Jumat, 15 November 2013

RUH PUN MENEMBUS ALAM LINTAS DIMENSI ~ AL QUR’AN SEBAGAI SUMBER FILOSOFI BAGI SAINS (15)

Meskipun Al Qur’an menyebut ilmu tentang ruh itu cuma sedikit, sebenarnya tidak ada larangan untuk mempelajari tentang ruh. Dan Al Qur’an sendiri memberikan clue sebanyak belasan ayat tentangnya. Memang, ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan informasi tentang jiwa yang mencapai ratusan ayat. Dari jumlah informasi yang sangat sedikit itu kita mencoba untuk memahami sedikit-banyak soal karakteristik ruh.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebagaimana telah kita bahas sebagian di notes sebelum-sebelumnya, ruh adalah sistem informasi yang hidup dan membawa sifat-sifat ketuhanan. Sedangkan alam semesta hanyalah sekedar kanvas bagi ‘perasaan’ yang diekspresikannya. Perasaan itulah yang saya sebut sebagai sistem informasi yang hidup. Dimana, alam semesta saya sebut sebagai media tempat menjalarnya informasi itu.

Bukan hanya di alam semesta yang berdimensi tiga, melainkan lintas dimensi ke alam-alam yang lebih tinggi. Dimana arus informasi terus mengalir lewat 'pintu-pintu langit' yang tersebar di seluruh penjuru jagat semesta, melalui lorong gravitasi antar dimensi.

Dalam teori String yang telah disempurnakan menjadi M-Theory, disebutkan bahwa seluruh gaya alam semesta – nuklir kuat, nuklir lemah, dan elektromagnetik, minus gaya gravitasi – tidak bisa menembus batas dimensi-dimensi langit. Namun, khusus gaya gravitasi justru bisa melepaskan diri dari jebakan batas dimensi. Dan oleh sebab itu, terbentuklah alam semesta berdimensi lebih tinggi. Contoh kasusnya, adalah apa yang terjadi pada black hole sebagaimana telah kita bahas sebelum ini. Bahwa, di saat gaya-gaya lain runtuh di lubang hitam, gaya gravitasi justru malah menguat.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena, sesungguhnya seluruh gaya itu hanyalah penampakan saja dari suatu gaya tunggal, sebagaimana dirumuskan oleh teori penyatuan gaya The Grand Unification Theory, yang dipromosikan oleh Prof Abdus Salam sehingga dia memperoleh hadiah Nobel pada tahun 1979. Abdus Salam telah berhasil menyatukan gaya-gaya fundamental yang semula dipersepsi sebagai gaya-gaya yang terpisah itu.

Awalnya, gaya elektromagnetik adalah dua gaya yang terpisah, yang terdiri dari gaya listrik dan gaya magnet. Tetapi, kemudian terbukti bahwa kedua gaya itu bisa disatukan menjadi gaya elektromagnetik. Dengan berdasar pada keyakinannya tentang ketauhidan di dalam Islam – bahwa segalanya adalah tunggal – Abdus Salam menyodorkan teori penyatuan gaya yang memperoleh Nobel itu. Dia telah berhasil menyatukan gaya elektromagnetik dengan gaya nuklir lemah yang disebutnya sebagai Electroweak Force alias Gaya Elektrolemah. Secara teoritis, dia juga memprediksikan gaya Elektrolemah itu bakal bisa disatukan dengan gaya nuklir kuat. Dan ujung-ujungnya, seluruh gaya itu akan ‘bertauhid’ ketika bisa disatukan dengan gaya gravitasi.

Teori penyatuan ini memberikan gambaran yang menarik, bahwa seluruh gaya akan tampak sebagai entitas yang terpisah-pisah hanya ketika berada pada kondisi energi rendah. Dan, kemudian menjadi sebuah ‘gaya alam semesta’ yang tunggal belaka ketika berada pada energi tinggi. Salah satu keadaan itu terjadi di black hole, yakni ketika gaya-gaya nuklir lemah, kuat dan elektromagnetik runtuh berganti dengan menguatnya gaya gravitasi.

Tergambar, bahwa sebenarnya jumlah gaya-gaya tersebut adalah tetap. Hanya penampakannya saja yang berubah. Sehingga, kekuatan gaya yang semula muncul dalam bentuk gaya nuklir dan elektromagnetik terkonversi menjadi gaya gravitasi yang menjadi lebih kuat. Disinilah saya bayangkan, seluruh informasi yang tadinya terkandung di dalam gaya-gaya yang runtuh itu berpindah ke dalam gaya gravitasi, dan kemudian masih bisa tetap ‘menyembur’ dari jebakan black hole. Bukan hanya kembali ke alam tiga dimensi, melainkan juga ke alam berdimensi lebih tinggi.

Karena, jika informasi itu lenyap seiring runtuhnya gaya-gaya tersebut, alam semesta akan memiliki mekanisme yang irreversible. Padahal kenyataannya, energi sebagai sumber munculnya gaya-gaya itu bisa saling berubah menjadi satu sama lainnya, sebagaimana tergambar dari hukum kekekalan energi. Dan, gaya gravitasi pun dipersepsi sebagai gaya yang paling tua, yang menjadi sumber kemunculan gaya-gaya nuklir dan elektromagnetik yang terbentuk sesudahnya.

Dengan demikian kita telah memperoleh gambaran yang semakin konkret, bahwa arus informasi sebenarnya masih leluasa bergerak keluar masuk antar dimensi. Hanya medianya saja yang berubah, tetapi substansinya tetap sama. Bukan hanya informasi yang bersifat kebendaan alias obyektif, melainkan juga informasi yang bersifat hidup alias subyektif. Karena itu, Al Qur’an memberikan clue yang menarik tentang pergerakan para malaikat dan Ruh, sebagaimana digambarkan dalam ayat berikut ini.

QS. Al Ma’aarij (70): 4
Dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat untuk naik. Para malaikat dan Ruh naik (lintas dimensi) kepada-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.

Khusus tentang Ruh dalam ayat tersebut, para mufassir memahaminya sebagai malaikat Jibril, yang tugasnya memang menyampaikan informasi alias wahyu. Namun, julukan Ar Ruh kepada malaikat Jibril itu menurut saya, tidak terlepas dari substansi ruh makhluk hidup yang juga berupa ‘sistem informasi hidup’, sebagaimana telah kita bahas di notes sebelumnya.

Ringkas kata, kita bisa membayangkan peranan sistem informasi alam semesta yang sedemikian dominan di seluruh penjurunya. Baik sistem informasi yang ‘mati’ maupun yang ‘hidup’. Dimana seluruh sistem informasi itu terurai dari kalimat KUN yang difirmankan-Nya saat menciptakan segala makhluk-Nya dari tiada menjadi ada. Ya alam semesta, ya manusia, ya beragam makhluk lainnya.

QS. Yunus (10): 3
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. Yang demikian itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

QS. Al Furqaan (25): 2
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan, dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.

QS. Maryam(19): 67
Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedangkan ia (waktu itu) sama sekali tidak ada?

Terkait dengan ruh kehidupan, ‘sistem informasi yang hidup’ itu lantas mengurai dan meresap ke dalam struktur-struktur yang sesuai dengannya. Potensinya akan muncul semakin sempurna seiring dengan ‘media’ yang ditempatinya. Baik yang material maupun yang energial. Berupa tumbuhan, binatang, manusia, maupun jin. Di tubuh makhluk-makhluk hidup itu Ruh akan mengimbas struktur yang ada sehingga memunculkan sistem informasi yang mendorong terjadinya kehidupan. Dan terus mempertahankannya sampai ‘sistem informasi’ itu off  atau dipaksa off.

Di dalam tubuh manusia, sistem informasi ruhiyah itu akan mengimbas ke sistem genetika, sistem seluler, sistem organik, dan sistem holistik kemanusiaan, yang kesemuanya berupa sistem informasi penunjang kehidupan yang lebih sempurna. Jika sistem-sistem informasi di dalam tubuh manusia itu mengalami masalah atau kecacatan, maka perwujudan ruh sebagai sistem informasi kehidupan akan mengalami kendala. Baik secara material di performance tubuhnya, maupun yang energial di performance jiwanya.

Otak merupakan interface antara tubuh dan jiwa. Dimana kerusakan sistem informasi di otak akan mempengaruhi performance tubuh maupun jiwa. Tetapi, tidak akan berpengaruh pada ruhnya. Ruh adalah entitas yang tidak berubah-ubah, karena ia berupa potensi ilahiah sepenuhnya. Jiwa dan tubuhlah yang bisa mengalami perubahan, menjadi lebih baik atau lebih buruk. Dalam hal karakter, Al Qur’an tidak pernah menyebut ‘ruh baik’ atau ‘ruh jahat’. Yang bisa baik dan jahat itu adalah jiwa. Ada nafsul hawa yang bersifat merusak ada pula nafsul muthmainnah yang suka ketenteraman.

Jadi, jika kita melihat pemetaan seluruh sistem informasi alam semesta ini, kita akan memperoleh ketauhidannya. Bahwa semua itu bersumber dari Zat Allah. Ketika Dia berfirman KUN, maka mewujudlah sistem informasi alam semesta yang membuat segala makhluk-Nya dari TIADA menjadi ADA - tersusun dari variabel ruang, waktu, materi dan energi.

Semua variabel itu lantas menjadi media bagi menjalarnya ‘sistem informasi ilahiah’ yang menunggangi gaya dan menggerakkan seluruh peristiwa di penjuru jagat raya. Mulai dari skala partikel, atomik, molekuler, seluler, organik, planet dan tata surya, galaksi-galaksi, superkluster, sampai pada alam semesta yang bertingkat-tingkat secara dimensional. Semua itu adalah satu kesatuan tunggal, yang digerakkan oleh sistem informasi tunggal, yang bersumber dari Eksistensi Tunggal: Allah Azza Wajalla, Sang Penguasa Jagat Semesta.

Karena, seluruh alam semesta beserta segala isinya ini memang tak lain adalah perwujudan dari eksistensi-Nya belaka. Zat yang telah meliputi seluruh langit dan Bumi. Yang kemana pun kita menghadap selalu berhadapan dengan-Nya. Yang setiap saat selalu dalam ‘kesibukan’ mengurusi segala makhluk ciptaan-Nya. Subhanallaah..

QS. An Nisaa’ (4): 126
Kepunyaan Allah segala yang di langit dan yang di bumi. Dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.

QS. Al Baqarah (2): 115
Dan kepunyaan Allah timur dan barat, maka kemana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.

QS. Ar Rahman (55): 29-30
Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang kamu dustakan?

Wallahu a’lam bissawab
~ salam ~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar