Minggu, 13 Mei 2012

Kritik Hadits Sunni

Oleh Bayu Purnomo pada 12 Mei 2012 pukul 14:46
Kritik Hadits Sunni
Oleh Rangga Marshall
Bismillah,

Setelah Nabi Muhammad  wafat dan sejak berkuasanya Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, banyak hadits yang dibuat-buat oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk memuliakan dan mengagungkan penguasa serta mengunggulkan mazhabnya. Karena itu, untuk memperoleh sejarah Nabi  yang benar (shahih) harus memisahkan fakta dari fiksi dan memilah kebenaran dari berbagai dusta yang dinisbatkan kepada Muhammad
.
Sunnah adalah apapun yang berupa perkataan, perbuatan dan sikap yang dinisbatkan kepada Nabi .

Siapa itu para pencatat? Manusia biasa. Nah ada kemungkinan usil yang lain. Bukankah mereka para pencatat adalah orang-orang yang tidak selalu benar dan mereka punya potensi melakukan kesalahan. jadi bisa saja para pencatat itu melakukan kekeliruan. Ini sebuah kemungkinan yang masih harus dibuktikan tetapi tidak bisa sepenuhnya ditolak. Mari kita melakukan lompatan ribuan tahun dan kembali ke masa kini. Ada berapa banyak kitab yang memuat Sunnah yang anda ketahui? lumayan banyak baik yang semuanya Shahih(menurut Ulama) atau yang campuran shahih, hasan dhaif dan maudhu’.

Mari pikirkan kemungkinan-kemungkinannya. Nabi Muhammad  hidup 1400 tahun yang lalu artinya kita terpisah ruang dan waktu yang sangat jauh untuk mengakses apa itu sebenarnya Sunnah atau Bagaimana Sang Rasul  sebenarnya.

Banyak riwayat terpercaya melaporkan bahwa Imam Malik telah menghafal tidak kurang dari 100.000 hadis…. Dari jumlah itulah ia menyusun kitab Muwaththa’nya yang sangat ia bangakan dan juga dibanggakan para ulama; para fakih dan muhaddis Ahlusunnah, seperti Imam Syaf’iI dll.

Dalam kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang banjir hadis di dunia hadis Ahlusunnah…
Jalaluddin as Suyuthi –seorang ulama, pakar haddis, ahhli fikih, dan bahasa- meraangkum laporan untuk kita dalam mukaddimah syarah Muwaththa’nya yang ia beri judul Tanwîr al Hawâlik….

* Qadhi Abu Bakar ibn al Arabi meriwayatkan dalam syarahh at Turmudzi dari Ibnu Hubâb bahwa Malik telah meriwayatkan seratus ribu hadis. Ia menghimpunnya dalam Muwaththa’ sebanyaak sepuluh ribu, kemudian ia terus-menerus menyocokkannya dengan Al Qur’an dan Sunnah dan menguji kualitasnya dengan atsâr dan akhbâr, sehingga ia kembali (hanya menerima) lima ratus hadis saja.”
* Al Kiya al Harâsi berkata, Sesungguhnya Muwaththa’ Malik terdiri dari sembilan ribu hadis, kemudian ia (Malik) terus-menerus memilih dan memilah sehingga tersisa hanya tujuh ratus hadis.”
* Abu al Hasan ibn Fihr, meriwayatkan dari ‘Atîq ibn Ya’qub, ia berkata, “Malik memuat sekitar 10.000 hadis dalam Muwaththa’, lalu ia senantiasa menelitinya setia tahun, dan ia mengugurkan bagian-bagian tertentu darinya, sehingga tersisa yang sekarang ini.”
* Sulaimn ibn Bilâl berkata, “Malik menulis Muwaththa’ dan di dalamnya terdapat empat ribu hadis atau lebih, dan ketika ia mati yang tersisa hanya seribu hadis lebih sedikit. Setiap tahun ia menyortirnya dan menyisakan yang dalam hematnya mengandung maslahat buat kaum Muslimin dan sesuai untuk agama.”

(Baca Tanwîr al Hawâlik,1/6 mukaddimah III)

Dari paparan di atas dapat kita saksikan betapa hadis palsu telah membanjiri dunia hadis Ahlusunnah…. Dari seratus ribu hadis yang diriwayatkan Malik dari para masyâikhnya, yang hampir keseluruhannya adalah berasal dari kota Madinah, ternyata Malik hanya mampu menyisakan sekitaar 1000 hadis saja…

itu pun masih ternyata masih banyak yang tidak layak dikelompokkan sebagai hadis shahih!! Sehingga ada yang mengatakaan andai kematian Imam Malik ditangguhkan hingga setahun kemudian kuat kemungkinan ia akan menggugurkan seluruh isi kitab Muwaththa’ yang ia tulis selama empat puluh tahun itu. (Tentang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kitab Muwaththa’nya, baca Tanwîr al Hawâlik,1/6)

Ini semua bukti nyata bahwa hadis-hadis palsu telah membanjiri dunia hadis Ahlusunnah dan mereka sedang menghapi krisis hadis yang sangat serius!

Lalu, apa tidak mungkin hadis-hadis yang sekarang beredar atas nama agama itu adalah sebagian dari hadis-hadis palsu yang dibuang Imam Malik itu?
Siapa tau?

Kalau Imam Malik saja sudah kehilangan kepercayaan terhadap 99 persen hadis yang ia riwayatkan sendiri dari para masyâikhnya, lalu kini apa yang masih bisa dipercaya?

Dari 100.000 hadis ternyata hanya 1000 yang dapat selamat!

Legenda :Imam Ahmad bin Hanbal yg hafal 1.000.000 hadits (1 juta hadits) tapi  hanya sempat menulis sekitar 20.000 hadits saja, maka 980.000 hadits lainnya sirna ditelan zaman???

Logika : Bukhari mengumpulkan 600.000 hadis   tetapi Cuma 7000 yang dia anggap orisinil pasca seleksi ? Nah dari 7000 itulah syi’ah menseleksi dan meninjau ulang mana hadis yang orisinil dan mana hadis yang dibuat buat !

setelah kitab Shahih Bukhari tersusun, muncullah segelintir ulama hadits yang mengkritik isi kitab tersebut. Diantaranya Al-Daaraqutni (wafat 385 H), Abu Ali Al-Ghassani (wafat 365 H), dan lain-lain. Kritikan para ulama ini (yang tertuju tidak lebih dari 100 hadits) dari sudut pandang ilmu-ilmu hadits, yang menurut mereka, terdapat juga di dalamnya hadits yang dhoif.

bahwa hadist yg diriwayatkn oleh Imam Bukhari yg sejak kita belajar Islam sudah ditanamkan bahwa itu hadist sahih- sulit rasanya menerima pandangan yg sebaliknya. Karena suatu hal yg ditanamkan ratusan atau bahkan ribuan tahun, sebagai kebenaran hampir mutlak, butuh keberanian intelektual utk menerima kekritisan cara berpikir yg berbeda dgn pendapat umum Ummat Islam. Karena salah-salah kita bisa dianggap keluar dari millah ini, ujung-ujungnya dikafirkan, ngeri coy.
Pertanyaan :
  1. Apakah Bukhari itu malaikat sehingga kitab hadisnya 100% benar ?
  2. Ada hadis hadis dalam kitab Bukhari yang saling bertentangan, Apakah masuk akal Nabi  mengucapkan sabda sabda yang saling saling berlawanan alias plin plan ???
Bukhari hafal 600.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya dimasa mudanya, namun dia hanya sempat menulis sekitar 7.000 hadits saja pada shahih Bukhari dan beberapa kitab hadits kecil lainnya, dan 593.000 hadits lainnya sirna ditelan zaman ?????? Apakah yang hilang itu benar benar hilang atau cuma mitos legenda ???

Bukhari manusia super ??? 16 tahun adalah 8.409.600 menit, jika dalam tempo 16 tahun Bukhari mampu mengumpulkan 600 ribu hadis saja berarti Bukhari adalah manusia super yang mampu mencari, menyeleksi dan menshahihkan 1 hadis dalam tempo 14 menit !!! itu belum dipotong waktu makan – shalat – tidur – perjalanan… Wow !!

60 menit x 24 jam x365hari x 16 tahun =8.409.600 menit (16 tahun)
hadis yang dikumpul 600,000 dalam tempoh 16 tahun.
8.409.600 dibahagi 600.000 =14 menit untuk 1 hadis
adakah imam bukhari mampu mencari,menyeleksi dan mensahihkan hadith itu dalam tempoh 14 menit?
itu belum ditolak waktu tidur,makan,solat,aktiviti memanah dan lain lain.jika ditolak waktu itu mungkin masanya lagi kurang mungkin sekitar 7 menit saja masa yang tinggal.
belum dikira lagi masa perjalanan dari kota ke kota lain dalam mencari hadith.
kita selalu diberikan angka angka ini untuk mewujudkan kekaguman kepada imam bukhari.tapi adakah angka ini betul setelah dikira berasaskan matematik

Menurut riwayat, Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari, namun dia lebih dikenal dengan nama Bukhari. Dia lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy.

Tempat dia lahir kini termasuk wilayah lepasan Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah.

Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu dia mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun dia menerbitkan kitab pertamanya “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien).

Bersama gurunya Syekh Ishaq, Bukhari menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru dia dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.

Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al Hajjaj (pengarang kitab Shahih Muslim).

Penelitian Hadits

Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah dia mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.

Namun tidak semua hadits yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat / pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah

Kepada para perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, “perlu dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam dari hal itu” sementara kepada para perawi yang haditsnya tidak jelas ia menyatakan “Haditsnya diingkari”. Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan kejujurannya. Dia berkata “Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu dipertimbangkan”.

Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari itu memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat secara berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan. Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam kitab At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah dikurangi dengan hadits yang dimuat secara berulang) sebanyak 2.602 buah.

Sedangkan hadits yang mu’allaq (ada kaitan satu dengan yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun jumlah semua hadits shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan berbeda diantara para ahli hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits.

Dizaman dulu, Raja Umayyah Abbasiyah Merusak Islam ! kita bisa mengatakan bahwa hadis pada umumnya adalah palsu atau lemah. Yang valid hanyalah perkecualian saja. Tentu, kita berbicara mengenai era Imam Bukhari. Dengan kata lain, pada zaman itu, betapa pervasif dan luas sekali persebaran hadis-hadis palsu atau minimal lemah. Begitu luasnya persebaran hadis palsu sehingga Abu Rayyah membuat semacam hukum: hadis yang palsu adalah “norm“, sementara hadis yang shahih adalah “exception“.

Yang bisa dipelajari dari perdebatan ini hanya satu: validitas hadis memang masih mengandung masalah di sana-sini. Pangkal masalahnya satu: hadis tidak pernah direkam dalam dokumen tertulis sejak pada masa Nabi yang bisa diverifikasi langsung. Hadis datang ke kita melalui sebuah ingatan. Sebagaimana setiap ingatan, sudah tentu ada masalah di sana menyangkut seberapa jauh validitas ingatan itu dan bagaimana mengeceknya. Seberapapun kuatnya sebuah ingatan, ia tetap sangat “precarious” dan rentan.

Berapa banyak jumlah hadis palsu ini dapat dibayangkan dengan contoh berikut.
Dari 600.000 (enam ratus ribu) hadis yang dikumpulkan Bukhari, ia hanya memilih 2.761 (dua ribu tujuh ratus enam puluh satu) hadis. [1] 
Muslim, dari 300.000 (tiga ratus ribu) hanya memiiih 4.000 (empat ribu). [2] 
Abu Dawud, dari 500.000 (lima ratus ribu) hanya memilih 4.800 (empat ribu delapan ratus) hadis. [3], 
Ahmad bin Hanbal, dari sekitar 1.000.000 (sejuta) hadis hanya memilih 30.000 (tiga puluh ribu) hadis. [4].

Bukhari (194/255 H/810/869 M), Muslim (204/261 H/819/875M), Tirmidzi (209/279 H/824/892 M), Nasa’i (214/303 H/829/915 M), Abu Dawud (203/275 H/818/888 M) dan Ibnu Majah (209/295 H/824/908 M) misalnya telah menyeleksi untuk kita hadishadis yang menurut mereka adalah benar, shahih. Hadis hadis ini telah terhimpun dalam enam buku shahih, ashshihah,assittah, dengan judul kitab masing-masing menurut nama mereka; Shahih BukhariShahih MuslimShahih (Sunan) Ibnu Majah, Shahih (SunanAbu Dawud, Shahih (Jami’) Tirmidzi dan Shahih (Sunan) Nasa’i.[5]

Tetapi, bila kita baca penelitian para ahli yang terkenal dengan nama Ahlul Jarh wa’ Ta’dil, maka masih banyak hadis shahih ini akan gugur, kerana ternyata banyak di antara pelapor hadis, setelah diteliti lebih dalam adalah pembuat hadis palsu. AlAmini, misalnya, telah mengumpulkan tujuh ratus nama pembohong yang diseleksi oleh Ahlu’l Jarh wa Ta’dil Sunni yang selama ini dianggap adil atau jujur, dan hadis yang mereka sampaikan selama ini dianggap shahih dan tertera dalam buku shahih enam.

Ada di antara mereka yang menyampaikan, seorang diri, beriburibu hadis palsu. Dan terdapat pula para “pembohong zuhud” [6] , yang sembahyang, mengaji dan berdoa semalaman dan mulai pagi hari mengajar dan berbohong seharian. Para pembohong zuhud ini, bila ditanyakan kepada mereka, mengapa mereka membuat hadis palsu terhadap Rasul Allah  yang diancam api neraka, mereka mengatakan bahwa mereka tidak membuat hadis terhadap (‘ala) Rasul Allah  tetapi untuk (li) Rasul Allah . Maksudnya, mereka ingin membuat agama Islam lebih bagus. [7], Tidak mungkin mengutip semua. Sebagai contoh, kita ambil seorang perawi secara acak dari 700 orang perawi yang ditulis Amini. [8]

“Muqatil bin Sulaiman alBakhi, meninggal tahun 150 H/767 M. Ia adalah pembohong,dan pemalsu hadis. Nasa’i memasukkannya sebagai seorang pembohong; terkenal sebagai pemalsu hadis terhadap Rasul Allah sa Ia berkata terangterangan kepada khalifah Abu Ja’far alManshur: “Bila Anda suka akan saya buat hadis dari Rasul untukmu”. Ia lalu melakukannya. Dan ia berkata kepada khalifah alMahdi dari Banu Abbas: “Bila Anda suka akan aku buatkan hadis untuk (keagungan) Abbas’. AlMahdi menjawab: “Aku tidak menghendakinya!”[9].
Para pembohong ini bukanlah orang bodoh. Mereka mengetahui sifat-sifat dan cara berbicara para sahabat. Mereka juga memakai nama para tabi’in seperti Ibnu Umar, ‘Urwah bin Zuba sebagai pelapor pertama, dan rantai sanad dipilih dari orang-orang yang dianggap dapat dipercaya. Hadis-hadis ini disusun dengan rapih, kadangkadang dengan rincian yang sangat menjebak. Tetapi kesalahan terjadi tentu saja kerana namanya tercantum di dalam rangkaian perawi. Dengan demikian para ahli tentang cacat tidaknya suatu hadis yang dapat menyusuri riwayat pribadi yang buruk itu, menolak Hadis-hadis tersebut. [10]

Para ahli telah mengumpul para pembohong dan pemalsu dan jumlah hadis yang disampaikan.

Abu Sa’id Aban bin Ja’far, misalnya, membuat hadis palsu sebanyak 300.
Abu Ali Ahmad alJubari 10.000 Ahmad bin Muhammad alQays 3.000
Ahmad bin Muhammad Maruzi 10.000
Shalih bin Muhammad alQairathi 10.000 dan banyak sekali yang lain.
Jadi, bila Anda membaca sejarah, dan nama pembohong yang telah ditemukan para ahli hadis tercantum di dalam rangkaian isnad, Anda harus hatihati.

Ada pula pembohong yang menulis sejarah dan tulisannya dikutip oleh para penulis lain. Sebagai contoh Saif bin Umar yang akan dibicarakan di bagian lain secara sepintas lalu. Para ahli telah menganggapnya sebagai pembohong. Dia menulis tentang seorang tokoh yang bernama Abdullah bin Saba’ yang fiktif sebagai pencipta ajaran Syiah. Dan ia juga memasukkan 150 [13] sahabat yang tidak pernah ada yang semuanya memakai nama keluarganya. Dia menulis di zaman khalifah Harun alRasyid. Bukunya telah menimbulkan demikian banyak bencana yang menimpa antara kaum Sunni-Syiah sampai saat ini.

Jelas sudah bahwa hadits2 yang dibawa ulama2 kaum sunni sampai saat ini adalah palsu belaka, dan layak untuk ndibuang ke tempat sampah,,

Bagaimana dengan anda? Apakah Al Quran Saja sebagai pedoman hidup tidak cukup bagi anda?

Salaam.. :)

Kamis, 10 Mei 2012

APAKAH HADITS MENJELASKAN QUR’AN? ~ MENYINGKAP TABIR HADITS (Bag. 8)

Oleh Yahia Rahman pada 10 Mei 2012 pukul 1:21

Para pembela Hadits mengatakan bahwa Hadits berfungsi untuk menjelaskan Qur’an, yang mana katanya Qur’an tanpa penjelasan Hadits akan menjadi tidak dapat dipahami. Dengan kata lain, tanpa Hadits mereka akan menolak Qur’an, atau setidaknya mengabaikannya.

Para ulama juga mengatakan bahwa kitab “Sahih Bukhari” adalah kitab Hadits terbaik. Akan tetapi saya akan membuktikan betapa mudahnya membuktikan bahwa Hadits tidak menjelaskan Qur’an dengan baik. Dan kitab “Sahih Bukhari” tidaklah sehebat yang didengungkan.

Sebagai referensi bukti otentik, silakan anda merujuk pada kompilasi kitab “Sahih Bukhari” sebanyak 9 volume, yang disusun oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islamic University, Madinah Al-Munawarrah, terbitan Kitab Bhavan, New Delhi.

Vol 6 kitab “Sahih Bukhari” adalah bagian tafsir atau penjelasan atas ayat-ayat Qur’an. Sementara delapan volume kitab yang lain membahas hal-hal seperti :

- Meminum air kencing onta untuk menyembuhkan demam (Vol 7, Hadits No. 590)

- Membakar hidup-hidup manusia beserta rumahnya jika mereka tidak tiba di masjid tepat waktu untuk shalat berjamaah (Vol 1, Hadits No. 626)

- Memimpikan wanita tanpa busana (Vol 9, Hadits No. 139-140)

- dan segala cerita omong-kosong dan tidak masuk akal lainnya.

Tapi marilah kita sekarang fokus pada Vol 6: “ Penjelasan ayat-ayat Qur’an oleh Imam Bukhari “

Meskipun secara keseluruhan Qur’an terdiri dari 114 Surah, namun ternyata tidak semua surah ada penjelasannya di dalam kitab Sahih Bukhari.

Surah no 2: Al Baqarah, misalnya, terdiri atas 286 ayat, akan tetapi Bukhari hanya menyediakan Hadits penjelasan untuk 50 ayat saja. Berarti hanya 20% lebih sedikit penjelasan atas Surah Al Baqarah, sementara 80% sisanya dibiarkan di dalam ‘kegelapan’ oleh Bukhari, tanpa penjelasan sama sekali.

Surah no 108: Al Kautsar, hanya memuat 3 ayat saja, dan merupakan surah terpendek di dalam Qur’an. Kali ini usaha Bukhari merasa cukup untuk hanya menterjemahkan arti kata dari ‘Kautsar’ saja, untuk menjelaskan keseluruhan makna dari surah terpendek tersebut. Bukhari berkata ‘Kautsar’ artinya adalah : “Danau yang berada di Surga.“ Padahal arti dari kata ‘Kautsar’ sebenarnya adalah : “Kenikmatan (Kebaikan) yang berlimpah“, sebagaimana yang bisa kita baca sendiri dalam berbagai terjemahan dalam Qur’an. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa Bukhari sebenarnya tidak terlalu memahami bahasa Arab. Faktanya memang Bukhari adalah orang Persia yang sehari-hari berbahasa Parsi. Para ulama dan sejarawan sejauh ini tidak memiliki catatan kapan Imam Bukhari mulai belajar berbahasa Arab.

Tapi hal ini akan kita bahas nanti.
Fakta yang mengagumkan adalah ternyata ada sebanyak 28 surah dalam Qur’an yang tidak diberi ‘penjelasan’ dari Hadits sama sekali! Surah-surah tersebut adalah : 23. Al Mu’minuun, 27. An Naml, 29. Al Ankabuut, 35. Fathir, 51. Adz Dzariyaat, 57. Al Hadiid, 58. Al Mujaadilah, 64. At Taghabuun, 67. Al Mulk, 69. Al Haaqqah, 70. Al Ma’arij, 73. Al Muzzamil, 76. Al Insaan, 81. At Takwir, 82. Al Infithaar, 86. Ath Thaariq, 88. Al Ghaasiyah, 89. Al Fajr, 90. Al Balad, 94. Al Insyirah, 100. Al Aadiyaat, 101. Al Qaariah, 103. Al Ashr, 104. Al Humazah, 105. Al Fiil, 106. Quraisy, 107. Al Mauun, dan 109. Al Kaafiruun.

Menurut pandangan para ulama, hanya Rasulullah yang berhak untuk menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam Qur’an. Dan keberadaan Hadits dimaksudkan sebagai penjelas kandungan dari Qur’an.

Tetapi mengapa 28 ayat tersebut tidak ada Hadits penjelasannya sama sekali?

Para ulama tetap bersikeras bahwa Qur’an harus dijelaskan dengan Hadits! Berarti konsekuensinya adalah 28 surat tersebut HARUS DIBUANG dari kitab suci Qur’an, karena Bukhari tidak memberikan penjelasan sama sekali tentang makna yang terkandung dalam surah-surah tersebut!

Fakta ini jelas menampar muka para ulama pembela Hadits yang mengklaim bahwa siapa saja yang hanya berpegang pada Qur’an, tanpa berpegang pada Hadits, tidak akan dapat memahami isi dari Qur’an tersebut!

Ini membuat situasi bertambah sulit bagi para ulama pembela Hadits, dikarenakan 28 surah tidak ada penjelasannya sama sekali, dan tidak satu pun surah dalam Qur’an yang diberikan penjelasan Hadits secara menyeluruh!

Sekarang mari kita membahas fakta tentang bagaimana Bukhari ternyata tidak terlalu memahami bahasa Arab, sebagaimana telah kita bahas di atas. Ini bisa kita cermati dengan mengetahui bagaimana cara Bukhari menamai sebagian surah yang ada dalam Qur’an. Tentu saja ini adalah fakta yang mengherankan, dan para ulama sendiri bertanya-tanya, mengapa Bukhari melakukan hal tersebut.

Non-Arab biasanya menyebut nama surah dari ayat pertama. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal :

- Mereka tidak mengetahui nama Arab dari surah tersebut.

- Mereka bukanlah ulama yang mempelajari Qur’an secara seksama.

- Atau lebih gampangnya lagi adalah karena mereka bukanlah bangsa Arab.

Bukhari ternyata menunjukkan ciri-ciri yang sama!

Surah 68: An Naba’ diberi judul surah “Amma Yata’asalun”, yang mana ini merupakan ayat pertama dari surah tersebut.

Surah 98: Al Bayyinah diberi judul surah “Lam Yakun”. Lagi-lagi merupakan ayat pertama!

Surah 81: At Takwir diberi judul surah “Idhahs Samsu Kuwirat”. Ini adalah ayat pertama dari surah tersebut, lagi-lagi.

Surah 70: Al Ma’arij diberi judul surah “Sa’ala Sa’ilun”.

Ada pula surah diberi dua ‘alternatif’ judul, misalnya surah 76: Al Insan diberi judul surah “Hal’ata Insani” atau surah “Dahr”.

Pelabelan yang tidak tepat ini hampir selalu terjadi pada pembaca Qur’an non-Arab, yang tidak terlalu memahami bahasa Arab.

Di samping kenyataan bahwa Bukhari adalah seorang berkebangsaan Persia yang berasal dari kota Bukhara, banyak ulama yang meyakini bahwa Bukhari adalah seorang TUNA NETRA alias BUTA sejak kecil.

Pertanyaannya sekarang: SIAPA SEBENARNYA YANG TELAH MENULIS HADITS-HADITS DALAM KITAB SAHIH BUKHARI???

Bukti-bukti lain bisa kita lihat bagaimana cara Bukhari memberikan penjelasan terhadap ayat-ayat Qur’an, itu pun jika ia merasa perlu untuk memberi penjelasan atau tidak.

Sebagai contoh, ada penjelasan pada ayat Qur’an yang tidak lengkap, atau berakhir dengan kekosongan, yaitu pada Hadits Vol 6 No. 50 yang memberikan penjelasan pada surah 2: 223. Setelah beberapa komentar, kata ‘Nafi’ ditambahkan terkait bunyi ayat ini : “ .....maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.”‘ Ibn Umar berkata : “Ini maknanya adalah seseorang hendaknya mendekati istrinya pada .....“

Penjelasan ini tidak berlanjut!

Tapi jangan khawatir, ada catatan kaki untuk menjelaskan kekosongan ini :). Catatan kaki itu bunyinya : “Imam Bukhari tidak membiarkan kalimat tersebut tidak berlanjut, karena beliau TIDAK YAKIN apa yang dikatakan oleh Ibn Umar  (luar biasa)!!!”

Dan mereka tetap bersikeras menyebutnya “SAHIH BUKHARI”!

Mungkin inilah salah satu penyebab betapa seringnya terjadi permasalahan dalam perumusan fikih Islam di kalangan para ulama.

Ada lagi penjelasan aneh dan menggelikan dari Imam Bukhari, terkait surah 11 : 5. Ayat-ayat indah tersebut berbunyi: “Kepada Allah-lah kembalimu, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) menutup hati mereka untuk menyembunyikan diri dari pada-Nya. Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (11 : 4-6)

Makna dari ayat-ayat tersebut sudah amat sangat jelas! Bahwa tidak ada yang dapat kita sembunyikan dari Allah Yang Maha Mengetahui. Segala sesuatu yang telah kita lakukan, sekecil apa pun, tercatat di dalam kitab Allah (Lauh Mahfuz).

Sekarang, mari kita simak penjelasan ‘aneh’ Imam Bukhari terkait surah 11 : 5! Vol 6 Hadits No. 203 :‘

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Abbad bin Jaffar bahwa ia menyaksikan Ibn Abbas membaca penggalan surah: “Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) menutup hati mereka untuk menyembunyikan diri daripada-Nya..” Dan ia bertanya kepada Rasulullah makna dari ayat ini. Rasul menjawab : “ Beberapa orang biasa bersembunyi ketika ingin buang air atau tidur di tempat terbuka, dikarenakan malu apabila mereka terlihat dari langit. Itulah mengapa ayat-ayat tersebut diturunkan.”

Dengan demikian, Bukhari berpendapat bahwa tujuan diturunkannya ayat-ayat ini adalah untuk memberitahukan kepada para sahabat bahwa Allah bisa melihat mereka buang air dan tidur di tengah-tengah padang pasir!

Bukhari juga telah memelintir makna pada surah 5 : 87. Untuk menjelaskan ayat tersebut, Bukhari hanya memenggal sebagian ayat saja, tanpa memperhatikan konteks secara keseluruhan ayat tersebut.

“Hai orang-orang yang beriman, JANGANLAH kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu... “ (5 : 87)

Adapun penjelasan Bukhari untuk ayat ini bisa dibaca pada Vol 6 Hadits No. 139 :

‘Diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud: “Kami berperang bersama Rasulullah SAW sedangkan kami tidak membawa istri istri kami, maka kami berkata bolehkan kami berkebiri? Namun Rasululloh melarangnya tapi kemudian beliau memberikan kami keringanan untuk menikahi wanita dengan mahar pakaian sampai batas waktu tertentu. Dan kemudian Rasul membacakan ayat tersebut: “Hai orang-orang yang beriman, JANGANLAH kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu...“.

Ada sebuah catatan kaki pada Hadits tersebut: “Pernikahan kontrak (Mut’ah) diizinkan pada masa-masa awal Islam, namun kemudian mulai saat Perang Khaibar pernikahan tersebut dilarang (Allah Maha Mengetahui yang lebih baik).“

Hadits di atas jelas-jelas merupakan kedustaan yang besar terhadap Allah dan Rasul-Nya!

Secara keseluruhan ayat tersebut berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (5 : 87)

Apakah pelacuran adalah termasuk kategori “melampaui batas?” Bukan! Bahkan pelacuran adalah sebuah kejahatan!

Muslim manakah yang mau menyerahkan anak perempuannya, bahkan dengan ‘mahar pakaian’ sekalipun, sebagai pembayaran (mahar) atas pelayanan untuk memuaskan nafsu seksual para sahabat Rasul???

Perhatikan bagaimana Bukhari menceritakan betapa santainya para sahabat ketika berkata : “Bolehkah kami berkebiri?” Seolah-olah itu adalah hal wajar yang dilakukan setiap pagi setelah sarapan pagi.

Pada surah 24 : 33, Allah melalui Rasul-Nya berfirman :“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya...... Dan JANGANLAH KAMU PAKSA wanita-wanitamu untuk melakukan PELACURAN, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barang siapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa (itu).“ (24 : 33)

Dengan kata lain, jangan melakukan seks di luar nikah! Jika anda belum menikah, maka lebih baik menjaga kesucian diri. Kontrol hawa nafsu anda!

Rasulullah SAW mengajarkan untuk tidak memaksa wanita ke dalam pelacuran, akan tetapi Bukhari mengatakan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan wanita agar mau dibeli dengan mahar pakaian untuk menjadi pelayan-pelayan seksual!

Ini adalah kebohongan yang sangat jahat yang diatasnamakan kepada Nabi Muhammad. Menurut Qur’an, Nabi mengajarkan umatnya untuk mengontrol hawa nafsu seksual mereka :

An Nur [24] : 30
Al Baqarah [2] : 79
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.“

Makna dari ayat Qur’an di atas sudah AMAT SANGAT JELAS, namun Bukhari mengajarkan bahwa wanita bisa dibeli dengan mahar pakaian!Boleh jadi, para “ulama” sebenarnya ikut bergembira dengan ajaran ini, terbukti dengan begitu mudahnya mereka mengawini wanita dan menceraikannya seolah-olah mereka adalah komoditi seksual belaka!

Mereka yang bersikeras mengunggul-unggulkan Hadits-Hadits bohong itu dapat kita temukan relevansinya dalam Qur’an, di mana mereka berani mengganti-ganti hukum Allah dengan hukum-hukum buatan panutan mereka seperti Imam Bukhari, tanpa seizin Allah.

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.”

Dengan berpegang pada Hadits-Hadits “aneh” sebagai “kitab suci kedua” yang jelas-jelas telah merusak nama baik Nabi Muhammad, umat Islam telah tergelincir pada penyimpangan yang nyata selama lebih dari 1000 tahun!

Umat Islam hanya bisa memimpikan kembalinya masa-masa kejayaan Islam pada era Nabi Muhammad....

...tapi sedikit di antara mereka yang menyadari bahwa pada masa-masa kejayaan tersebut tidak ada yang namanya Hadits!

HANYA ADA QUR’AN SAJA, SEBAGAI SATU-SATUNYA PETUNJUK!!!

SALAM!


<QUR’AN-ONLY>

Selasa, 17 April 2012

APAKAH HADITS BERSIFAT ILAHIAH? “MENYINGKAP TABIR HADITS (Bag 2)"

Oleh Tony Wang pada 17 April 2012 pukul 6:19
oleh : Yahia Rahman

Sebagian umat Islam beranggapan bahwa “Hadits dan Sunnah” adalah berasal dari wahyu Ilahi. Mereka tidak menyadari, bahwa kriteria atau pra-syarat dari wahyu Ilahi adalah TERPELIHARA dengan SEMPURNA.

Oleh karena apa yang mereka anggap sebagai Hadits dan Sunnah Nabi tersebut telah terkontaminasi dengan begitu hebatnya, maka hal ini jelas TIDAK MASUK kriteria wahyu Ilahi.

Faktanya adalah sebagian besar Hadits adalah perkataan-perkataan buatan manusia yang sangat diragukan kebenarannya (berasal dari Nabi)!

Di dalam serial “MENYINGKAP TABIR HADITS” ini akan ditunjukkan bahwa 99% Hadits yang diatasnamakan Nabi Muhammad adalah kebohongan dan persangkaan belaka!

Bahkan tidak satu huruf pun bisa lepas dari pengawasan Allah, sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat berikut:

QS Al Hijr [15]: 9
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar MEMELIHARANYA.“

QS Fushshilat [41]: 41-42
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang TIDAK AKAN BISA DIMASUKI (ke dalam Al Qur’an) KEBATILAN baik dari DEPAN maupun dari BELAKANGNYA, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.“

Menyaksikan betapa banyaknya kesalahan dan kejanggalan yang ada dalam kitab-kitab Hadits (99%), maka seorang Muslim yang jujur akan memahami bahwa kitab-kitab tersebut telah terkontaminasi sedemikian hebatnya.

Satu lagi kriteria wahyu Ilahi:

QS. An Nisaa [4] : 82
“Maka apakah mereka tidak MEMPERHATIKAN Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat PERTENTANGAN yang banyak di dalamnya”.

Para pembaca kitab Hadits akan menemukan betapa banyak kontradiksi dalam kitab-kitab tersebut, sehingga dengan mudah akan membawa pada kesimpulan bahwa kitab-kitab tersebut bukan berasal dari Allah dan tidak bersifat Ilahiah!

Adalah sebuah bentuk pelecehan terhadap Allah ketika kita mengklaim bahwa Hadits dan Sunnah adalah wahyu Ilahiah!

Apakah mereka tidak menyadari bahwa Allah mampu menjaga dan memelihara kemurnian wahyu-Nya? Ya ...Bahwa kita WAJIB mentaati Rasul-Nya (Nabi Muhammad)..

Allah, di dalam Al Qur’an secara jelas berfirman bahwa mentaati Rasul-Nya adalah sama dengan mentaati Allah. Tidak ada seorang yang bisa mengaku dirinya seorang Muslim kecuali apabila ia mentaati dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad!

Namun demikian, mentaati Rasul memiliki pengertian mengikuti setiap apa yang keluar dari ucapan Rasul di mana ucapan tersebut turun dari wahyu Allah sendiri, yaitu AL QUR’AN.
Bukannya kitab Hadits yang asalnya adalah TIDAK dari mulut Rasulullah sendiri. Silakan anda cek sendiri beberapa ayat di dalam Al Qur’an yaitu 6 : 19, 50 : 45, 16 : 44, 16 : 64, 14 : 1, 6 : 155, 4 : 105, 18 : 27 yang menunjukkan bahwa Al Qur’an adalah SATU-SATUNYA RISALAH Nabi Muhammad.

QS. Al-‘An’am [6]: 19
“Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan AL QUR’AN (bukan Hadits, dan Sunnah!) ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an..“

QS. Qaf [50]:45
“Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan AL QUR’AN (bukan Hadits dan Sunnah!) orang yang takut kepada ancaman-Ku.”

QS. An-Nahl [16]:44
“Dan Kami turunkan kepadamu AL QUR’AN (bukan Hadits dan Sunnah!), agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”

QS. An-Nahl [16]:64
“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu AL KITAB (Al Qur'an, bukan Hadits dan Sunnah!) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

QS. ‘Ibrahim [14]:1
“Alif, laam raa. (Ini adalah) KITAB (bukan Hadits dan Sunnah!) yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.“

QS. Al-‘An’am [6]:155
“Dan AL QUR’AN (bukan Hadits dan Sunnah!) itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat“

QS. An-Nisa’ [4]:105
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan KITAB (Al Qur’an, bukan Hadits dan Sunnah!) kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat“

QS. Al-Kahf [18]:1
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu KITAB TUHAN-MU (Al Qur'an, bukan Hadits dan Sunnah!). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.”

Ketika Nabi Muhammad wafat, hanya ada SATU kitab yang diwariskan kepada umatnya, yaitu AL QUR’AN! Mereka yang mengikuti Al Qur’an sudah tentu mengikuti Nabi Muhammad, dan mereka yang mengikuti Hadits dan Sunnah tidaklah mengikuti Nabi, melainkan orang-orang yang menulis kitab-kitab tersebut.

Mentaati aturan-aturan yang dibuat oleh manusia (dalam hal hukum agama) selain daripada apa yang diturunkan oleh Allah, adalah sebuah bentuk PEMBERHALAAN.

Pemberhalaan (Syirik) adalah satu-satunya dosa yang tidak terampuni, jika kita membawanya hingga kematian datang. Para pemuja berhala akan berhadapan dengan Allah pada Hari Penghakiman di mana mereka sebenarnya tidak menyadari apa yang telah mereka kerjakan. Dan pada saat itu tidak akan ada yang dapat menolong mereka.

QS. Al-‘An’am [6]: 22-24
“Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: "Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dahulu kamu katakan (sekutu-sekutu Kami)? Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami, TIADALAH KAMI MEMPERSEKUTUKAN ALLAH. Lihatlah, bagaimana mereka telah BERDUSTA terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah daripada mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ADA-ADAKAN.“

QS. Yusuf [12]: 111
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu BUKANLAH HADITS YANG DIBUAT-BUAT, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

Mari kita mentaati Nabi Muhammad dengan mengikuti risalah beliau yang dijamin oleh Allah lengkap, sempurna, dan detail menjelaskan segalanya (dalam hal pijakan beragama) yaitu AL QUR’AN!

Salam ..
<QUR’AN-ONLY>