Kamis, 09 Juni 2016

[5] - BERIMANLAH DENGAN AKAL SEHAT

KUALITAS amal ibadah kita sangat dipengaruhi oleh kualitas niat. Begitulah yang kita simpulkan dari dua sesi pembahasan sebelum ini. Selanjutnya, niat dan amal yang baik bakal menghasilkan kualitas keimanan yang baik pula.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Jika kita berniat puasa yang menyehatkan, konsekuensinya adalah mengikuti cara Rasul dalam mengatur pola makan yang baik dan benar. Yakni: halalan thayyiban.
Halal adalah “yang tidak haram”.
Sedangkan thayyib adalah “yang baik”: secara kandungan gizi, sesuai porsi, dan longgar frekuensinya.
Makan yang terlalu banyak, tak seimbang gizinya, dan terlalu sering frekuensinya pastilah “tidak thayyib”. Meskipun halal. Puasa yang demikian, pasti tidak berdampak menyehatkan. Malah bikin sakit.

Demikian pula ketika kita berniat puasa yang menuju pada ketakwaan.
Konsekuensinya: selama Ramadan ini kita mesti mendidik diri sendiri untuk terus berperilaku lebih terkontrol dalam kebaikan.
Orang yang bertakwa adalah orang yang suka menolong orang lain dengan harta bendanya dalam keadaan lapang maupun sempit, tidak mudah marah dan gampang memaafkan orang yang menyakitinya, serta selalu ingat Allah ketika berbuat dosa, memohon ampunan kepada-Nya dan tidak meneruskan perbuatan buruknya.
Begitulah Allah mengindikasikan tipikal orang-orang bertakwa di dalam Al Quran

Qs. ‘Ali ‘Imran (3) : 133-135.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang BEERTAKWA,
(yaitu) orang orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang berbuat kebajikan.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Niat ibadah yang lillahi ta’ala tidaklah berseberangan dengan niat puasa yang “menyehatkan dan menjadikan takwa”. Justru menjadi penyempurna.

Bahwa, kita berpuasa “yang menyehatkan dan menjadikan takwa” itu dikarenakan Allah dan Rasul-Nya menyuruh kita untuk demikian.
Allah dan Rasul menyuruh kita menjadi orang yang sehat lahir dan batin dengan cara berpuasa.
Tidak ada kontradiksi disini.

Sehingga tak perlu disimpulkan: kalau niatnya “pingin sehat dan bertakwa” berarti tidak lillahi ta’ala. Dan sebaliknya, kalau lillahi ta’ala tidak usah meniatkan “sehat dan takwa”. Semuanya berada di dalam “satu tarikan nafas” belaka.

Justru inilah manisfestasi dari keimanan dalam Islam.
Keimanan adalah “keyakinan logis” terhadap aturan agama. Bukan keyakinan yang ikut-ikutan.

Qs. Yunus (10) : 100
“Dan tidak ada seorang pun akan BERIMAN kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan KEMURKAAN kepada orang-orang yang tidak mempergunakan AKAL-nya (dalam berproses menuju keimanan itu).

Termasuk keimanan kepada Allah sekalipun. Kenapa kita beriman kepada Allah dan menjadikan Dia Tuhan dalam hidup kita, misalnya? Tentu, dikarenakan Allah pantas diagungkan sebagai Tuhan. Dialah Tuhan yang Maha Segala-galanya. Seandainya tidak pantas, pastilah kita akan mencari tuhan yang lain. Tuhan yang sebenarnya. Bukan yang tuhan-tuhanan, dan tidak pantas kita posisikan sebagai Tuhan.

Demikian pula, kenapa kita melakukan ibadah? Karena kita memang membutuhkan ibadah itu. Sebuah aktivitas yang memberikan banyak kemanfaatan bagi diri sendiri maupun masyarakat luas. Lahiriah maupun batiniah. Badan maupun jiwa. Yang karenanya, kita lantas bersyukur kepada Allah yang demikian mengasihi dan menyayangi kita, karena telah memberikan cara untuk me-manage hidup kita melalui peribadatan.

Qs. Al Baqarah (2) : 185
“Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, hendaklah ia berpuasa di dalamnya. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka), maka (hendaklah ia mengganti puasanya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki KEMUDAHAN bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah ATAS PETUNJUK-Nya yang diberikan kepadamu, SUPAYA kamu BERSYUKUR."

Bagaimana menurut Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar