Rabu, 25 Januari 2012

KETIKA SAINS TAK PERNAH BISA MENJAWAB: ‘KENAPA’ ~ SEKULARISME vs KETAUHIDAN ILMU (1) ~

oleh Agus Mustofa pada 24 Januari 2012 pukul 17:51

Kenapa ada alam semesta?
Ya, pokoknya sudah ada ‘begini’ dengan sendirinya. 

Kenapa Ada pria dan wanita? Ya, pokoknya alam semesta ‘ingin’ mengadakan laki-laki dan perempuan. 

Kenapa ada manusia di muka bumi? Ya, pokoknya ‘ada’ karena seleksi alam. 

Kenapa planet bumi ini demikian ideal untuk memunculkan kehidupan, sementara di planet lain tidak diketemukan sampai sekarang? Ya, pokoknya bumi ini ‘cocok’ dan memenuhi syarat-syarat munculnya makhluk hidup..!

Hhhh.., barangkali ribuan pertanyaan ‘kenapa’ lagi yang akan dijawab ‘pokoknya’ oleh ilmu pengetahuan. Anda masih bisa menambah daftar pertanyaan itu sekreatif Anda. Misalnya, kenapa makhluk hidup kok bernafas pakai oksigen, kok nggak Nitrogen saja? Bukankah jumlah nitrogen di planet ini jauh lebih banyak dibandingkan oksigen? Kenapa kita hidup? Kenapa kita mesti mati? Kenapa kita punya kepala, mata telinga, hidung, lidah, jantung, paru-paru, dan sebutlah apa saja..! Sains tidak akan pernah bisa menjawabnya dengan tuntas. Ia akan berputar-putar semakin membingungkan… :(

Sejarah sains sudah membuktikan semua itu. Ia tidak pernah bisa menjawab misteri realitas ini dengan tuntas. Dan selalu berujung pada ‘ketidaktahuan’. Belajar makrokosmos lewat ilmu Astronomi, Kosmologi, Astrofosika, Astrobiologi misalnya, Anda akan DITANTANG oleh ketidak tahuan yang Maha Dashyat.

Dari segi ukuran alam semesta saja, manusia sudah demikian naifnya. Sebutir debu yang SOMBONG dan MENGGELIKAN, yang bermimpi menaklukkan alam semesta yang diameternya puluhan miliar tahun cahaya. Dan tidak diketahui tepinya sampai saat ini. Kecuali cuma mengira-ngira dari kejauhan. Data-data valid yang disombongkan oleh Sains bakal ‘ketemu batunya’ di alam semesta. Karena, usia manusia tidak cukup untuk mengarungi dan mengambil sampelnya.

Jangankan usia manusia, usia seluruh peradaban manusia pun tidak cukup untuk memahami alam semesta ini. Usia peradaban manusia cuma berorde ‘ribuan’ tahun. Ruang alam semesta butuh eksplorasi selama miliaran tahun. Hanya manusia yang tak tahu diri yang bisa menyombongkan SAINS sebagai segala-galanya.

Tanyakanlah kepada jagoan sains mana pun: dimanakah tepi alam semesta ini? Bentuknya seperti apa? Ukurannya seberapa? Dimensinya berapa? Dari mana asalnya, dan kelak akan kemana? Maka jawabannya tak akan pernah tuntas. Kenapa? Karena, sang ilmuwan itu tak punya kemampuan untuk mengarungi ruang dan waktu, MENYAKSIKAN sendiri evidences yang diharapkan. Sains telah berada di ‘ambang batas’ kedigdayaannya, dimana di balik itu ia sudah tidak mampu ‘berkata-kata’ lagi. Kecuali ‘menunggu’, ‘menduga’, ‘mengira’, ‘berharap’ ‘berspekulasi’, dan semacamnya, yang mengingkari kepongahan sains sendiri, bahwa  segala sesuatu harus berdasar evidences… ;)

Bukan hanya soal RUANG maha raksasa yang mewadahi alam semesta, melainkan juga soal WAKTU yang memenjarakan segala realitas ini bergerak menuju kehancurannya. Karena 'gerakan waktu' yang tak bisa dikendalikan oleh saintis manapun itulah, alam semesta bakal menuju kehancurannya. Semakin lama semakin tua, dan kemudian mati. Lagi-lagi ilmuwan yang ‘hebat-hebat’ itu tak mampu berkata apa-apa tentang kemisteriusan dimensi waktu. Kenapa? Ya, karena dimensi waktu ini terikat ke dimensi ruang, dimana ruangnya tak ketahuan batasnya. Jadi, bagaimana mungkin para ilmuwan itu bisa tahu ‘dulu’ dan ‘nanti’, kalau ia pun tidak pernah tahu ‘disana’ dan ‘disitu’.

Bukan hanya di skala makrosmos yang ‘nggegirisi’, di skala mikrokosmos pun tak kalah ‘mengerikan’. Materi yang dulu diduga tersusun dari atom sebagai benda terkecil itu, kini semakin menunjukkan ‘sifat aslinya’ yang membingungkan. Ternyata ia tersusun dari partikel-partikel yang lebih kecil, lebih kecil, dan lebih kecil lagi.

Yang di level elektron saja sudah memunculkan dualitas antara materi dan energi (gelombang). Dan di skala lebih kecil lagi memunculkan ‘teori ketidakpastian’, sehingga ilmuwan tidak pernah bisa menentukan lokasi sebuah partikel bersamaan dengan kecepatannya. Kecuali hanya ‘menebak-nebak’ secara statistik belaka. Lagi-lagi sains terbentur pada tembok ‘kepongahannya’ sendiri dalam hal evidence.

Belum lagi masalah kehidupan yang penuh dengan misteri. Tanyakanlah kepada jagoan biologi mana pun, kenapa sebutir telur ayam bisa menetas dan memunculkan kehidupan setelah dierami. Darimanakah munculnya kehidupan itu? Tolong kasih ‘bukti’ darimana sumber kehidupannya? Dan kenapa telur lainnya dari induk yang sama kok tidak menetas dan memunculkan kehidupan? Apakah alam ini hidup, sehingga bisa ‘menularkan’ kehidupannya kepada seonggok protein dan lemak yang ada di dalam cangkang telur itu? Padahal, konon kabarnya, para pengingkar Tuhan ‘tidak percaya’ kalau alam semesta ini adalah ‘organisme hidup’.

Dan seterusnya, dan lain sebagainya. Demikian banyak ‘bukti-bukti empiris’ yang justru menegaskan bahwa sains bukan segala-galanya. Tetapi, jangan lantas Anda menuding saya sebagai anti sains. Oh, malah sebaliknya, saya gandrung sekali. Dan juga, jangan lantas mengatakan Sains itu tidak berguna. Ouh, sebaliknya, sangat-sangat berguna. Karena telah terbukti banyak membantu manusia dalam mengatasi berbagai masalah hidupnya untuk menjadi lebih baik. Tapi, sekali lagi, bukan segala-galanya.

Maka, kegagalan sains bakal membawanya ke dua pilihan. Yang pertama, membiarkannya dalam kemisteriusan, sambil mengatakan: itu sudah DI LUAR kemampuan SAINS. Sehingga muncullah istilah-istilah pseudo-science – karena sains sudah tak mampu menjangkaunya dengan bukti-bukti. Atau, istilah paranormal, karena dianggap sudah keluar dari kelaziman. Atau metafisika, karena sudah tak mampu dijelaskan lagi oleh Fisika, dan lain sebagainya.

Pilihan yang kedua, kegagalan sains akan mendorongnya berlindung ke ranah filosofis, yang dari ‘rahimnya’ sains dilahirkan. Disinilah mereka ‘melarikan diri’ dari ketidak berdayaannya mengungkap realitas yang semakin misterius. Karena, setiap penemuan saintifik selalu memunculkan misteri baru yang lebih rumit. Tapi, cermatilah sejarah filsafat. Para filsuf sejak zaman dahulu kala sampai sekarang pun berputar-putar kebingungan, tak menemukan jawabannya. Kecuali mengakhirinya dengan ‘dugaan’, ‘perkiraan’, ‘harapan’, dan ‘spekulasi’ tanpa bukti.

Disinilah peran agama memberikan kepastian. Perhatikanlah ayat-ayat Qur’an yang memiliki kekuatan ‘klaim’ yang sangat besar. Bukan dogma, apalagi  doktrin. Al Qur’an tidak pernah memaksa-maksa siapa pun untuk beriman. Kalau ada yang berpendapat bahwa Islam melakukan paksaan kepada umat dalam menjalani agamanya, pasti orang itu BELUM KENAL Islam. Dia mengira Islam seperti agama-agama lain yang dikenalnya. Yang disampaikan lewat dogma dan doktrin.

QS. Al Baqarah (2): 256
TIDAK ada PAKSAAN dalam beragama (Islam); sesungguhnya TELAH JELAS jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut (tuhan selain Allah) dan BERIMAN kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

QS. Yunus (10): 99-100
Dan JIKA Tuhanmu MENGHENDAKI, pastilah BERIMAN semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) MEMAKSA manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?

Kurang eksplisit bagaimanakah firman Allah ini? Bahwa, TIDAK ADA paksaan dalam Islam. Tidak ada dogma dan doktrin. Yang ada ialah tabayun alias KLARIFIKASI atas firman-firman Allah. Karena, sebagaimana ayat di atas, SUDAH JELAS antara kebaikan dan keburukan, antara kebenaran dan kejahatan, antara yang bermanfaat dan yang membawa mudharat. Umat Islam diperintahkan untuk menggunakan AKAL dalam beragama.

Tetapi, bahwa Al Qur’an melakuan ‘klaim-klaim’ yang sangat provokatif itu memang benar adanya. Agar umat manusia MENOLEH. Apalagi, yang hatinya sudah KERAS seperti batu. Mulai dari klaim kebenaran kitab sucinya, kebenaran Nabinya, sampai kebenaran Tuhannya. Bukan memaksa, tetapi memancing manusia untuk memikirkannya. Berikut ini adalah sebagian kecil tantangan al Qur’an kepada manusia.

QS. An Nisaa’ (4): 82
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat PERTENTANGAN yang banyak di dalamnya.

QS. Al Baqarah (2): 23
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), BUATLAH satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

QS. Yunus (10): 37
TIDAK MUNGKIN Al Qur'an ini dibuat oleh selain Allah; (kitab ini) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, TIDAK ada KERAGUAN di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.

QS. Al A’raaf (7): 158
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah UTUSAN Allah kepadamu semua, yaitu ALLAH yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; TIDAK ADA Tuhan  SELAIN Dia, Yang MENGHIDUPKAN dan MEMATIKAN, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

Dan sebagainya, Al Qur’an berisi ‘klaim-klaim’ yang membelalakkan mata. Tetapi bukan untuk memaksa, melainkan ‘menantang’ untuk dibuktikan. Bagaimana cara membuktikannya? Tentu saja dengan ilmu-ilmu yang berkembang seiring peradaban manusia. Yaa ilmu sejarah, ilmu bahasa, ilmu biologi, fisika, astronomi, matematika, kimia, kedokteran, biomolekuler, dan ilmu apa saja yang bisa digunakan untuk ‘membuktikan’ kebenaran Al Qur’an.

Bukan ‘rebutan mengklaim’ sains, seperti yang dituduhkan. Karena perintah untuk berilmu pengetahuan itu adalah sebuah KENISCAYAAN di dalam agama Islam. Dan pelakunya tidak harus orang Islam. Di zaman keemasan Islam para pelaku kelilmuan itu adalah orang-orang Islam. Tetapi, di zaman sesudahnya memang SDM Islam mengalami kemunduran yang sangat memprihatinkan. Tetapi, itu tidak serta merta menjadikan AGAMA Islam lantas ‘merebut-rebut’ sains… :(

Tentu ini sudut pandang yang sangat keliru. Karena puluhan bahkan ratusan ayat di dalam Al Qur’an justru mendorong umat Islam untuk menguasai sains. Sebagaimana sudah saya tulis dalam puluhan buku yang saya terbitkan. Untuk apa? Bukan untuk ‘berpongah-pongah’ dengan sains yang serba terbatas itu. Melainkan untuk membuktikan dan menyadari ‘betapa kecil’ dan ‘ringkihnya’ manusia, dan betapa Maha Hebatnya Allah Sang Penguasa Jagat Semesta dengan segala Ilmu-Nya. Islam mengajari umatnya untuk ‘mentauhidkan’ ilmu pengetahuan agar mengenal dan tunduk pada Keagungan-Nya…!

QS. Ath Thalaaq (65): 12
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, AGAR kamu MENGETAHUI bahwasanya Allah MAHA BERKUASA atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ILMU-Nya benar-benar MELIPUTI segala sesuatu.


~ Salam Mentauhidkan Ilmu Pengetahuan ~

Minggu, 22 Januari 2012

KETIKA RUH BERTEMU DENGAN ‘KUALITAS RUH’ ~ ‘MENGINTIP’ EKSISTENSI RUH (6-habis) ~

oleh Agus Mustofa pada 21 Januari 2012 pukul 8:20

Ada 13 kali Al Qur’an menyebut tentang ‘Ruh’.
Yang 7 kali untuk menceritakan Ruh pada manusia.
Yang 3 kali menggambarkan Ruh terkait dengan malaikat.
Yang 1 kali untuk menyebut Al Qur’an sebagai Ar ruh.
Dan yang 2 kali menggunakan istilah Ruh dengan makna ‘Rahmat’.

Yang bercerita tentang ruh manusia itu terdapat pada ayat-ayat berikut ini:
QS. Al Hijr [15] : 29
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

QS. Al Anbiyaa [21] : 91
Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh) nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.

QS. An Nisa [4] : 171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.

QS. Al Israa [17] : 85
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

QS. As Sajdah [32] : 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

QS. Shaad [38] : 72
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".

QS. At Tahriim [66] : 12.
dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat. 

Sedangkan yang terkait dengan malaikat adalah ayat-ayat:
QS. An Naba’ [78] : 38
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.

QS. Maryam [19] : 17
maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.

QS. An Nahl [16] : 102
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Yang terkait dengan Al Qur’an

QS. Asy Syura [42] : 52
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Ruh (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Dan yang bermakna ‘rahmat Allah’ diulang dua kali dalam di

QS. 12: 87
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Maka, secara umum kita bisa memperoleh kesimpulan yang cukup menarik dari ayat-ayat tersebut di atas, dengan ringkasan sebagai berikut.

1.   Allah tidak pernah menggunakan kata ‘menciptakan’ Ruh. Melainkan langsung menggunakan kata ganti kepemilikan terhadap Ruh: Ruuhii (Ruh-Ku), Ruuhina (Ruh-Kami), dan Ruuhihi (Ruh-Nya), yang kemudian ditiupkan kepada manusia, sehingga terimbas oleh Sifat-Sifat-Nya.

2.   ‘Firman’ Allah ternyata disebut dengan istilah Ar Ruh juga. Sayangnya di Al Qur’an keluaran Depag diterjemahkan sebagai ‘wahyu’, sehingga kalimatnya menjadi: ‘…mewahyukan wahyu..’ Padahal aslinya adalah: ‘…auhayna ilaika ruuhan…’ yang mestinya diterjemahkan: ‘… Kami wahyukan kepadamu Ruh (al Qur’an)…’

QS. Asy Syuura (42): 52
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ‘wahyu’ (ruuhan) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk (manusia) ke jalan yang lurus.

3.   Sebutan Ar Ruh juga disematkan kepada malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu berupa Firman Allah (Al Qur’an) yang juga disebut Ar Ruh itu. Sehingga terjadi korelasi yang sangat menarik antara Allah Sang ‘Pemilik Ruh’ yang mewahyukan Ar Ruh (firman-Nya), lewat malaikat Jibril yang juga disebut Ruh al Quds.

QS. An Nahl (16): 102
Katakanlah: "Ruh al Quds menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

4.   Dan lebih menarik lagi, bahwa di dalam diri manusia ada ‘Ar Ruh’ juga. Yakni, Ruh-Nya yang telah dihembuskan ke dalam diri kita sebagai potensi dasar kehidupan, yang membawa Sifat-sfat Ketuhanan. Ruh dalam skala kemanusiaan inilah yang menjadi standar kesucian jiwa manusia. Siapa saja yang bisa mensucikan jiwanya, maka ia telah memproses jiwanya menuju kualitas Ruhiyah. Dan siapa saja mengotori jiwanya dengan dosa-dosa, maka ia sedang menggiring jiwanya ke kualitas badaniyah.

QS. Asy Syams (91): 9-10
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya (ke arah kualitas ruhiyah), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (ke arah kualitas badaniyah).

5.   Jadi turunnya wahyu Allah yang berkualitas Ruh (Al Qur’an) itu hanya bisa dibawa oleh Ruh (Jibril), kepada orang-orang yang mensucikan jiwanya menuju kualitas Ruh. Disinilah terjadi kondisi matching antara wahyu – malaikat – manusia suci. Ini juga menjadi penegas, bahwa wahyu Allah yang suci hanya akan turun kepada orang-orang yang mensucikan dirinya saja. Misalnya, para Nabi. Atau, Siti Maryam saat mensucikan dirinya sehingga didatangi oleh malaikat Jibril dan menyampaikan kalimat-Nya. Dan dilanjutkan dengan masuknya Ar Ruh ke dalam rahim Siti Maryam.

QS. At Tahrim (66): 12
Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kesuciannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.

QS. An Nisaa’ (4): 171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan Ruh-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara

6.   Yang juga sangat menarik, istilah Ruh digunakan pula untuk menggambarkan rahmat Allah. Salah satu sifat Allah yang paling banyak disebut di dalam Al Qur’an, dan kemudian terurai menjadi sifat Rahman dan Rahim, alias Kasih dan Sayang.

QS. Yusuf (12): 87
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah (ruuhillah). Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah(ruuhillah), melainkan kaum yang ingkar.

7.   Maka, kita bisa merangkum seluruh pemahaman terhadap Ruh itu secara holistik. Bahwa, orang-orang yang ingin bertemu Allah Sang Pemilik Ruh, sebenarnya telah diberi jalan lewat jalur ‘Ar Ruh’. Yakni, Firman-firman-Nya di dalam Al Qur’an Al Karim. Caranya, adalah dengan mensucikan Jiwa kita menuju kualitas Ruh yang sudah ada di dalam diri kita terlebih dahulu.

Sucikanlah jiwa dari segala perbuatan dosa, sambil membaca dan memahami Al Qur’an untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka Allah akan mendatangkan malaikat Ruh al Quds untuk menyampaikan hikmah-hikmah yang terkandung di dalam Firman-firman-Nya, dihunjamkan ke dalam jiwa kita. Inilah yang terjadi pada sebuah malam yang mulia di Bulan Ramadan, yakni Lailatul Qadr, sebagai simbol proses pensucian diri manusia ‘mendekati’ kualitas Ruhnya.

Di bulan turunnya al Qur’an itu, orang-orang yang beriman diperintakan untuk berpuasa agar mengalami proses pensucian diri selama sebulan penuh. Sepanjang bulan kita dianjurkan untuk membaca dan menelaah Al Qur’an. Dan khusus di akhir-akhir Ramadan diintensifkan dengan i’tikaf. Maka, di akhir Ramadan Allah akan menurunkan para malaikat yang mengiringi Ar Ruh (Jibril) untuk membawa isi kandungan Ar Ruh (Al Qur’an), kepada jiwa-jiwa suci yang telah mendekati kualitas Ruh di dalam dirinya sendiri. Sehingga bertemulah Sang Ruh dengan jiwa manusia yang telah 'mendekati' kualitas Ruh-Nya, dalam skala kemanusiaan. Itulah saat-saat ruh kemanusiaan kita memendarkan Sifat-sifat Ruh Sejati yang penuh kemuliaan..!

QS. Al Qadr (97): 1-7
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ar Ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.


~ Salam Mengintip Eksistensi Ruh ~

Sabtu, 21 Januari 2012

BERKOMUNIKASI LEWAT ALAM BAWAH SADAR ~ ‘MENGINTIP’ EKSISTENSI RUH (5) ~

oleh Agus Mustofa pada 20 Januari 2012 pukul 8:48

PERNAHKAH Anda ‘berbicara’ dengan teman Anda lewat alam bawah sadar? Atau lebih tepatnya, 'berkomunikasi' secara bawah sadar. Sebuah komunikasi tanpa kata, tetapi ‘lawan bicara’ Anda mengerti apa yang Anda maksudkan. Saya kira hampir semua kita pernah.

Ada yang berkomunikasi lewat pandangan mata. Ada yang berkomunikasi lewat bahasa tubuh. Bahkan ada yang berkomunikasi tanpa melihat mata ataupun bahasa tubuh, melainkan lewat ‘perasaan’ saja. Saat hal itu terjadi, Anda tidak sedang berkomunikasi menggunakan pikiran sadar yang bertumpu pada logika dan rasionalitas, melainkan dengan pikiran bawah sadar yang mengandalkan ‘perasaan’.

Ada dua orang sahabat karib yang saling memandang, tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal. Menurut Anda, dia menggunakan bahasa logika ataukah bahasa perasaan? Atau, ada seorang kawan dekat bercerita pengalamannya yang menarik, tetapi sebelum selesai menyampaikan, Anda sudah memotongnya, ’’Cukup, cukup, bwahhaha…, Aku sudah mengerti maksudmu..!’’ Menurut Anda itu mekanisme sadar atau bawah sadar?

Saya sendiri sering menyanyikan suatu lagu yang sama dengan yang dinyanyikan isteri, tanpa sengaja. Dalam sebuah perjalanan mengendarai mobil, tiba-tiba saya menyanyikan sebuah lagu favourite saya. Uniknya, dalam waktu sama istri saya juga menyanyikan lagu itu, pada bait yang sama, dengan nada dasar yang sama, bersamaan pula. Menurut Anda itu, mekanisme sadar ataukah bawah sadar?

Kasus begini sangat banyak terjadi di sekitar kita. Bisa antara kawan dekat, antara suami isteri, antara ibu dan anak, antara sepasang kekasih, antara saudara, dan orang-orang yang memiliki kedekatan psikologis. Kenapa ini bisa terjadi? Inilah yang disebut ‘resonansi energial’ itu. Tidak lewat panca indera, lantas ke otak. Melainkan lewat lorong energi antara Jantung-Otak, dan langsung ditangkap sistem limbik di otak tengah.

Cara kerjanya jauh lebih cepat dibandingkan dengan kerja pikiran sadar. Jika Anda menggunakan pikiran sadar, maka mekanismenya menjadi begini: sebuah ‘cerita lucu’ didengar oleh telinga, kemudian diubah menjadi gelombang listrik oleh gendang telinga dan perangkat telinga bagian dalam, lantas diteruskan ke pusat pendengaran di otak. Sinyal listrik di pusat pendengaran itu kemudian disebarkan ke seluruh bagian otak untuk dibandingkan dengan memori tentang ‘kelucuan’. Jika sinyal itu cocok dengan memori lucu yang tersimpan di otak, maka otak memperoleh persepsi ‘lucu’. Dan lantas memerintahkan organ-organ dan kelenjar yang terkait dengan tertawa. Mungkin sambil mengeluarkan air mata, ‘ginjal-ginjal’ alias jingkrak-jingkrak, dan lain sebagainya, dan seterusnya.

Wah, ‘lambat’ sekali..! Apalagi, kalau lantas didahului proses berpikir secara logis-rasional: ‘’ini lucu apa nggak ya secara rasional..?! Atau: ‘’masuk akal nggak ya kalau cerita ini disebut lucu..?! Dan logis nggak ya, kalau aku tertawa..??!’’ Waduuhh, tambah semakin lambat aja, hhehe..!

Meskipun, itu hanya terjadi dalam orde detik. Tetapi, itu jauh kalah cepat dibandingkan dengan proses bawah sadar yang menggunakan perasaan. Perbandingannya sekitar 200 ribu kali lipat. Pikiran sadar hanya bisa mengolah data maksimum sekitar 10 bit secara bersamaan. Sedangkan alam bawah sadar bisa mengelola data sampai 2 juta bit secara bersamaan.

Mekanisme bawah sadar bekerja secara spontan. Mirip orang yang fobia kecoa, lantas dilempari kecoa. Spontan dia akan menjerit dan berlari ketakutan. Begitulah cara kerja alam bawah sadar. Nggak pakai mikir, nggak pakai rasio, nggak pakai logika. Yang ada hanya imajinasi dan perasaan yang bersifat ‘emosional’. Negatif maupun positif.

Mekanisme spontan seperti itulah yang terjadi dalam komunikasi perasaan. Atau komunikasi bawah sadar. Pusat mekanisme tidak di permukaan otak, melainkan berada di lorong energi ‘poros otak-jantung’. Kesamaan frekuensi menjadi landasan utama terjadinya komunikasi bawah sadar itu. Cara kerjanya, mirip dengan pemancar radio dengan pesawat radionya.

Jika Anda memutar tombol radio (jenis radio lama), atau searching secara digital (jenis radio baru), maka itu artinya Anda sedang menyamakan frekuensi pesawat radio Anda dengan stasiun pemancar. Ketika frekuensi sudah matching, maka seluruh informasi yang dipancarkan oleh stasiun radio akan sampai ke pesawat radio Anda. Sangat sederhana, bukan..? Kuncinya, hanya pada kesamaan frekuensi, maka terjadilah resonansi.

Ini juga mirip dengan dua gitar yang disetem sama nada-nada senarnya. Jika dua gitar itu didekatkan, lantas dipetik salah satunya, maka gitar yang lain akan ikut bergetar meskipun tidak dipetik. Itulah resonansi alias imbas getaran. Yang demikian ini akan terjadi juga pada alat-alat musik lainnya yang memiliki tabung resonansi, misalnya alat tiup, atau gong, dan semacamnya. Tabung resonansi itu bakal bergetar-getar seiring dengan frekuensi apa saja yang ada di sekitarnya, asalkan frekuensinyamatching.

Begitulah cara kerja lorong energi di poros Otak-Jantung. Yang dengannya seseorang bisa melakukan komunikasi bawah sadar. Dengan menggunakan perasaan. Gelombang otak yang kekuatan medan magnetiknya hanya sekitar 10^(-13) Tesla akan menjadi ratusan kali lebih kuat jika diproyeksikan ke gelombang jantung yang memiliki medan magnet 5^(-11) Tesla. Dengan kata lain, perasaan yang muncul di sistem limbik akan menjadi jauh lebih kuat ketika bergetar di jantung. Itulah yang kita rasakan sebagai debaran jantung. Gelombangnya bisa kita muati dengan informasi untuk berkomunikasi dengan orang lain, secara telepati. Ataupun makhluk lain.

Pada level Alam Bawah Sadar kita bisa berkomunikasi dengan makhluk berjiwa lainnya. Misalnya dengan binatang atau tumbuhan. Bagi yang tidak punya pengalaman tentang ini, mungkin sulit percaya. Tetapi bagi mereka yang punya hewan peliharaan ataupun hobi bercocok tanam, hal ini sudah biasa. Berkomunikasi dengan mereka, tentu saja, tidak harus dengan bahasa verbal. Tetapi dengan bahasa perasaan.

Suatu ketika, kawan saya ingin mengusir sejumlah ayam yang berkerumun di dekatnya. Ia mengatakan: ‘’Hai ayam, tolong dong kamu pergi dari sini..’’. Hhehe, ayam-ayam itu tidak mau pergi..! Apalagi, pakai bahasa Jawa halus: ‘’Nyuwun sewu poro pithik, panjenengan sedoyo dipun aturi enggal-enggal tindak saking mriki..!’’ Wallah, malah ‘krasan’ mereka.. :) Dengan sederhananya, kawan saya yang lain membentak ayam-ayam itu dengan kata: Huussy..hussy..!! Dan semua ayam itu pun pergi berhamburan.

Kebetulan saya di rumah punya peliharaan puluhan ikan koi. Setiap kali saya lewat di dekat kolam, mereka selalu berebutan berenang di permukaan. Dan kalau saya mencelupkan tangan saya ke air, mereka mendekat semua dengan jinaknya sambil ‘menciumi’ tangan saya. Terserah saya mau berkata dengan bahasa apa, mereka tetap bisa merasakan ‘pancaran perasaan’ saya.

Yang demikian ini juga bisa terjadi pada tanaman. Yang kebetulan, saya juga hobi memelihara berbagai macam tanaman. Daun dan bunga-bunganya menjadi segar-segar ketika kita memberikan perhatian yang tulus kepada mereka. Dan kemudian menjadi layu dan kurus, ketika kita mencuekinya. Itulah ‘bahasa energial’ yang terpancar dari poros otak-jantung. Kuncinya cuma menyamakan frekuensi antara kita dengan mereka yang kita ajak berkomunikasi.

Pada level yang lebih halus, kita akan bisa berkomunikasi dengan makhluk yang lebih rendah derajat hidupnya. Yakni di level Tak Sadar. Bukan berarti, lantas kita harus tidur dulu baru bisa berkomunikasi. Meskipun, istilah Tak Sadar itu memang mewakili kondisi tidur lelap. Ternyata, seseorang bisa merasakan efek ‘tak sadar’ itu pada kondisi sadar. Yakni dengan 'mencampurkan' fase gelombang kesadaran Beta, Alfa, Teta dan Delta dalam komposisi yang pas.

Ketika Anda sedang sadar penuh, maka otak Anda akan memancarkan gelombang Beta pada frekuensi di atas 14 Hz. Jika frekuensi ini diturunkan, maka otak Anda akan memancarkan gelombang Alfa yang bergetar antara 8-13 Hz. Kalau ini diturunkan lagi, otak Anda akan memancarkan gelombang Teta, yang bergetar pada 4-7 Hz. Di fase Alfa-Teta inilah mekanisme bawah sadar bekerja. Lebih rendah lagi, otak kita akan memancarkan gelombang Delta pada getaran di bawah 0,1-4 Hz, dimana kita telah memasuki wilayah ‘Tak Sadar’.

Dengan teknik tertentu, seseorang bisa mencampur fase-fase gelombang kesadaran itu sehingga komposisinya menjadi ‘sangat sedikit Beta’, dicampur ‘agak banyak Alfa-Teta’, dan dipadukan dengan ‘cukup banyak Delta’. Efeknya, ia akan berada di persimpangan antara Sadar, Bawah Sadar dan Tak Sadar. Orang itu, akan bisa merasakan getaran-getaran dari alam Tak Sadar. Mulai dari tingkat seluler, sampai ke molekul, atom-atom, dan partikel-partikel penyusunnya.

Sehingga, dia bukan hanya bisa merasakan dan berkomunikasi dengan dirinya sendiri, melainkan bisa merasakan dan berkomunikasi dengan alam semesta. Bisa membaca ‘tanda-tanda’. Bisa merasakan informasi yang tidak tertangkap oleh orang lain, yang memang fase kesadarannya belum bisa mencapai Delta. Orang semacam ini menjadi ‘waskita’. Jauh lebih tajam dibandingkan dengan mereka yang hanya memancarkan gelombang Beta di fase ‘Sadar’, ataupun Alfa-Teta di fase Bawah Sadar. Karena, ketika bisa memasukkan unsur Delta secara harmonis, ia akan masuk ke wilayah ‘benda mati’. Berkomunikasi dengan mereka tanpa bahasa verbal, tapi bisa merasakan dan memahaminya.

Itulah yang diceritakan oleh Al Qur’an, terjadi pada Nabi Daud dan Nabi Sulaiman yang bisa berkomunikasi dengan binatang, angin, gunung-gunung, dan bahkan bangsa jin. Mekanisme ini pula yang terjadi ketika Allah menyampaikan wahyu kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Atau sebaliknya, seluruh alam bertasbih mengagungkan Sang Penguasa Jagat Raya.

QS. Fush shilat (41): 12
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

QS. Saba’ (34): 10
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami wahyukan): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,

QS. Al Israa’ (17): 44
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

~ Salam Mengintip Eksistensi Ruh ~

Jumat, 20 Januari 2012

RUH ‘BERSEMAYAM’ DI ALAM TAK SADAR ~ ‘MENGINTIP’ EKSISTENSI RUH (4) ~

oleh Agus Mustofa pada 19 Januari 2012 pukul 12:54

ADA tiga lapis kesadaran pada manusia, yakni ALAM SADAR yang bekerja di permukaan otak, ALAM BAWAH SADAR yang bekerja di poros otak tengah-jantung, dan Alam Tak Sadar yang bekerja di tingkat selular serta benda-benda penyusunnya yang mikroskopik.

Jika dikaitkan dengan struktur diri manusia, maka Alam Sadar lebih didominasi kinerja badaniyah dengan mengandalkan panca indera. Berdasar masukan dari panca indera itulah ‘pikiran sadar’ atau ‘alam sadar’ kita terbentuk. Sehingga, segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh panca indera disebut gaib, atau supranatural, atau paranormal, dan sebangsanya. Di wilayah ini pula sains bertumpu dengan bukti-bukti yang kasat mata. Jika tidak bisa dibuktikan secara kasat mata, disebutlah sebagai ‘tidak saintifik’.

Alam yang lebih luas dan memiliki potensi jauh lebih dahsyat adalah Alam Bawah Sadar. Disini mekanisme kerjanya didominasi oleh kekuatan jiwa alias nafsiyah. Sebagiannya bisa dideteksi secara kasat mata, dan sebagiannya lagi mulai tidak kasat mata. Sebagiannya bisa disadari, tapi sebagiannya lagi tidak bisa disadari. Karena itu diistilahkan ‘alam bawah sadar’ – alam yang ‘samar-samar’ tertangkap kesadaran kita.

Orang-orang yang sudah mengungkung dirinya dalam koridor ilmu materialistic semacam Fisika dan Biologi ‘saja’, biasanya tak mau alias ogah mengutak-atik wilayah ‘bawah sadar’ ini. Kecuali mereka yang berpikiran out box. Tetapi, para ilmuwan Psikologi, justru sangat bergairah mengeksplorasi alam bawah sadar. Apakah para psikolog ini bekerja dalam koridor yang tidak saintifik? Hhehe, begitulah ‘tudingan’ sebagian ilmuwan materialistik. Sehingga, ada yang menyebutnya sebagai pseudo-sciencealias ‘Sains Bohong-bohongan’… :(

Tetapi ternyata perkembangan ilmu Bawah Sadar ini luar biasa pesatnya di dekade-dekade terakhir. Tudingan pseudo-science itu semata-mata karena para ahli psikologi itu membangun pola eksplorasi yang berbeda dengan para penudingnya. Tetapi, sebenarnya mereka juga bekerja berdasar bukti-bukti penelitian, yang tidak saja berdampak secara psikologis. Melainkan, juga berdampak sampai fisiologis. Dalam ranah kedokteran, tentu Anda tidak asing dengan penyakit psikosomatis, yakni penyakit yang muncul pada badan tetapi disebabkan oleh faktor psikologis. Ini menjadi bukti sederhananya.

Saya punya seorang sahabat karib yang ahli Psycho-Neuro Imunology : Prof. Dr. dr. S. Taat Putra, MS, guru besar di FK Unair Surabaya. Ia mempelajari kaitan antara jiwa (psycho) dengan struktur saraf (neuro) dan sistem kekebalan tubuh (imunitas). Disana kelihatan sekali hubungan antara JIWA yang ENERGIAL dengan struktur SARAF yang MATERIAL itu. Dan, yang jelas, ilmu ini tidak termasuk dalam pseudo-science atau apalagi paranormal..!

Beliau sangat menyadari bahwa ilmu Biologi, Fisika, Kedokteran, Kimia, Matematika, bahkan Sosiologi, dan sebagainya, itu tidak bisa berdiri sendiri. Hanya pada tataran yang masih sangat dasar sajalah, ilmu-ilmu itu bisa dipetak-petakkan sedemikian rupa. Padahal dalam skala yang lebih luas, pada kenyataannya semua ilmu itu harus menyatu untuk digunakan memahami fenomena alam.

Sehingga suatu ketika dia mengatakan kepada saya: ‘’Pak Agus, saya kira para dokter harus belajar Fisika Quantum. Karena ternyata di tingkat selular kita mulai menemukan kesulitan memahami substansi sebuah penyakit. Penyebab penyakit itu kalau ditelusuri bisa bersumber atau dipengaruhi oleh partikel-partikel yang lebih kecil, sampai ke tingkat Quantum.’’

Ya, alam Bawah Sadar adalah alam ‘setengah gaib’ yang mulai menuai kontroversi. Karena sebagian pakar materialistik-energetik menolak, sedangkan pakar Psikologi, Psikiatri, dan Biokuantum mengakuinya. Kita tunggu saja perkembangannya lebih lanjut.

Nah, di alam bawah sadar inilah JIWA manusia berkiprah. Pusat aktifitasnya bukan hanya di cortex cerebri alias kulit otak, melainkan lebih ke dalam, di bagian tengah otak yang bernama Sistem Limbik, menembus sampai ke jantung. Inilah yang saya sebut sebagai poros otak-jantung. Yang di ilmu kedokteran dikenal sebagai Axis Brain-Heart tetapi dipahami hanya sebagai jalur hormonal dan neurotransmitter belaka.

Pemahaman secara energial, akan menunjukkan kepada kita bahwa disana ada ‘LORONG ENERGI’ yang menghubungkan otak sebagai pusat kecerdasan dengan jantung sebagai organ resonansi. Getaran-getaran resonansi sepanjang lorong itu menjadi semacam radar tak kasat mata, yang memunculkan ‘perasaan’. Yang secara awam, kita rasakan sebagai debar jantung, di dalam dada. Saya tidak akan membahas masalah ini lebih detil disini, karena akan memakan ruangan yang lebih besar. Saya sudah membahasnya dalam buku DTM-32: ‘ENERGI DZIKIR Alam Bawah Sadar’.

Point pentingnya adalah, bahwa Alam Bawah Sadar yang lebih ‘bermain’ di wilayah energial alias ‘kejiwaan’ yang tak kasat mata itu jangan dianggap tak ada. Atau, bahkan tidak saintifik. Justru ini akan menjadi ladang eksplorasi ilmu pengetahuan masa depan yang semakin menggairahkan. Dan akan meninggalkan ilmu-ilmu materialistik yang konvensional sebagai sejarah masa lalu dalam koridor yang sempit. Ilmu-ilmu seperti Psycho-Neuro Imunology, Psycho Cybernetics, dan Bio-Quantum, akan semakin populer ke masa depan. Ilmu-ilmu yang akan menguak kekuatan JIWA di alam bawah sadar, atau lebih dalam lagi.

Yang ketiga, adalah wilayah Alam Tak Sadar. Inilah yang terkait dengan ‘wilayah kekuasaan’ Ruh. Jika Alam Sadar dan Bawah Sadar hanya berkutat pada potensi OTAK, maka alam Tak Sadar ini sudah masuk lebih dalam ke penyusun otak dan tubuh kita. Yakni, miliaran sel-sel otak, dan triliunan sel-sel tubuh. Termasuk sampai ke penyusun sel berupa molekul, atom, partikel sub atomik, sampai quark, dan partikel-partikel quantum, ataupun 'sesuatu' yang lebih substansial lagi.

Alam Tak Sadar ini memiliki KECERDASAN-nya sendiri di luar kendali pikiran sadar ataupun bawah sadar. Justru, Alam Tak Sadar inilah yang membentuk kecerdasan alam sadar dan bawah sadar. Otak hanya bisa mengendalikan bagian tubuh setingkat organ seperti jantung, paru, ginjal, pencernaan, panca indera, dan sebagainya. Baik secara sadar maupun bawah sadar. Tetapi, otak tak kuasa lagi mengendalikan pembelahan sel-sel. Metabolisme sel. Dan berbagai reaksi-reaksi seluler lainnya. Apalagi untuk mengendalikan molekul-molekul agar bergerombol dan bekerjasama. Apalagi mengendalikan atom-atom, dan partikel-partikel sub atomic, sampai ke quark. Otak tak mampu lagi.

Maka, jangan menggunakan rasionalitas dan logika lagi untuk MERASAKAN kecerdasan Alam Tak Sadar ini. Cara yang lebih sesuai adalah menggunakan bahasa ENERGIAL, berupa getaran gelombang resonansi. Karena di sel-sel itu masih terdapat getaran gelombang. Sebagaimana juga di tingkat molekuler, atomik maupun sub atomik, sampai ke tingkat partikel dasar.

Getaran-getaran mereka itulah yang menghasilkan frekuensi, dan bisa meresonansi jiwa kita. Meresonansi lorong energi di antara Otak-Jantung. Dan muncul sebagai ‘perasaan’. Inilah yang oleh Al Qur’an disebut sebagai Qalbu, dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai ‘Hati’. Dan kemudian rancu dengan liver. Padahal itu mengacu ke jantung.

Di dalam Al Qur’an ada dua istilah untuk HATI, yaitu: Qalbu dan Fu-aad. Qalbu merujuk ke jantung, sedangkan Fu-aad merujuk ke Otak, khususnya Sistem Limbik. Maka, kalau kita menyebut HATI, itu berarti merujuk ke Qalbu dan Fu-aad sekaligus. Alias POROS OTAK-JANTUNG. Yaitu, suatu sistem resonansi energial yang berfungsi sebagai radar jiwa, dimana dengannya kita bisa 'memahami' sesuatu lewat mekanisme ‘perasaan’. Bukan menggunakan logika maupun rasionalitas.

Nah, begitulah kurang lebih, cara menghubungkan JIWA Anda dengan Ruh Universal; yang dalam istilah Al Qur’an disebut sebagai ber-DZIKIR. Kurang lebih begitu pula teknik DZIKIR Alam Bawah Sadar yang saya jelaskan dalam buku DTM-32. Yakni, sebuah teknik pengaturan fase gelombang kesadaran otak agar kita bisa ‘merasakan’ getaran halus yang berasal dari ruh kita, maupun Ruh-Nya yang telah meliputi alam semesta. Di getaran halus itulah, Anda akan memperoleh informasi-informasi yang ‘tidak terpikir’ oleh kulit otak yang hanya bekerja secara logika dan rasionalitas..!

QS. Al Anfaal (8): 2
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila DISEBUT nama Allah (dzikrullah) BERGETAR-lah HATI mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah keimanan mereka (karenanya). Dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Perpaduan antara fungsi 'kulit otak' yang logis-rasional dengan 'poros otak-jantung' yang penuh perasaan, akan menghasilkan kualitas AKAL yang prima. Karena, perasaan bawah sadar memang tidak boleh dilepaskan sendirian, tanpa kontrol pikiran sadar. Allah menyebut orang-orang yang bisa memadukan keduanya secara seimbang itu sebagai ULUL ALBAB. Yaitu, orang yang senantiasa berdzikir dengan perasaan halusnya, serta berpikir dengan logika dan rasionalitasnya secara ilmiah. Memadukan antara alam sadar dan alam bawah sadarnya.

QS. Ali Imran (3): 190-191
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (ulul albab), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah (dzikrullah) sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan bertafakur (berpikir secara ilmiah) tentang penciptaan langit dan bumi. (Sampai memperoleh kesimpulan): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Subhanaka (MAHA HEBAT ENGKAU), maka peliharalah kami dari siksa neraka.

~ Salam ‘Mengintip Eksistensi Ruh’ ~

Kamis, 19 Januari 2012

TIDAK ADA ‘BENDA MATI’ DI ALAM SEMESTA ~ ‘MENGINTIP’ EKSISTENSI RUH (3) ~

oleh Agus Mustofa pada 19 Januari 2012 pukul 6:42

Sudah lama saya ‘curiga’, bahwa di alam semesta ini tidak ada benda mati. Apa yang kita sebut sebagai benda mati itu agaknya adalah ‘makhluk hidup’. Cuma, karena derajat kehidupannya yang sedemikian 'rendah', kita mengira ia tidak hidup. Padahal, seluruh alam semesta ini sebenarnya telah diliputi oleh Ruh Kehidupan yang menggiringnya menuju suatu tujuan tertentu.

Manusia adalah makhluk hidup. Sebagaimana hewan dan tumbuhan juga adalah makhluk hidup. Penyusun terkecil dari makhluk hidup itu adalah sel. Pada tingkat ini, sel disepakati oleh para ahli biologi sebagai unit terkecil kehidupan. Lebih kecil dari sel, yakni molekul, sudah dikategorikan sebagai benda mati. Apalagi atom dan partikel-partikel penyusunnya.Tapi, terus terang saya curiga, jangan-jangan molekul, atom dan partikel-partikel itu adalah benda hidup juga.

Sesuatu dikatakan sebagai makhluk hidup jika memiliki ciri-ciri kehidupan. Diantaranya yang paling dasar adalah: bergerak, bereaksi, bertumbuh, berkembang biak, dan punya tujuan. Kalau soal ‘bergerak’, saya kira kita sudah sama-sama tahu bahwa TIDAK ADA benda DIAM di seluruh alam semesta. Mulai dari yang mikroskopik sampai makroskopik, semuanya bergerak. Gunung yang kelihatan diam itu pun sebenarnya sedang bergerak seiring dengan rotasi bumi.

Apalagi molekul-molekul, atom-atom, dan partikel-partikel, semuanya sedang bergerak dan bergetar-getar. Jadi, untuk ciri yang pertama ini, semua ‘benda mati’ sudah memenuhi syarat makhluk hidup. Yang kedua, ‘bereaksi’. Saya kira kita juga tahu bahwa semua benda memberikan ‘reaksi’ dalam skala yang berbeda-beda. Sehingga dalam ilmu Fisika yang membahas tentang benda-benda mati pun dikenal adanya hukum ‘aksi-reaksi’.

Dan pada kenyataannya, memang benda-benda di sekitar kita ini memberikan reaksi. Gunung memberikan reaksi. Lempeng bumi memberikan reaksi. Awan, angin, laut, suhu, tekanan, dan semua variable-variabel yang kita kenal sebagai makhluk mati itu selalu memberikan reaksi. Tentu saja dalam bentuk yang berbeda dengan manusia, hewan dan tumbuhan.

Yang ketiga, ciri bertumbuh dan berkembang biak. Apakah gunung-gunung bertumbuh? Tentu saja. Mulai dari awal mula pembentukannya, sampai kini menjulang tinggi di angkasa. Gunung Himalaya pun sampai sekarang tetap bertambah tinggi beberapa sentimeter di ujung Mount Everest. Demikian pula bebatuan, mereka bertumbuh dan berkembang-biak, sejak awal penciptaan Bumi dimana ‘gas percikan matahari’ ini membeku menjadi Bumi. Lantas, mengendap sebagai bebatuan keras, kemudian melapuk seiring waktu, tekanan, suhu, erosi, dan abrasi menjadi beribu-ribu jenis batu di muka bumi.

Lebih mendasar lagi, apakah seluruh benda di alam semesta ini bertumbuh dan berkembang biak? Tentu saja. Perhatikanlah sejarah munculnya segala macam benda. Awalnya cuma lautan energi sop kosmos di pusat alam semesta. Kemudian berkembang dan bertumbuh menjadi quark, bertumbuh dan berkembang menjadi partikel-partikel dasar, berlanjut menjadi ratusan jenis atom, kemudian membentuk molekul-molekul yang jumlahnya jauh lebih banyak lagi, dan akhirnya membentuk segala macam benda di alam semesta ini.

Ternyata seluruh benda mati itu bertumbuh dan berkembang biak sepanjang miliaran tahun penciptaannya. Tentu saja jangan meminta mereka berkembang biak seperti manusia, yaitu melalui kehamilan. Karena binatang dan tumbuhan pun berkembang biak dengan cara mereka sendiri-sendiri. Ada yang yang lewat telur. Ada yang lewat tunas. Lewat cangkok dan setek. Atau, bahkan cuma ditancapkan ke tanah. Atau, seperti makhluk-mahluk bersel satu yang membelah diri secara duplikasi.

Benda mati bertumbuh dan berkembang biak dengan caranya sendiri. Tetapi lihatlah, mereka telah beranak-pinak sepanjang usia dan sejarah ‘kehidupannya’. Siapa bilang mereka mati..? :) Bahkan, mereka juga punya ‘tujuan hidup’.

Partikel-partikel graviton punya ‘tujuan hidup’ agar seluruh benda-benda langit tidak tercerai berai sehingga bertabrakan satu sama lain secara massal. Ia bertanggungjawab untuk mengikat alam semesta dengan gaya gravitasi. Partikel-partikel foton punya ‘misi’ dan ‘tujuan hidup’ agar seluruh benda-benda bermuatan listrik bisa berinteraksi. Sehingga terbentuk atom, molekul, termasuk badan manusia dan mekanisme kerja otak kita yang berbasis pada sinyal-sinyal listrik.

Tanpa adanya foton yang merangkai benda secara kelistrikan, triliunan sel dan organ-organ tubuh manusia tidak bisa bekerja. Anda tak akan bisa berpikir dan beraktifitas apa pun. Bahkan, tubuh kita bakal buyar, karenanya. Tak ada atom, tak ada molekul, tak ada sel. Sungguh sebuah ‘misi hidup’ yang bukan main strategisnya, yang dibawa oleh partikel Foton.

Partikel-partikel Gluon dan Boson malah lebih strategis lagi. Karena mereka 'berkarya' di level inti atom dan pembentukan partikel sub atomik. Yaitu yang disebut sebagai gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah. Tanpa mereka tidak bakalan ada penyusun inti atom seperti proton dan neutron. Dan inti atom pun bakal pecah berhamburan. Dengan kata lain, alam semesta ini tidak terbentuk. Dan hanya berupa lautan energi belaka.

Woow, ternyata semua BENDA MATI punya ‘misi kehidupan’. Juga berkembangbiak. Juga bereaksi terhadap segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Juga selalu bergerak, dan lain-lain fungsi kehidupan. Hanya orang-orang yang terkungkung pada ‘kesombongan’ dan ‘pikiran sempit’ saja yang mengatakan semua ini tidak punya tujuan, tidak bergerak, tidak bereaksi, dan tidak berkembang biak. Ringkas kata tidak hidup, alias mati. Dan sebaliknya, orang-orang yang berpikir ‘out box’  bakal ‘bisa melihat’, bahwa ternyata semua ini adalah sebuah ORGANISME TUNGGAL. Bahwa ternyata Alam semesta adalah ORGANISME HIDUP yang sedang menjalankan misi kehidupannya..!

Seluruh komponen penyusunnya, mulai dari yang terkecil sampai kepada yang terbesar, semuanya adalah variable-variable hidup yang berkembang biak dan punya misi kehidupan parsial, untuk kemudian menyatu padu dalam misi universalnya. Karena itu jangan heran kalau Al Qur’an mengatakan seluruh alam semesta ini sebenarnya sedang BERTASBIH kepada Sang Pencipta Kehidupan…

QS. Al Israa’ (17): 44
LANGIT yang tujuh, BUMI dan semua yang ada di dalamnya BERTASBIH kepada Allah. Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi KAMU sekalian TIDAK MENGERTI tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Di ayat yang lain, Allah menceritakan bagaimana gunung-gunung dan burung-burung bertasbih bersama Nabi Daud. Di ayat yang lain lagi, Allah menyebut petir dan guruh juga sedang bertasbih, dan takut kepada Sang Penguasa Alam Semesta.

QS. Al Anbiyaa (21): 39
Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum; dan kepada masing-masing mereka (Daud & Sulaiman) telah Kami berikan hikmah dan ilmu. Dan telah Kami tundukkan GUNUNG-GUNUNG dan BURUNG-BURUNG, semua BERTASBIH bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya.

QS. Saba’ (34): 10
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. "Hai gunung-gunung dan burung-burung, BERTASBIHLAH berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,

QS. Ar Ra’d (13): 13
Dan GUNTUR itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya…

Kenapa semua makhluk di seluruh penjuru alam semesta, bahkan alam semesta itu sendiri, bisa bereaksi, bergerak, berkembangbiak, dan punya misi kehidupan? Ya, karena mereka telah diliputi oleh Sang Ruh yang HIDUP. Sehingga, seluruh penjuru langit dan bumi menjadi terimbas sifat-sifat ‘Kehidupan-Nya’. Tentu, dalam skala yang berbeda-beda sesuai dengan desain penciptannya. Dalam skala makhluk dengan segala keterbatasannya...

QS. Al Baqarah (2): 255
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia YANG HIDUP lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya SEGALA yang di LANGIT dan di BUMI. Tidak ada yang dapat memberi pertolongan di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui segala yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa pun dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Singgasana (Kekuasaan) Allah MELIPUTI langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

~ Salam Mengintip Eksistensi Ruh ~