Al Qur’an adalah petunjuk bagi manusia agar memahami kehidupannya.
Tentang dirinya, tentang keluarganya, tentang masyarakatnya, tentang lingkungannya,
bahkan tentang alam semesta, dan Sang Penguasa yang telah menciptakan segalanya.
Menyelam ke dalam makna kitab suci ini akan menyebabkan seseorang memperoleh panduan
untuk memperoleh hikmah yang luar biasa dalam memahami realitas.
-------------------------------------------------------------------------------------
Alam semesta terbentuk dari empat variable dasar, yakni: ‘ruang’
yang mengembang, ‘waktu’ yang bertambah tua, ‘materi’ yang membentuk berbagai benda
pengisi semesta, dan ‘energi’ yang menjadi tenaga bagi terjadinya berbagai peristiwa.
Tapi, saya yakin Anda bisa ‘merasakan’ dan sependapat bahwa semua itu adalah entitas
yang mati. Tak punya kehendak dan tak punya tujuan. Sehingga, sulit untuk membayangkan
bahwa dinamika dari semua ‘variable mati’ alam semesta ini terjadi dengan sendirinya,
tanpa melibatkan ‘faktor’ di luar keempat variable tersebut.
Apakah faktor yang menyebabkan alam semesta bisa berdinamika selama
miliaran tahun dalam keseimbangan seperti ini? Sehingga ia tidak kolaps sesaat setelah
kemunculannya. Dan bahkan mengembang sambil membentuk berbagai benda langit yang
tersusun harmonis namun dinamis. Dan lantas, menghasilkan tatasurya dimana planet
Bumi berada. Dan akhirnya, tercipta miliaran manusia dengan segala kelengkapan hidupnya
yang tak ditemukan di benda-benda langit lainnya. Faktor apakah yang telah menjadikan
semua itu?
Saya kira sulit untuk ‘tidak setuju’, bahwa seluruh dinamika itu
digerakkan oleh ‘sistem informasi’ yang sangat canggih. Yang memerintahkan ruang
untuk mengembang. Yang menjadikan waktu bergerak ke masa depan. Yang merenggangkan
material semesta. Dan yang membuat energi menjadi kekuatan untuk menggerakan dinamika.
Karena keempat variable itu memang – selain tak punya kehendak dan tujuan – juga
tak punya kecerdasan. Bagi orang-orang yang berilmu dan berhati terbuka, alam semesta
ini jelas memiliki kecerdasan informasi yang luar biasa menakjubkan. Sebuah sistem
informasi yang sangat complicated dan sophisticated.
Mirip sebuah pesawat yang sedang terbang dengan system fly by
wire alias kendali otomatis berdasar program komputer yang telah dibuat sebelumnya.
Sekali sang pilot menekan tombol automation, maka pesawat pun terbang dan
beroperasi sesuai program yang telah dimasukkan kedalam sistem kendalinya. Sistem
informasi itu mengatur arah, ketinggian, kecepatan, daya mesin, dan sebagainya secara
otomatis, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Alam semesta ibarat pesawat terbang yang dikendalikan oleh pilot
secara fly by wire itu. Meskipun tidak persis demikian. Karena, posisi pilot
terpisah dari pesawatnya, sedangkan Sang Pengendali alam semesta meliputinya. Tetapi,
sebagai sebuah analogi sudah mencukupi untuk menggambarkan. Bahwa, seluruh ‘mesin’
ruang-waktu-materi-energi itu adalah entitas mati yang membutuhkan program automation
agar berjalan dengan moda tertentu sehingga mencapai tujuan yang ditargetkan. Setiap
perubahan pada salah satu variabelnya, akan diproses oleh sistem informasi dengan
moda automation yang diberlakukan, untuk mempertahankan proses yang ditetapkan.
Itulah sebabnya, alam semesta berdinamika secara seimbang seperti
yang telah kita bahas dalam notes sebelum-sebelumnya. Dalam kesempatan ini, saya
tidak sedang menyoroti sistem keseimbangannya, melainkan lebih kepada sistem informasi
yang membuatnya berada pada moda automation itu. Sebuah sistem informasi
tunggal yang berlaku secara umum dan menyeluruh di penjuru alam semesta.
Inilah yang digambarkan oleh Allah di dalam Al Qur’an Al Karim. Bahwa,
segala dinamika yang terjadi selama belasan miliar tahun ini sebenarnya dikendalikan
oleh Sang Pilot lewat moda otomatisasi berdasar sebuah sistem informasi yang telah
diberlakukan sejak kemunculan alam semesta.
QS. Al A’raaf (7):54
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di 'Arsy. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari,
bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah,Tuhan
semesta alam.
Begitulah keadaan alam semesta. Ia mirip seperti sebuah pemerintahan,
yang oleh Allah diistilahkan sebagai kerajaan. Atau, dalam analogi yang saya kemukakan,
mirip sebuah pesawat yang terbang fly by wire, dengan menggunakan moda otomatisasi.
Mesinnya adalah ruang-waktu-materi-energi, dan sistem otomatisasinya adalah sunnatullah.
Pilotnya adalah Allah. Dan action memencet tombolnya adalah saat Allah mengucapkan
KUN, fayakun. Sejak itulah alam semesta ‘terbang’ secara fly by wire
dalam keseimbangan dinamis menuju tujuan yang telah ditetapkan.
QS. Al Mulk (67): 1-3
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya
Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
QS. An Nahl (16): 40
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap SEGALA SESUATU apabila
Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "KUN (jadilah)",
maka jadilah ia.
Jadi, seluruh realitas dan eksistensi ini sebenarnya berasal dari
kalimat KUN belaka. Bersumber dari kalimat perintah inilah lantas muncul sistem
informasi yang mengurai menjadi segala sesuatu. Muncul menjadi ruang, menjadi waktu,
menjadi materi dan menjadi energi. Lantas muncul menjadi fluktuasi kuantum. Muncul
menjadi dinamika alam semesta dengan berbagai peristiwa yang mengisinya selama belasan
miliar tahun yang sudah berjalan. Dan akan terus berjalan sampai tujuan akhirnya
tercapai.
Sistem informasi alias sunnatullah itu lantas menjadi hukum
alam yang mengkoridori segala peristiwa. Menjadi ‘rel’ bagi pembentukan benda-benda
langit dan segala peristiwa yang terjadi di dalamnya, termasuk bermunculannya makhluk-makhluk
hidup di muka Bumi ataupun di penjuru semesta yang dikehendaki-Nya.
Kalimat KUN itu sendiri muncul dari salah satu sifat Allah, Yang
Maha Berfirman. Yang berisi Kehendak-Nya, berisi Kekuasaan-Nya, berisi Ilmu-Nya,
berisi segala Sifat-sifat-Nya. Yang kemudian mengejawantah menjadi makhluk dengan
beragam sifat, sesuai dengan desain yang ditetapkannya. Semuanya adalah derivasi
dari segala sifat-sifat ilahiah Allah. Yang mewujud dalam skala makhluk - hidup
maupun mati. Sehingga kelihatan menjadi terbatas, karena hanya mewujud sebagian,
sesuai dengan desain dan karakteristiknya.
Dalam sebuah ayat, Allah memberikan clue yang luar biasa tentang
eksistensi Diri-Nya dibandingkan dengan eksistensi makhluk. Bahwa diri-Nya ibarat
sebuah pelita di dalam kegelapan yang misterius, yang nyala pelita itu berpendar
dengan sendirinya tanpa ada yang menjadi penyebabnya. Sedangkan makhluk, tak lebih
hanyalah pendaran cahaya-Nya. Berwarna-warni dengan spektrum yang sangat luas, yang
digambarkan sebagai cahaya berada di atas cahaya, tiada ketahuan batasnya. Namun
toh demikian, semua cahaya itu tak akan pernah eksis, ketika Sang Pelita
tidak memancarkan cahaya-Nya..! Subhanallaah...
QS. An Nuur (24): 35
Allah mencahayai langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah,
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca, (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun
yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula disebelah barat. Yang minyaknya
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya,
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa saja yang dia kehendaki, dan Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Wallahu a’lam bissawab
~ salam~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar