SETAN - yang diwakili oleh
Iblis - dan MALAIKAT adalah dua jenis makhluk yang mesti kita pahami keberadaannya.
Karena, kedua makhluk ini sedemikian sering disebut-sebut oleh Al Qur’an, kitab
petunjuk umat Islam. Iblis digambarkan sebagai sosok antagonis yang selalu mempengaruhi
manusia menjadi ingkar kepada Tuhan. Sedangkan malaikat digambarkan sebagai sosok
protagonis yang selalu mendoakan kebaikan dan kebahagiaan manusia, serta berharap
agar manusia menjadi hamba Allah yang taat menyembah kepada-Nya.
Maka, upaya memahami eksistensi
iblis dan malaikat adalah sebuah upaya untuk memahami peran kejahatan dan kebaikan
dalam drama kehidupan kita sendiri. Berupa kejahatan dan kebaikan yang bersumber
dari dalam diri kita, maupun kejahatan dan kebaikan yang bersumber dari luar diri
kita. Baik yang bersifat individual orang per orang, maupun yang bersifat kolektif
melanda kehidupan suatu keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Bahkan seluruh
umat manusia yang hidup di muka Bumi.
Peradaban manusia dewasa
ini sedang dilanda masalah akut yang sangat mengancam kedamaian dan kebahagiaan
kehidupan kita sendiri. Hampir semua lini kehidupan kita sedang dikepung oleh pasukan
Iblis. Mereka merayu dan membuat kita lupa diri, sehingga tanpa terasa peradaban
manusia bergerak ke arah yang menghancurkan diri sendiri.
Di bidang ekonomi, manusia
saling memperdaya dan memperbudak untuk memperoleh keuntungan material yang semu.
Peperangan, bunuh-membunuh, dan saling menghancurkan terjadi di hampir seluruh belahan
dunia dikarenakan motif ekonomi. Ada yang melakukannya secara vulgar, dan ada pula
yang melakukannya secara halus tapi kejam. Sehingga, di tahun 90-an misalnya, sempat
dikenal filosofi bisnis yang sangat memprihatinkan yang dipraktekkan oleh para taipan
bisnis: thick face black heart - ‘Muka Tebal Hati Hitam’. Sebuah buku best
seller yang dikarang oleh Chin Ning Chu, seorang penulis Amerika Serikat berkebangsaan
China.
Secara garis besar buku itu
memberikan arahan bagaimana seharusnya seseorang mencapai kesuksesan dalam bisnis.
Yakni, harus ‘bermuka tebal dan berhati hitam’. Artinya, mesti menghilangkan perasaan
belas kasihan dalam ‘membunuh’ lawan, dan pantang menyerah dalam mencapai tujuan
dengan cara apa pun. Sebuah bentuk penghalalan segala cara dalam berbisnis, yang
sebenarnya sudah dijalankan oleh banyak pengusaha di dunia. Dan kemudian menyebabkan
terjadinya turbulensi ekonomi dewasa ini.
Ketika cara bisnis dilakukan
dengan semena-mena tanpa mempedulikan kemanusiaan dan kepentingan yang lebih besar,
maka sesungguhnya kita telah terjebak pada langkah-langkah pasukan Iblis. Tidak
akan menghasilkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manusia, sebaliknya justru
akan menghancurkannya.
Demikian pula dalam hal kekuasaan.
Pertempuran dan saling memusnahkan terjadi hampir setiap hari, antar kelompok, antar
bangsa, antar negara, bahkan antar penganut agama. Rebutan kekuasaan menjadi faktor
utama hancurnya peradaban manusia. Jutaan bahkan miliaran manusia menjadi korban
keserakahan atas kekuasaan ini. Bukan hanya di zaman ini, melainkan sejak awal keberadaan
manusia. Sehingga anak keturunan Adam generasi pertama pun diceritakan sudah melakukan
pertengkaran dengan korban tewasnya Habil oleh Qabil.
Pasukan Iblis telah berhasil
memperdaya manusia lewat keserakahan yang tiada henti-hentinya dipertontonkan oleh
umat manusia dari zaman ke zaman. Bukan hanya jiwa yang melayang, tetapi juga lingkungan
hidup yang semakin rusak parah. Kerusakan fisik yang disebabkan oleh ekonomi dan
kekuasaan itu semakin lengkap dengan berkembangnya budaya seksualitas yang semakin
bebas. Lembaga-lembaga rumah tangga menjadi berantakan. Padahal, rumah tangga adalah
institusi yang sangat diperlukan untuk membangun generasi muda yang berkualitas.
Dengan hancurnya lembaga
rumah tangga yang baik dan harmonis itu, sama saja kita telah menghancurkan lingkungan
terkecil bagi pendidikan anak-anak kita. Karenanya jangan heran, kejahatan, kekerasan,
pembunuhan, termasuk angka bunuh diri yang disebabkan oleh keputusasaan dalam menghadapi
hidup, terus meningkat di berbagai belahan dunia. Kita sedang melakukan kebodohan
kolektif untuk menghancurkan diri kita sendiri. Disebabkan salah arah dan kehilangan
suasana kondusif dalam menyiapkan mental serta spiritual generasi masa depan.
Semua yang saya sebut di
atas adalah kondisi-kondisi yang sangat kondusif bahkan ideal bagi pasukan Iblis
untuk memperdayai manusia. Kita telah membangun dan menyediakan diri untuk dijadikan
tunggangan bagi tercapainya tujuan-tujuan setaniyah dalam peradaban kita sendiri.
Maka, sudah semestinya kita menghindarkan diri dari terbentuknya kondisi di atas.
Baik secara pribadi maupun secara kolektif.
Jangan memilih jalan kegelapan
yang memudahkan Iblis memiliki momentum untuk mengerahkan pasukannya menebar kehancuran
lewat tangan-tangan kita sendiri. Yang seharusnya kita lakukan adalah memilih jalan
terang benderang yang mengajarkan kejujuran, integritas dalam kebaikan dan kemaslahatan,
serta kesederhanaan dalam niatan untuk membangun kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Itulah ‘jalan cahaya’ yang akan membimbing kita untuk menuju kepada Sang Maha Cahaya,
Allah Azza Wajalla.
Para malaikat-Nya senantiasa
menjadi utusan untuk melawan pasukan Iblis yang berlindung dalam kegelapan. Barisan
para malaikat hadir bagi orang-orang yang ikhlas menjalani hidupnya demi kebenaran,
karena Allah semata. Inilah jalan pembebasan. Jalan lurus yang terang benderang.
Jalannya orang-orang yang bakal memperoleh kenikmatan. Bukan jalannya orang-orang
yang dimurkai Allah, dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat.
Sang Maha Cahaya akan selalu
menerangi jalan hamba-hamba-Nya dengan mengirimkan barisan malaikat sepanjang kehidupan.
Dan ketika cahaya itu hadir dalam hidup kita, maka segala bentuk kegelapan pun akan
sirna. Kita menjadi tahu sejelas-jelasnya dan sadar sesadar-sadarnya untuk selalu
memilih jalan kebaikan dan kebenaran. Serta meninggalkan jalan kegelapan..!
Semoga Allah senantiasa menebarkan
cahaya-Nya dan mengirimkan para malaikat-Nya untuk menjaga kita dalam kebenaran
yang menyelamatkan, fiddunya wal aakhirat.
Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin..
Salam Penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar