oleh Agus Mustofa pada 25 Januari 2012 pukul 7:32
Bagi umat Islam belajar
sains adalah ibadah. Karena sains itu sendiri adalah perwujudan dari ilmu Allah
di alam semesta, yang disebut sebagai ayat-ayat KAUNIYAH. Karena itu, wahyu
yang pertama turun kepada Rasulullah SAW adalah perintah membaca – IQRA’. Dan
wahyu keduanya adalah AL QALAM (Pena). Jadi, betapa eksplisitnya Allah
memberikan perhatian kepada ilmu pengetahuan terkait dengan proses beragama Islam.
Itulah yang saya tuliskan dalam
note sebelumnya sebagai MENTAUHIDKAN ilmu pengetahuan. Bahwa agama dan ilmu
bukanlah sesuatu yang terpisah. Apalagi bertabrakan. Tidak ada seorang muslim
pun yang sudah memahami agamanya dengan baik, menabrakkan agama dan sains.
Menabrakkan agama dan sains itu adalah pekerjaan orang-orang sekuler, termasuk
di dalamnya Atheis. Karena itu, notes ini saya beri tema: Sekularisme vs
Ketauhidan. Yang satu memisahkan agama & sains, yang lainnya menjadikannya
dalam satu tarikan nafas sebagai praktek keagamaannya.
Cikal bakal paham sekuler yang
memisahkan agama dengan sains itu sebenarnya diawali di Eropa, dimana agama
yang dominan waktu itu adalah Kristen dengan kekuasaan gereja yang hampir tidak
ada batasnya. Pemberontakan terhadap kekuasaan gereja dengan segala hegemoninya
itulah yang memunculkan ilmuwan-ilmuwan sekuler penentang ajaran Kristen.
Termasuk pemberontakan mereka terhadap ajaran agama yang dianggapnya tidak
‘ilmiah’. Karena bertentangan dengan sains. Sehingga memunculkan tragedi
Galileo, misalnya.
Hal semacam ini tidak terjadi di
dalam sejarah Islam. Agama Islam tidak pernah memisahkan agama dari ilmu
pengetahuan. Apalagi membunuhi ilmuwan. Alih-alih menghukumnya, para khalifah
malah mendukung perkembangannya. Sehingga bermunculanlah tokoh-tokoh ilmu
pengetahuan kelas dunia di zaman keemasan Islam, dengan fasilitas-fasilitas
penelitian yang sangat maju di masanya.
Diantaranya yang sering kita
dengar adalah Al-Fazari, Astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe.
Al-Farghani alias Al-Faragnus, penulis ringkasan ilmu astronomi yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.
Di bidang kedokteran kita kenal
nama Ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah penemu penyakit cacar dan penyusun
buku kedokteran anak pertama kalinya. Sedangkan Ibnu Sina adalah seorang
filosof penemu sistem peredaran darah pada manusia. Salah satu karyanya, al-Qonun
fi al-Thibb merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.
Di bidang optikal, Abu Ali
al-Hasan ibn al-Haitsami alias Alhazen adalah fisikawan yang berpendapat untuk
pertama kalinya bahwa bukan mata yang mengirim cahaya ke benda, melainkan
bendalah yang mengirim cahaya ke mata.
Dalam ilmu kimia, Jabir ibn
Hayyan adalah tokoh terkenalnya. Sedangkan di bidang matematika dikenal nama
Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah
pencipta ilmu Aljabar. Kata Aljabar berasal dari judul bukunya, al-Kitab
al-Mukhtashor fi Hisab al-Jabr wa al-Muqobalah
Dalam ilmu sejarah terkenal nama
al-Mas'udi. Dia juga ahli Geografi yang mengarang buku Muuruj al-Zahab wa
Ma’adin al-Jawahir. Sementara itu, di bidang filsafat ada tokoh-tokoh terkenal
seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku
tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap
filsafat Aristoteles. Sedangkan Ibn Sina mengarang asy-Syifa'. Ibn Rusyd yang
di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak mempengaruhi pola pikir
Barat sehingga di sana ada aliran Averroisme. Dan lain-lainya. Dan seterusnya.
Maka, menjadi ‘tidak nyambung’
memang, jika ada bantahan yang mempertentangkan antara ‘agama’ dengan sains
dialamatkan kepada umat Islam. Itu sama saja dengan mempertentangkan antara
pohon dengan batang, atau cabang, atau ranting-ranting. Lha ya nggak klop-lah…
:(
Bagi umat Islam mempelajari ilmu
pengetahuan adalah ibadah. Dan bernilai pahala. Karena, sains tak lebih
hanyalah ALAT untuk memahami ilmu-ilmu Allah yang dihamparkan di alam semesta.
Ratusan ayat ilmu pengetahuan yang bertaburan di dalam Al Qur’an, dan mendorong
umat Islam agar melakukan pembuktian-pembuktian secara saintifik. Misalnya,
ayat populer berikut ini.
QS. Al
Ghaasiyah (88): 17-20
Maka apakah
mereka tidak MENGOBSERVASI unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana
ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana
ia dihamparkan?
QS. An Nahl
(16): 79
Tidakkah
mereka MENGOBSERVASI burung-burung yang dimudahkan TERBANG di angkasa bebas.
Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi orang-orang yang
beriman.
QS. Asy
Syu’araa (26): 7
Dan apakah
mereka tidak MENGOBSERVASI bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu
pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
QS. Al
Qashash (28): 72
Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus
menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan
malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak
MENGOBSERVASINYA?"
QS. Luqman
(31): 31
Tidakkah
kamu MENGOBSERVASI bahwa sesungguhnya KAPAL itu BERLAYAR di laut dengan nikmat
Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (ilmu)-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(pelajaran) bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.
QS. As
Sajdah (32): 27
Dan apakah
mereka tidak MENGOBSERVASI, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung)
air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman
yang daripadanya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka
sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?
QS. Yaa Siin
(36): 77
Dan apakah
manusia tidak MENGOBSERVASI bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani),
maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
QS. Az Zumar
(39): 21
Apakah kamu
tidak MENGOBSERVASI, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan AIR dari langit, maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu
kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
QS. Al
Mukmin (40): 21
Dan apakah
mereka tidak mengadakan PERJALANAN di muka bumi, lalu memperhatikan bagaimana
kesudahan orang-orang sebelum mereka. Mereka itu lebih hebat kekuatannya
daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas SEJARAH mereka di muka bumi,
maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak
mempunyai seorang pelindung pun dari azab Allah.
QS. Muhammad
(47): 24
Maka apakah
mereka tidak MENGOBSERVASI Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci?
QS. Adz
Dzaariyat (51): 21
dan (juga)
pada DIRIMU sendiri. Maka apakah kamu tidak MENGOBSERVASINYA?
QS. Al Mulk
(67): 19
Dan apakah
mereka tidak MENGOBSERVASI burung-burung yang MENGEMBANGKAN dan mengatupkan
SAYAP-nya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya selain Yang Maha Pemurah.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.
QS. Abasa
(80): 24
maka
hendaklah manusia itu memperhatikan MAKANAN-nya.
QS. Ath
Taariq (86): 5
Maka
hendaklah manusia memperhatikan DARI APA dia diciptakan?
Dan sebagainya, dan seterusnya.
Demikian banyak ayat-ayat motivasi untuk melakukan penelitian dan pembelajaran
ilmu pengetahuan. Kualitas keislaman seseorang dan penghambaannya kepada Allah
sangat terkait dengan ilmu pengetahuannya. Sehingga Allah menyebut ‘HANYA’ para
ILMUWAN-lah yang benar-benar ‘takut’ kepada Allah. Yang bukan ilmuwan (ulama),
takutnya hanya sekedar pura-pura takut, atau ditakut-takutkan, atau dipaksa
takut.
QS. Faathir
(35): 27-28
Tidakkah
kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya
dan ada yang hitam pekat.
Dan demikian (pula) di antara
manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Sesungguhnya yang TAKUT kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, HANYA-lah para ULAMA (ilmuwan). Sesungguhnya Allah Maha
perkasa lagi Maha Pengampun.
Maka, ringkas kata, dalam Islam
tidak ada pemisahan alias sekulerisme antara agama dan sains. Pembelajaran ilmu
pengetahuan justru digunakan untuk menyempurnakan proses berserah diri kepada
Allah sebagai puncak kualitas seorang muslim. Bahwa, kemudian ada yang menuduh
Islam sebagai agama dogmatis dan doktrinal yang berlawanan dengan sains, yaah itu hak orang untuk
bicara apa saja. Umat Islam lebih baik menanggapinya dengan berbesar hati.
Kebenaran adalah milik Allah, dan kelak akan Dia buktikan sendiri kepada
seluruh manusia. Umat Islam diajari untuk rendah hati, dan memaafkan
‘ketidak-tahuan’ mereka dengan cara-cara yang baik… :)
QS. Al Hijr
(15): 85-86
Dan tidaklah
Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan
dengan benar. Dan sesungguhnya (kebenaran) hari kiamat itu pasti akan datang,
maka MAAFKANLAH (mereka) dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah
Yang Maha Pencipta lagi Maha MENGETAHUI.
~ Salam Mentauhidkan Ilmu
Pengetahuan ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar