terlebih dahulu. Kemudian telur dierami beberapa hari. Saat waktunya tiba, barulah keluar anak ayam. Proses genetika yang terjadi di dalam telur ayam itu sendiri luar biasa canggihnya. Anda perlu belajar ilmu biomolekuler terlebih dulu untuk bisa bercerita detil tentang bagaimana cara Allah membuat ayam...!

Allah menciptakan manusia, pasti juga mengucapkan ’kun’. Dan proses penciptaan itu berlangsung selama sekitar 9 bulan di dalam rahim seorang ibu, dengan kecanggihan yang memiriskan hati siapa saja yang memahaminya. Bahwa, sel telur ibu dan sel telur bapak itu bergabung menjadi sebuah sel induk dalam waktu beberapa jam. Dan kemudian membelah secara sangat tertata menjadi sebuah embrio. Dan kemudian terus menyempurna menjadi seonggok daging, diberi tulang dan otot-otot, diberi jantung, paru, ginjal, pencernaan, darah, otak, mata, telinga, mulut, dan segala kesempurnaanya. Lantas terlahirlah sebagai makhluk hidup ke dunia.

Maka, masih layakkah kita mengatakan: untuk apa bercerita tentang proses penciptaan yang rumit-rumit? Bukankah Allah cukup mengatakan ’kun’ saja ketika menghendaki sesuatu? Oh sahabat, tidakkah kita ingin tahu bagaimana cara Tuhan bekerja menciptakan diri kita? Sehingga kita bisa berkata-kata. Sehingga kita bisa melihat dan mendengar? Sehingga kita bisa berpikir dan merasakan? Sehingga kita bisa berdoa dan bersyukur atas segala nikmat kepada Sang Maha Pencipta?

Allah sedang memancing kita untuk memahami Diri-Nya, tetapi kita tidak menghiraukan-Nya. Dan lebih suka berasyik masyuk dengan menghafal al Qur’an dan mengkhatamkan bekali-kali, tanpa menerapkan dalam kehidupan nyata...(?!)

Dia mengajari kita untuk memperhatikan unta, kita cuma membaca dan menghafalkan ayat-ayat unta. Dia mengajari kita untuk memperhatikan langit yang sedang meninggi, kita cuma manggut-manggut sambil melantunkan firman-Nya. Kita diperintah untuk meneliti bagaimana gunung-gunun ditegakkan oleh Allah, dan Bumi dihamparkan-Nya, kita pun masih asyik dengan lomba-lomba membaca al Quran belaka ...

QS. Al Ghaasyiyah ( 88): 17-20
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

QS. An Nahl (16): 79
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (ilmu Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.

QS. Az Zumar (39): 21
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.

QS. Luqman (31): 31
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (ilmu)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.

QS. Yaa siin (36): 77
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

QS. Ad Dzaariyaat (51): 20-21
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?

QS. Abasa (80): 24-31
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan.

QS. Al Mukmin (40): 21
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah.

Sahabat, kalimat ’kun’ adalah kalimat penciptaan yang luar biasa dahsyatnya yang menyebabkan seluruh dimensi ruang, waktu, materi, dan energi bergerak serentak untuk memenuhi perintah Allah. ’Materi dan energi’ serentak bergerak mewujudkan bentuk. Dan ’waktu’ bergerak merangkai proses. Sedangkan ’ruang’ bergerak untuk mewadahi seluruh proses itu. Maka, KUN bukanlah ’abrakadabra’, juga bukan ’sim salabim’.

Ia adalah sebuah kalimat perintah yang dengannya Allah memunculkan makhluk baru lewat cara kerja Sunnatullah yang luar biasa canggihnya. Dan kita diperintah untuk mempelajarinya, agar lebih kenal dengan Sang Maha Berilmu lagi Maha Bijaksana...

QS. Luqman (30): 27
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (dijadikan tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~


oleh Agus Mustofa pada 6 Desember 2010 pukul 13:32


Tidak ada komentar:

Posting Komentar