oleh Agus Mustofa pada 11 Agustus
2012 pukul 5:54
Al Qur’an adalah kitab petunjuk yang sangat hebat. Di dalamnya
terkandung ilmu pengetahuan yang tinggi. Mulai dari ilmu sastra, filsafat, ekonomi,
politik, sains, sampai teknologi. Hanya orang-orang yang berakal saja yang bisa
menggali ilmu-ilmu itu untuk diterapkan dalam kehidupannya.
Nabi Muhammad adalah contoh konkret hasil dari pendidikan Allah
lewat Al Qur’an Al Karim. Sehingga, beliau dikenal juga sebagai ‘Al Qur’an Berjalan’.
Itu dikatakan oleh isteri beliau Siti Aisyah, bahwa akhlak dan perilaku beliau adalah
Al Qur’an itu sendiri. Nabi Muhammad adalah satu-satunya manusia yang sudah menjalankan
dan meneladankan seluruh isi Al Qur’an yang berjumlah 6.236 ayat itu.
Cara berbicaranya yang lembut sangat Qur’ani. Cara bergaulnya
yang ramah dan penuh kepedulian menggambarkan akhlak Qur’an. Kepemimpinannya yang
bijak dan jauh dari otoriter, juga terinspirasi dari ayat-ayat Qur’an. Dan segala
aktifitas beliau, mulai dari kehidupan rumah tangga, sosial, sampai spiritual adalah
cerminan dari ilmu Al Qur’an yang diterapkan di zamannya.
Belajar Al Qur’an bagi Rasulullah bukan hanya belajar membaca
teks, melainkan belajar hikmah yang terkandung di dalamnya. Sehingga ketika Rasulullah
begitu bersemangat membacanya dengan cepat, Allah memberikan petunjuk bahwa membaca
Al Qur’an mesti dilakukan dengan tenang dan penuh penghayatan agar makna yang terkandung
di dalamnya bisa diserap dengan baik.
QS. Al Qiyaamah [75]: 16-19
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk
(membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan
Kamilah penjelasannya.’’
Di ayat lainnya dijelaskan bahwa proses turunnya wahyu itu
bagi Rasulullah memang menjadi ajang pembelajaran dan bertambahnya ilmu pengetahuan.
Bukan sekedar hafalan terhadap teksnya, yang kemudian diabadikan sebagai kitab yang
tertulis. Dengan hikmah ayat-ayat Al Qur’an yang meresap di dalam jiwanya itu beliau
menjadi manusia yang berilmu sangat tinggi. Bukan hanya soal ukhrowi, melainkan
juga duniawi.
QS. Thaahaa [20]: 114
'’Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya,
dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, TAMBAHKANLAH kepadaku ILMU pengetahuan."
Karena itu tidak heran, seiring dengan semakin banyaknya ayat-ayat
Qur’an yang diwahyukan kepada beliau, ilmu yang beliau kuasai juga semakin banyak.
Dan kemudian mewujud dalam berbagai tindakan serta kesuksesan beliau selama di periode
Madinah. Selain menjadi Rasul dalam tataran tujuan akhirat, beliau juga menjadi
kepala negara dalam tataran duniawi. Juga panglima perang yang hebat. Bahkan, ilmuwan
yang jenius, yang sejumlah nasehatnya dalam urusan keilmuan duiawi memiliki kebenaran
prediksi yang mengagumkan.
Diantaranya, beliau mengatakan bahwa berpuasa adalah menyehatkan
–shuumu
tasiihu– dan mengatakan bahwa perut adalah pusat berbagai macam penyakit
modern. Nasehat ini dibenarkan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO bahwa sumber segala
macam penyakit yang sulit disembuhkan dewasa ini memang sebagian besarnya berasal
dari pola makan yang buruk. Sebagiannya lagi dari pola hidup yang memicu stress.
Dan sisanya dari kuman-kuman penyakit: seperti bakteri dan virus. Dari manakah beliau
tahu ilmu kesehatan yang sangat mendasar ini? Padahal beliau kan
tidak pernah melakukan penelitian? Tentu saja dari hikmah ayat-ayat Qur’an.
Di cerita lain, Rasulullah mengatakan bahwa air yang kecemplungan
lalat akan terkontaminasi penyakit. Tetapi, penyakit akibat bakteri yang ada di
kaki lalat itu bakal ternetralkan jika lalat itu ditenggelamkan sekalian ke dalam
air tersebut. Karena di dalam perut lalat itu ternyata terdapat kelenjar yang berisi
zat penawar, yang akan pecah dan larut ke dalam air jika lalat tersebut ditenggelamkan
ke dalamnya. Siapa pula yang mengajarkan informasi ini kepada beliau? Karena, nasehat
yang kemudian terbukti lewat penelitian modern ini mestinya baru terungkap jika
dilakukan eksperimen.
Di kali lain lagi, Rasulullah diceritakan membahas tentang
janin di dalam perut ibu. Menurut beliau, janin di usia 40-an hari sudah mulai bisa
dibedakan jenis kelaminnya. Karena saat itulah Allah mulai membentuk tubuhnya.
‘’Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
apabila nuthfah telah berusia EMPAT PULUH DUA MALAM malam (di dalam rahim), maka
Allah mengutus malaikat kepadanya. Lalu dibentuklah tubuhnya, diciptakan pendengarannya,
penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian malaikat bertanya kepada
Allah: ya Rabbi, laki-laki ataukah perempuan?` Lalu Tuhanmu menentukan sesuai dengan
kehendak-Nya dan malaikat menuliskannya...’’ [HR. Muslim dari
Hudzaifah bin Usaid]
Cerita tentang pengetahuan Rasulullah atas jenis kelamin embrio
di usia empat puluh harian itu sungguh menakjubkan dunia kedokteran. Karena, dulu
di zaman beliau tidak ada peralatan apa pun untuk mengetahui keadaan itu. Baru sekaranglah
diketahui lewat peralatan USG modern bahwa di usia empat puluhan hari itu embrio
manusia memang sudah mulai bisa dibedakan dari embrio binatang. Dan luar biasanya,
jenis kelaminnya pun mulai bisa ditentukan..!
Sang Nabi yang dulunya buta huruf itu, ternyata benar-benar
telah menjadi ilmuwan jenius berkat hikmah yang terkandung di dalam Firman-firman
Allah, Sang Maha Bijaksana lagi Maha Berilmu.
Wallahu a’lam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar