oleh Agus Mustofa pada 24 November 2011 pukul 20:07
Saya ingin memulai tulisan kedua ini dengan mengenalkan
KEIMANAN Islam kepada kawan kita yang mengaku atheis, terkait dengan konsep ‘bertuhan’.
Pemahaman tentang ‘iman’ yang tidak tepat akan menghasilkan persepsi ketuhanan yang
juga keliru. Setidak-tidaknya, nggak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh al Qur’an.
Ada keimanan yang bersifat DOGMATIS, dan ada keimanan yang
berdasar BUKTI-BUKTI. Keimanan di dalam Islam adalah keimanan yang dibangun berdasar
bukti-bukti dengan memanfaatkan fungsi akal. Karena itu, menjadi keliru jika memahami
keimanan Islam hanya berdasar dogmatisme, sebagaimana agama lain.
QS. Al Anbiyaa’ [21]: 56
Ibrahim berkata: "Sebenarnya
Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah
menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan
bukti atas yang demikian itu".
QS. An Naml [27]: 64
Atau siapakah yang menciptakan
(manusia), kemudian mengulanginya? Dan siapakah yang memberikan rezki kepadamu
dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?.
Katakanlah: "Unjukkanlah bukti
kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".
Maka substansi keimanan terhadap adanya Tuhan - di dalam Islam
- justru didasarkan pada eksplorasi akal terhadap segala realitas sekitar. Tujuannya
adalah menemukan Kekuatan Maha Dahsyat yang menguasai dan mengendalikan alam semesta
ini. Sebagaimana yang diceritakan Al Qur'an tentang 'pencarian Tuhan' oleh Nabi
Ibrahim. Sehingga, keimanan di dalam Islam bukanlah keimanan yang sekedar ikut-ikutan
berdasar tradisi sebagaimana dipersepsi oleh mereka yang tidak memahami Islam. Justru,
yang demikian ini dikecam di dalam al Qur’an.
QS. Al Baqarah [2]: 170
Dan bila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah
apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami
hanya mengikuti apa yang telah kami terima dari (tradisi) nenek moyang
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun, dan tidak mendapat petunjuk?"
QS. Yusuf [12]: 108
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)
ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan argumentasi
yang jelas. Maha Suci Allah, dan aku bukan termasuk orang-orang yang menyekutukan
(bertuhan kepada selain Allah)".
Maka, keimanan Islam harus dibangun berdasar eksplorasi akal
dengan berpedoman pada kitab sucinya. Al Qur’an tidak mendogma penganutnya untuk
ikut-ikutan dalam beragama, melainkan sebaliknya mendorong
untuk bersikap kritis dan mencari bukti-bukti kebenaran
yang terhampar di alam semesta. Inilah bedanya keimanan Islam dengan keimanan agama
lain.
QS. Ali Imran [3]: 7
… Dan tidak bisa mengambil
pelajaran (dari Al Qur’an) kecuali
orang-orang yang menggunakan akal.
QS. Ali Imran [3]: 191
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
(eksistensi Tuhan) bagi orang-orang yang berakal,
QS. Yunus [10]: 100
Dan tidak ada seorang pun akan beriman
kecuali dengan izin Allah; dan Allah marah besar kepada orang-orang yang
tidak mempergunakan akalnya.
Sengaja saya kutipkan ayat-ayat Qur’an sebagai argumentasi,
bahwa Islam mengajarkan keimanan yang berdasar pada ‘akal sehat’. Bukan dogma-dogma
dan doktrin-doktrin tak berdasar. Itulah akal yang digunakan untuk memahami kebenaran
dalam bertuhan. Bukan akal yang digunakan untuk ‘mengakal-akali’ kebenaran. Atau
malah menjauhi Tuhan.
Klarifikasi yang kedua, adalah kaitan antara SAINS dengan KEIMANAN
Islam. Boleh jadi di agama lain, keimanan bertabrakan dengan sains. Sebagaimana
terekam dalam sejarah perkembangan agama Kristen di Eropa, misalnya. Tetapi, itu
tidak pernah terjadi (dan seharusnya memang tidak terjadi) pada keimanan Islam.
Justru, sejarah menunjukkan bahwa sains dan teknologi berkembang pesat di zaman
keemasan Islam. Ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia, metalurgi, filsafat,
ekonomi, sosial, politik, tatanegara, dst, dlsb, justru memperoleh tempat yang terhormat.
Sekaligus mendorong kualitas keimanan umat Islam kepada Tuhannya. Dan yang demikian
memang didorongkan oleh al Qur’an, sebagai pedoman dalam beriman kepada Allah.
QS. Al Ghaasiyah [88]: 17
Maka apakah mereka tidak mengobservasi
unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
QS. An Nahl [16]: 79
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung
yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada
yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi orang-orang
yang beriman.
QS. Asy Syu’araa [26]: 7
Dan apakah mereka tidak memperhatikan
bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang baik?
QS. An Naml [27]: 86
Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa
sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya
dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (eksistensi Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
QS. Luqman [31]: 31
Tidakkah kamu memperhatikan
bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan karunia
Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(pelajaran) bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.
QS. Az Zumar [39]: 21
Apakah kamu tidak memperhatikan,
bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya
menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan
air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu
kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal.
QS. Yaa siin [36]: 77
Dan apakah manusia tidak memperhatikan
bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang
yang nyata!
QS. Shaad [38]: 29
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
orang-orang yang mempunyai akal
mendapat pelajaran.
QS. Ath Thaariq [86]: 5
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari
apakah dia diciptakan?
Dan ratusan ayat lagi yang memiliki semangat keilmuan dalam
membangun keimanan kepada-Nya. Yang kalau saya tuliskan disini semuanya, mungkin
bakal membosankan orang-orang yang tidak mengakui Tuhan. Tapi sebaliknya, bakal
menguatkan orang-orang yang beriman. Mereka bisa merasakan kehadiran Allah sebagai
Tuhan yang Maha Dahsyat di seluruh penjuru alam semesta yang diamatinya. Bahwa Allah
telah meliputi seluruh horizon pandangannya, di langit dan di bumi, beserta segala
yang ada diantara keduanya…
QS. An Nisaa’ [4]: 126
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit
dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi
segala sesuatu.
Maka, bagi seorang muslim, sains adalah alat untuk melakukan
pembuktian-pembuktian secara terukur dalam memahami ciptaan Allah yang terhampar
di alam semesta. Sebuah mahakarya yang sempurna, dengan segala mekanisme hukum alam
yang menyertainya. Manusia terlahir, menua, dan kelak menemui kematiannya. Bumi
terlahir, menua, dan kelak juga menemui kehancurannya. Bintang dan matahari terlahir,
menua, dan kelak pun menemui akhir masanya. Sebagaimana alam semesta juga terlahir,
menua, dan kelak akan menemui keruntuhannya.
Demikian sempurnanya drama alam semesta dengan segala isinya,
semata-mata untuk menunjukkan kepada manusia yang tinggi hati ini, bahwa yang kekal
hanyalah Allah Tuhan Penguasa Jagad Semesta..! (Bersambung )
~ Salam Beragama dengan Akal Sehat ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar