Seorang
kawan bertanya: “Apakah Anda termasuk kategori orang beriman?
Dengan
tegas saya jawab: “iya”.
Kawan
yang lain nyeletuk: “Hanya Allah yang tahu, apakah Anda beriman ataukah tidak”.
Manakah yang benar, kita
harus “mengusahakan” proses keimanan kita ataukah “memasrahkan” proses keimanan
itu kepada Allah?
Dua-duanya
benar. Keimanan adalah proses yang harus disengaja. Bukan sekedar pemberian
dari Allah. Dimana kita hanya “pasrah bongkokan” menunggu datangnya keimanan.
Keimanan adalah
keyakinan. Keyakinan adalah hasil dari proses pembelajaran dan pemahaman yang
panjang. Jatuh bangun selama bertahun-tahun, dalam perjuangan yang istiqomah.
Bergelimang peluh dan air mata. Bahkan cucuran darah. Orang yang berproses
dalam perjuangan yang demikian, insya Allah keimanannya berakar kuat dalam
sanubarinya.
Berbeda dengan orang
yang pasrah bongkokan “menunggu” datangnya “hidayah”. Mereka tidak melakukan
perjuangan. Melainkan bermalas-malasan menunggu di sudut ruang hidupnya.
Berharap belas kasih dari Allah yang memang Maha Pemurah. Tetapi, sekali lagi:
tanpa perjuangan. Cuma menadahkan tangan.
Puluhan ayat Al Qur’an
memerintahkan perjuangan dalam hidup ini. Termasuk memperjuangan keimanan.
Allah menyebut para pejuang kehidupan itu sebagai mujahid. Dan kalau mati dalam
perjuangan disebut mati syahid. Bukan hanya dalam perang. Tetapi di semua lini
kehidupan. Mulai dari diri sendiri dalam bentuk meningkatkan kualitas keyakinan
alias keimanan. Dilanjutkan dengan menjaga, menafkahi, mendidik keluarga. Dan
diteruskan dengan memberikan manfaat kepada lingkungan dan umat secara
keseluruhan.
Proses keimanan adalah
proses perjuangan. Bukan pasrah bongkokan. Yang karenanya, Allah menghargai
para pejuang itu dengan “harga mahal”: surga penuh kenikmatan. Persis seperti
yang diajarkan Allah dalam ayat berikut ini.
Qs. Ali Imran (3): 142
“Apakah
kamu MENGIRA bahwa kamu akan masuk SURGA, padahal belum terbukti bagi Allah
orang-orang yang berjihad (berjuang secara istiqomah) diantaramu dan belum nyata
orang-orang yang sabar (dalam perjuangannya).”
Surga bukan diperoleh
hanya dengan menadahkan tangan kepada Allah. Meskipun Allah Maha pemurah.
Tetapi, harus diperjuangkan dengan sengaja dan istiqomah. Apalagi menadahkan
tangan sambil bermalas-malasan. Allah tidak suka.
Maka, kembali ke
pertanyaan di awal kajian kita kali ini: “Apakah Anda termasuk orang yang
beriman?” Dengan tegas saya jawab: “iya”. Bukan karena sombong merasa sudah
beriman, melainkan “berkomitmen” untuk berjuang sepenuh hati di jalan Allah.
Karena, inti dari keimanan itu sebenarnya adalah “komitmen” yang didasarkan
pada kepahaman dan keyakinan atas kebenaran agama ini. Bahwa Allah Maha
Mengetahui atas kualitas keimanan kita, itu adalah benar adanya. Namun Allah
juga meminta ketegasan kita, apakah kita “meyakini” kebenaran agama ini? Dan
kemudian “berkomitmen” untuk memperjuangkannya secara personal maupun sosial.
Secara moral maupun spiritual.
Maka, kalau Anda ditanya
seperti itu: “Apakah Anda termasuk orang beriman ataukah tidak”, apa jawaban
Anda? Mudah-mudahan Anda akan dengan tegas dan bangga mengatakan bahwa Anda
berada di barisan orang-orang beriman. Orang-orang yang memiliki komitmen jelas
untuk memperjuangkan kualitas keberagamaan Anda. Sekaligus ingin menjadi orang
yang bermanfaat sebesar-besarnya bagi kemaslahatan umat di dalam ridha Allah
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bagaimana menurut Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar