Minggu, 12 Juni 2016

[8] – BENARKAH ANDA MEYAKINI ALLAH?

Kadang kita perlu mengubah kalimat pertanyaan untuk meng-crosscheck keyakinan kita. Supaya dapat sudut pandang yang berbeda. Dan lantas yakin bahwa kita benar-benar yakin akan suatu masalah. Dalam hal ini terkait dengan pertanyaan di sesi sebelum ini:
Apakah Anda termasuk dalam kategori orang yang beriman?"

Jawaban“iya” yang saya sampaikan atas pertanyaan itu ternyata masih dianggap sebagai sebuah kesombongan. Adalah sombong, orang-orang yang memasukkan dirinya sendiri ke dalam golongan orang-orang beriman. Karena itu, saya merasa perlu membahas dan menegaskan kembali soal ini dengan sudut pandang yang berbeda. Agar tidak terjadi mispersepsi dan misleading dalam memahaminya.

“Apakah Anda meyakini Keberadaan Allah?”
Bagaimana Anda menjawab pertanyaan ini?
Kalau pertanyaan itu diarahkan kepada saya, maka saya akan menjawabnya dengan mantap: “tentu, sangat yakin!” Dengan kata lain, saya “sangat beriman” atas keberadaan Allah.
Lantas, apakah saya akan “dinilai sombong” dengan jawaban ini? Sehingga, saya sebaiknya mengatakan saja: “hanya Allah yang tahu”? Bagaimana menurut Anda?

Iman adalah komitmen. Maka, ketika saya mengatakan bahwa saya beriman kepada Allah, itu adalah komitmen saya untuk menjadikan Allah sebagai Tuhan satu-satunya dalam kehidupan saya. Tentu yang demikian ini bukan “sombong”. Melainkan “ikrar” untuk memasuki dan menjalani agama ini dengan benar.

Tanpa ikrar ini, proses keberagamaan kita menjadi kehilangan arah. Tidak ada komitmen. Bersyahadat adalah berkomitmen: hanya menuhankan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, dan menjadikan Rasulullah sebagai teladan kehidupan. Itu artinya kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Lantas, apakah seseorang dikatakan “sombong” ketika menyatakan diri: “saya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya?”

Ketika kita sudah berkomitmen seperti ini, maka dengan sendirinya kita sudah termasuk dalam barisan orang-orang yang beriman. Jadi, sekarang apakah jawaban Anda ketika diberi pertanyaan: “Apakah Anda termasuk golongan orang-orang yang beriman?”

Mudah-mudahan jawabannya kini sudah lebih mantap: “Ya, saya termasuk dalam barisan orang-orang yang beriman”. Beriman kepada Allah. Beriman kepada Rasulullah. Beriman kepada para malaikat-Nya. Beriman kepada kitab-kitab-Nya. Beriman kepada Takdir. Dan beriman kepada hari Akhir. Alhamdulillah, kini Anda sudah termasuk ke dalaman golongan orang-orang yang beriman..

Itulah justru yang dikehendaki oleh Allah.

Qs. Al Baqarah (2) : 136
“(Hai orang-orang mukmin) katakanlah:"Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”.

Qs. Al Baqarah (2) : 3-4
“Mereka beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka (juga) beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka meyakini akan adanya (kehidupan) akhirat.”

Jadi, sekali lagi, keimanan adalah komitmen. Dan komitmen atas keyakinan itulah yang kemudian kita perjuangkan sepanjang hidup. Di dalamnya kita akan mengalami fase-fase keimanan, yang lantas menjadi nilai kita di hadapan Allah.

Memang, “nilai keimanan” itu hanya Allah yang tahu. Tetapi, “keimanan” itu sendiri adalah komitmen yang harus kita deklarasikan, agar proses spiritual keagamaan kita memperoleh arah yang jelas. Yang dalam ayat di atas, justru diperintahkan untuk “mengatakan” secara eksplisit, sebagai ikrar dalam beragama.

Bagaimana menurut Anda?

Sumber : http://agusmustofa.com/?page=ngaji&id=19

1 komentar:

  1. http://almanhikam89.blogspot.co.id/2017/02/siapa-pewaris-al-kitab.html
    http://almanhikam89.blogspot.co.id/2017/02/misteri-kejadian-alam-dan-manusia-bag1-5.html
    http://almanhikam89.blogspot.co.id/2017/02/shalat-dalam-kajian-metafisika.html
    http://almanhikam89.blogspot.co.id/2017/02/puasa-dan-ilmu-kedokteran-modern.html
    http://almanhikam89.blogspot.co.id/2017/02/metafisika-puasa.html
    http://almanhikam89.blogspot.co.id/2017/02/sebuah-kajian-metafisis.html
    http://almanhikam89.blogspot.co.id/2017/02/puasa-adalah-pendidikan-jasmani-dan.html

    BalasHapus