Ada sebuah film presentasi yang menunjukkan bahwa ternyata
manusia hanyalah sebutir debu dalam eksistensi alam semesta. Sebuah kamera dipasang
mengarah ke sosok manusia pada jarak 1 meter. Maka, sosok manusia itu pun kelihatan
cukup besar di dalam monitor kamera. Closed up. Lantas, kamera itu dijauhkan
perlahan ke arah angkasa, secara terus menerus.
Pada jarak 10 meter, sosok manusia itu tidak lagi mendominasi
layar monitor. Selain si manusia, ternyata kelihatanlah pemandangan di sekitarnya.
Ada batu, pohon, kursi, dan taman. Lantas, kamera itu dijauhkan lagi menjadi setinggi
100 meter. Sang manusia menjadi kelihatan semakin kecil, berada di dalam sebuah
taman yang besar. Yang lebih dominan adalah pepohonan dan benda-benda besar di sekitarnya.
Pada jarak 1000 meter alias 1 km, sosok manusia itu mulai tidak
jelas. Hanya terlihat sebagai bintik kecil yang bergerak-gerak. Dan tamannya pun
mulai kelihatan kecil pula. Yang mulai kelihatan dominan adalah kawasan kota. Kemudian,
kamera ditarik menjauh lagi ke angkasa. Pada jarak 10 km, kawasan itu pun menjadi
semakin kecil. Yang tampak adalah sebuah kota dengan permukimannya. Sedangkan sang
manusia, sudah tidak kelihatan lagi...!
Jika kamera itu terus dinaikkan ke angkasa, pada jarak 1000
km, kamera sudah berada di lapisan paling luar atmosfer Bumi. Yang kelihatan di
layar monitornya adalah permukaan planet Bumi yang melengkung. Dan, seterusnya semakin
jauh, yang kelihatan adalah planet Bumi beserta satelitnya, yakni Bulan.
Kemudian berturut-turut, semakin jauh kamera, akan kelihatan
tata surya yang berisi delapan planet dengan lintasan orbitnya dan berbagai satelit,
asteroid, dan bebatuan angkasa. Lantas, kelihatanlah matahari sebagai pusatnya.
Dan bintang-bintang yang bertaburan berjumlah miliaran. Yang ketika semakin jauh,
akan kelihatan sebagai bintik-bintik cahaya terang dalam kegelapan alam semesta.
Berkelap-kelip di dalam jagad raya yang tak kelihatan batasnya.
Semakin menjauh, di jarak sekitar 1000.000.000.000.000.000
Km (10^18 km), kelihatanlah galaksi Bima Sakti. Yakni gerombolan matahari, dimana
tatasurya dan Bumi kita berada. Dimana, sosok manusia yang kita amati tersebut telah
’terlupakan’ karena sudah tak ada bekasnya. Sudah lenyap dari pandangan mata. Teruskanlah,
kamera semakin menjauh ke kedalaman langit, pada jarak 100.000.000.000.000.000.000
(10^20 Km) dan selebihnya, yang terlihat adalah samudera kegelapan alam semesta
yang cuma berisi bintik-bintik cahaya disana-sini, yang kita kenal sebagai bintang
atau pun gugusan bintang atau pun galaksi-galaksi yang berkedap-kedip lemah.
Ternyata kawasan gelap alam semesta demikian
luasnya. Jauh lebih luas dibandingkan kawasan terangnya. Dengan kata lain, misteri
kegelapan realitas ini jauh lebih dahsyat tak terukur dibandingkan dengan segala
yang sudah diketahui oleh manusia. Ya, ternyata alam semesta lebih didominasi oleh
’kegelapan malam’ dibandingkan terangnya cahaya...
Sekarang, marilah kameranya kita gerakkan mendekat kembali
ke Bumi. Maka, secara berurutan kita akan melihat benda-benda yang kita tinggalkan
tadi mendekat kembali. Kelihatanlah miliaran galaksi dalam jarak yang semakin dekat.
Kemudian muncul galaksi Bima Sakti. Disusul gerombolan tatasurya, planet-planet
dan satelitnya. Dan akhirnya sampai di bagian luar planet Bumi.
Kamera terus mendekat pada jarak 1000 km, saat ia berada di
bagian luar atmosfer. Terus mendekat sejarak 100 km, 10 km, 1 km, 10 meter, dan
akhirnya 1 meter, dimana sosok manusia terlihat closed up kembali...
Tapi, jangan berhenti. Dekatkan terus kamera itu ke arah sosok
manusia tersebut, sehingga berjarak 10 cm. Apakah yang terlihat? Jika resolusi lensanya
sangat bagus, Anda akan bisa melihat permukaan kasar kulit manusia. Pori-porinya
dan bulu-bulu rambut di permukaan kulitnya.
Dekatkan lagi, pada jarak 1 cm. Maka, pori-porinya akan semakin
kelihatan jelas. Dan keriput-keriput kulit kita terlihat demikian gamblang. Dekatkan
lagi sejarak 1 mm. Jika lensanya didesain beresolusi sangat tinggi, akan kelihatan
jaringan sel-sel tubuh kita. Mendekatlah sampai sejarak 10^(-4) meter alias 1/10.000
meter alias 100 micron akan semakin jelas ’betapa jeleknya’ kulit kita yang kelihatan
halus itu. Dan kemudian kita akan mulai bisa melihat sel-sel tubuh kita sendiri.
Pada jarak 1 micron alias 1/sejuta meter akan kelihatan isi
selnya. Bahkan mulai kelihatan pilinan-pilinan chromosom dan untai genetika. Itu
berlangsung sampai sejarak 10^(-8) alias 100 angstroms. Jika kita mendekat lagi
sampai sejarak 10 angstroms, mulai kelihatan gerombolan molekul-molekul penyusun
sel. Dan pada jarak yang lebih dekat lagi sampai 0,01 Angstrom kita akan bertemu
dengan atom-atom yang memiliki ruang-ruang gelap antar-orbit elektronnya. Mirip
saat berada di luar angkasa, di jarak antar-planet, bintang dan galaksi.
Lebih dekat dari itu, pada jarak 0,001 A, kita mulai bisa melihat
isi atom yang terdiri dari partikel-partikel subatomik. Semakin mendekati, di jarak
0,0001 A, kita akan bertemu dengan penyusun inti atom seperti proton, neutron, dan
berbagai partikel elementer lainnya. Jika diteruskan lagi lebih dekat dari 0,00001
A, maka yang tampak hanyalah kegelapan alam mikrokosmos. Persis seperti kegelapan
alam makrokosmos di luar angkasa sana.
Jadi, akhir dari perjalanan Makrokosmos ke luar angkasa itu
ternyata hanya akan mempertemukan kita dengan kegelapan tiada bertepi, seluas miliaran
tahun cahaya. Sebaliknya, perjalanan ke mikrokosmos juga ternyata berakhir dengan
kegelapan yang tidak ada batasnya, sampai mendekati ketiadaan di ukuran nol ruang
alam mikro..!
Ke luar angkasa luas bertemu dengan Misteri
yang sangat mencengangkan, ke dalam alam mikro juga bertemu dengan
Misteri yang menggiriskan. Kesana bertemu ’Kegelapan’ dan ketidak-tahuan,
kesini bertemu ’Kegelapan’ dan ketidak-mengertian. Menjauh
bertemu dengan ’Kekosongan’, dan mendekat juga bertemu dengan ’Kekosongan’.
Dan di sepanjang perjalanan dari ’Kekosongan’ menuju ’Kekosongan’
itu kita menemukan ’Isi’ alam semesta yang teratur demikian rapi, dalam keseimbangan
dan harmoni yang tiada terkira indahnya. Oh, siapakah Dia yang sedang ’bermain-main’
mengisi segala kekosongan realitas alam semesta ini? Dimana Dia sedang menunjukkan
kedahsyatan Kekuasaan yang tiada terkira. Dialah Sang Maha Berilmu lagi Maha Bijaksana:
Allah Azza wajalla...
QS. Al Mulk (67): 3-4
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak harmonis?
Kemudian cermatilah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat, bahkan penglihatanmu akan kembali dalam keadaan yang meletihkan.
QS.Adz Dzaariyat (51): 20-21
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (eksistensi Allah)
bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu
tidak memperhatikan?
QS. Al Infithaar (82): 6-7
Hai manusia, apakah yang telah membuatmu
ingkar terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh)mu demikian harmonis?
Wallahu a'lam bishshawab
~ salam ~
oleh Agus Mustofa pada 24 Desember 2010 pukul 20:26