Senin, 28 November 2011

Isra' Mira'j

Oleh Tony Wang pada 27 November 2011 pukul 12:17
Benarkah ada Isra’ Mira’j dan Batu Melayang?
Referensi :

Pengantar

Peristiwa Isra' Mira'j adalah peristiwa dimana Nabi Muhammad Pergi kelangit ke 7 dan berdasarkan peristiwa inilah Umat Islam mulai menunaikan shalat 5 waktu. Dibalik itu, terdapat banyak perdebatan mengenai keabsahan peristiwa Isra' Mira'j baik itu mengenai kesaksian, Buraq yang mengantarkannya, hadis yang meriwayatkan, sejarah dibalik peristiwa tersebut dan bahkan beberapa bulan terakhir ini terdapat photo dan email tentang adanya Batu melayang yang sempat mewarnai tidak kurang dari 1280 website dan 284 diantaranya mencantumkan asal photo dan tulisannya.

Artikel ini mengulas seputar:
Batu Melayang dan Ulasannya
Peristiwa Isra'a Mira'j dan Ulasannya
Setalah anda membaca tuntas, maka anda akan dapat menarik kesimpulan mengenai dua hal diatas.

Selamat membaca.
…………………………

Batu Melayang dan Ulasannya

Sebelum mengulas tentang peristiwa Isra'a Miraj, saya ajak anda untuk melihat Photo yang dikatakan sebagai Batu melayang sebagai keajaiban peristiwa Isra'a Mira'j beserta tulisan dari sipengirim photo. Pertanyaannya adalah apa yang ada dibenak anda saat melihat dan membaca itu?

Berikut tulisan pengirim dan photo ini berasal: ady_chy@yahoo.com
<photo id="1" />Ini foto dari teman saya sewaktu melawat Al Aqsa (yg sebenarnya) di Jerusalem,

Subhanallah ……

Foto ini bisa lolos karena tidak diketahui oleh pihak israel yg menjaga tempatnya dengan sangat ketat.

Bukti kebesaran Allah SWT batu tempat duduk Nabi Muhammad SAW Isra Mi'raj

sampai kini masih tetap melayang di udara. Pada saat Nabi Muhammad mau Mi'raj batu tsb ikut, tetapi Nabi SAW menghentakan kakinya pada batu tsb, maksudnya agar batu tsb tak usah ikut. Kisah Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW tentang batu gantung tsb yang berada dalam masjid Umar (Dome of the Rock) di Lingkungan Masjidil AQSHA di Yerusalem.

Sampai sekarang mesjid dome of rock ditutup untuk umum, dan Yahudi membuat mesjid lain Al Sakhra tak jauh disebelahnya dengan kubah "emas" (yg sering terlihat di poster2 yg disebarkan ke seluruh dunia dimana2) dan disebut sebagai Al Aqsa, untuk mengelabui ummat islam dimana mesjid Al Aqsa yang sebenarnya, yang Nabi Muhammad SAW pernah sebutkan Al Aqsa sebagai "mesjid kubah biru".

Saat ini mesjid Al Aqsa yg sebenarnya sudah di ambil-alih oleh israel , dan rencananya mau dihancurkan untuk diganti sebagai tempat ibadah mereka karena bersebelahan dengan tembok ratapan.


Dari Muhammad Nashiruddin al-Albani, Buku ke-3, Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu, Gema Insani Press 1999 halaman 584 - 585 hadis nomor 1252 :
"Batu besar adalah batu yang di Baitil Maqdis diatas pohon korma, dan pohon korma berada ditepi sungai dari sungai-sungai didalam surga, dan dibawah pohon korma ada Asiyah istri Fir'aun dan Maryam binti Imron, keduanya mengatur kalung-kalung penghuni surga hingga hari kiamat."

Bagaimana pendapat anda? Tentunya saat anda melihat photo itu, selekasnya ada peningkatan suasana religious di diri anda, lalu anda juga segera menyampaikan pujian-pujian kepada yang maha kuasa dan lebih-lebih lagi ada hadis yang menyatakannya maka anda akan semakin menambah keyakinan anda tentang kebesaran Islam.

Sayang sekali!

Hadis itu diragukan, hadis ini Maudhu', diriwayatkan oleh Ibnu Asakir ( I/274/19 )
dari Ibrahim bin Muhammad, "Telah memberitakan kepada kami Muhammad bin Mukhallad, memberitakan kepada kami Ismail bin Ayyasy dari Tsa'labah bin Muslim al-Khats'ami dari Su'ud bin Abdir Rahman dari Khalid bin Mi'dan dari Ubadah bin Shaamit secara marfu' ", kemudian Ibnu Asakir berkata," Telah diriwayatkan oleh lainnya yang juga dari Khalid, seraya menjadikannya sebagai ucapan Ka'ab."
Adz-dzahabi menuturkan hadis ini dalam rangka mengutarakan otobiografi Muhammad bin Mukhallad ar-Ra'aini al-Himshi. Kemudian ia berkata : "Telah diriwayatkan oleh Abu Bakar Muhammad bin Ahmad al-Wasithi al-Khatib dalam 'Fadhail Bait al-Maqdis' dengan sanad gelap kepada Ibrahim bin Muhammad, dari Muhammad bin Mukhallad dan merupakan berita kedustaan yang jelas" Lebih jauh tentang Muhammad bin Mukhallad ini, adz-Dzahabi berkata : Ia telah menyampaikan hadis-hadis batil …; seraya menuturkan bahwa hadis ini adalah salah satunya.

Didalam kitab al-Lisan Ibnu Hajar mengatakan bahwa menurut Ibnu Adi, Muhammad bin Mukhallad mungkar periwayatannya, dari siapapun diriwayatkannya. Sedangkan ad-Daruquthni mengatakan didalam kitab Gharaa'ib Maalik, "Orang ini ditinggalkan periwayatannya".

Mungkin anda akan berkata: "So what?!, Photo itu sudah merupakan saksi!"

Sayang sekali!

Batu itu aslinya sama sekali tidak melayang bahkan masih berada diatas tanah. Photo itu merupakan hasil rekayasa. Berikut saya sampaikan perubahan-perubahannya

[Kembali ke Pengantar]

Peristiwa Isra'a Mira'j dan Ulasannya

Peristiwa Isra' wal Mi'raj adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhamad SAW dari Masjidil Haram ke Masdil Aqsa (Bayt Al-Maqdis) pada 27 Rajab Tahun Kesebelas Kenabian Muhammad SAW. Peristiwa itu terjadi sekitar setahun sebelum Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah (Yatsrib ketika itu). Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang sangat "sumpek", isteri tercinta Khadijah r.a. dan paman telah meninggal dunia. Saat Isra' Miraj lah perintah shalat 5 waktu diturunkan. Peristiwa ini dicatat dalam Al Quran pada surat Al Isra ayat pertama dan juga di beberapa hadis:
subhaana alladzii asraa bi'abdihi laylan mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa alladzii baaraknaa hawlahu linuriyahu min aayaatinaa innahu huwa alssamii'u albashiiru
[17:1] Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847]agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
847: Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
*) ada yang beranggapan bahwa kata "al-bashiyr" pada akhir ayat, artinya bukan Maha Mengetahui, tetapi Maha Melihat)
Hadis dibawah ini meriwayatkan asal muasal perintah shalat 5 waktu, dimana Allah memberikan perintah kepada Nabi bahwa wajb mendirikan shalat sebanyak 50 kali satu harinya, namun akhirnya berhasil ditawar Nabi Muhammad menjadi sebanyak 5 kali satu hari (Bukhari: Vol.1 Book 8 No.345; Vol.4 Book 54 No.42; Vol.5 Book 58 No.227; dan Vol.9 Book 93 No.608)
Ibn Hazm dan Anas bin Malik berkata: Nabi berkata, "Kemudian Allah memerintahkan shalat 50x pada para pengikutku ketika Aku kembali dengan perintah Allah ini, Aku bertemu dengan Musa yang bertanya padaku, 'Apa yang telah Allah perintahkan pada para pengikutmu?' Aku jawab, 'Ia memerintahkan shalat 50x pada mereka' Musa berkata, 'Balik kembali pada Tuhanmu (dan serukan pengurangan)untuk para pengikutmu yang tidak akan mampu menanggung itu' (Jadi Aku kembali pada Allah dan memohonkan pengurangan) dan Ia mengurangi itu menjadi setengahnya. Ketika aku bertemu Musa kembali dan mengabarkannya tentang itu, Ia berkata, 'Kembali ke Tuhanmu karena pengikutmu tak akan kuat menanggungnya' Jadi, Aku kembali pada Allah dan memohonkan pengurangan lebih lanjut dan setengahnya di kurangi. Lagi aku bertemu dengan Musa dan Ia berkata pada ku:'Kembali kepada Tuhanmu, Para pengikutmu tidak akan kuat menanggungnya. Jadi aku kembali pada Allah dan Allah berkata, 'Shalatlah 5x dan ini setara dengan 50 x [dalam ganjaran] dalam kataku tak akan berubah.' Aku kembali ke Musa dan Ia berkata padaku untuk kembali sekali lagi. Aku menjawab, 'Sekarang Aku merasa malu untuk memohon pada Tuhanku lagi'"
Dari Ayat AQ 17:1 dan hadis dibawah ini juga diketahui bahwa Mesjid Al Aqsa (Bayt Al-Maqdis) telah ada saat itu. Pada Hadis Bukhari dibawah ini diketahui pula jarak antara pembangunan Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa yaitu sejauh 40 tahun lamanya.

Vol.4 Book 55 No.585:
Abu Dhaar meriwayatkan:
Aku berkata, "O rasul Allah! Mesjid Mana yang pertama di bangun di muka bumi?" Ia berkata, "Al-Masjid-ul-,Haram (di Mekkah)" Aku berkata, "Yang mana yang dibangun berikutnya?" Ia menjawab, "Mesjid Al-Aqsa (di Jerusalem)." Aku berkata, "Berapa lama jarak periode rekrontruksi di antara keduanya?" Ia katakan, "Empat puluh tahun."[..]" [Juga di Bukhari Vol.4 Book 55 No.636]

Berdasarkan buku SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL, yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah, Penerbit PUSTAKA JAYA, Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat Cetakan Kelima, 1980, Seri PUSTAKA ISLAM No.1, diceritakan sebagai berikut:
Masa berkabung terhadap Khadijah itupun sudah pula berlalu. Terpikir olehnya akan beristeri, kalau-kalau isterinya itu kelak akan dapat juga menghiburnya, dapat mengobati luka dalam hatinya, seperti dilakukan Khadijah dulu. Tetapi dalam hal ini ia melihat pertaliannya dengan orang-orang Islam yang mula-mula itu harus makin dekat dan perlu dipererat lagi. Itu sebabnya ia segera melamar puteri Abu Bakr, Aisyah. Oleh karena waktu itu ia masih gadis kecil yang baru berusia tujuh tahun, maka yang sudah dilangsungkan baru akad nikah, sedang perkawinan berlangsung dua tahun kemudian, ketika usianya mencapai sembilan tahun. Sementara itu ia kawin pula dengan Sauda, seorang janda yang suaminya pernah ikut mengungsi ke Abisinia dan kemudian meninggal setelah kembali ke Mekah.

Pada masa itulah Isra' dan Mi'raj terjadi. Malam itu Muhammad sedang berada di rumah saudara sepupunya, Hindun puteri Abu Talib yang mendapat nama panggilan Umm Hani'. Ketika itu Hindun mengatakan:

"Malam itu Rasulullah bermalam di rumah saya. Selesai salat akhir malam, ia tidur dan kamipun tidur. Pada waktu sebelum fajar Rasulullah sudah membangunkan kami. Sesudah melakukan ibadat pagi bersama-sama kami, ia berkata: 'Umm Hani', saya sudah salat akhir malam bersama kamu sekalian seperti yang kaulihat di lembah ini. Kemudian saya ke Bait'l-Maqdis (Yerusalem) dan bersembahyang di sana. Sekarang saya sembahyang siang bersama-sama kamu seperti kaulihat."

Kataku: "Rasulullah, janganlah menceritakan ini kepada orang lain. Orang akan mendustakan dan mengganggumu lagi!"

"Tapi harus saya ceritakan kepada mereka," jawabnya.

Orang yang mengatakan, bahwa Isra' dan Mi'raj Muhammad 'alaihissalam dengan ruh itu berpegang kepada keterangan Umm Hani' ini, dan juga kepada yang pernah dikatakan oleh Aisyah: "Jasad Rasulullah s.a.w. tidak hilang, tetapi Allah menjadikan isra' itu dengan ruhnya.". Juga Mu'awiya b. Abi Sufyan ketika ditanya tentang isra' Rasul menyatakan: Itu adalah mimpi yang benar dari Tuhan.

Apa yang dikatakan Muhammad kemudian menimbulkan kesangsian juga pada beberapa orang pengikutnya, pada orang-orang yang tadinya sudah percaya. Mereka banyak yang mengatakan: Masalah ini sudah jelas. Perjalanan kafilah yang terus-meneruspun antara Mekah-Syam memakan waktu sebulan pergi dan sebulan pulang. Mana boleh jadi Muhammad hanya satu malam saja pergi-pulang ke Mekah?!

Tidak sedikit mereka yang sudah Islam itu kemudian berbalik murtad. Mereka yang masih menyangsikan hal ini lalu mendatangi Abu Bakr dan keterangan yang diberikan Muhammad itu dijadikan bahan pembicaraan.

"Kalian berdusta," kata Abu Bakr. "Sungguh," kata mereka. "Dia di mesjid sedang bicara dengan orang banyak."

"Dan kalaupun itu yang dikatakannya," kata Abu Bakr lagi, "tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku, bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau siang, aku percaya. Ini lebih lagi dari yang kamu herankan."

Abu Bakr lalu mendatangi Nabi dan mendengarkan ia melukiskan Bait'l-Maqdis. Abu Bakr sudah pernah berkunjung ke kota itu. Selesai Nabi melukiskan keadaan mesjidnya, Abu Bakr berkata: "Rasulullah, saya percaya.". Sejak itu Muhammad memanggil Abu Bakr dengan "AshShiddiq."

Asra, sura dan isra', harfiah berarti "perjalanan malam hari" (LA). 'Araja berarti naik atau memanjat. Mi'raj harfiah tangga (N) (A).
AshShidiq = Yang tulus hati, yang sangat jujur
Dari al-Tabari vol.9 hal.140-141, Mohamad merencanakan pernikahan itu, namun berakhir dengan tidak adanya pernikahan dengan 'Umm Hani' binti Abi Talib [Hind] karena ia (umm Hani) mengatakan bahwa ia sudah mempunyai anak. Hal ini tidak konsisten dimana Umm Hani’ menjadi seorang Islam sebelum atau setelah Muhamad memintanya menikah dengannya. (al-Tabari vol.39 hal.197 dan catatan kaki 857 hal.197)
Kisah perjalanan Nabi dari rumah Umm’ Hani diuraikan pula di Ibn Sa'd's Al-Tabaqat Al-Kabir Volume I: translated by S. Moinul Haq, M.A., PH.D assisted by H.K. Ghazanfar M.A.; Kitab Bhavan Exporters & Importers, 1784 Kalan Mahal, Daryaganj, New Delhi - 110 002 India; pg. 246-248
Dari hadis-hadis sahih, kita ketahui bahwa perjalanan menuju langit ke 7 dilakukan dengan mengendari Buraq:

Hadis Muslim book 1 no.309
"[..]Aku dibawa dengan Buraq, sejenis binatang putih dan panjang, lebih besar dari keledai namun lebih kecil dari bagal[..]
Hadis Bukhari, Vol.4 Book 54 No.429,
"Al-Buraq, binatang berwarna putih, lebih kecil dari bagal dan lebih besar dari keledai dibawa oleh ku dan aku berangkat dengan jibril"
Hadis Bukhari Vol.5 Book 58 No.227:
Kemudian binatang putih yang lebih kecil dari bagal dan lebih besar dari kedelai dibawakan kepadaku" (atas ini Al-Jarud bertanya, "Apa itu Buraq, O Abu Hamza?" I (Anas) menjawab dengan persetujuan). Nabi berkata, "Kaki binatang itu (begitu besarnya) mencapai titik terjauh yang dapat di capai oleh pandangan binatang. Aku di bawa diatasnya, dan gabriel berangkat bersamaku hingga kami mencapai langit terdekat.
Nabi, di setiap langit yang di singgahinya, bertemu banyak Nabi lain yang telah wafat, yaitu pada langit ke:
Adam yang di kanan dan kirinya ada jiwa-jiwa keturunannya, dimana di sebelah kanan penghuni Surga dan disebelah kiri penghuni neraka [Muslim book 1 no.313; Bukhari Vol.1 Book 8 No.345]
Yesus [Muslim book 1 no.314]. Isa dan Yahya [Muslim Book 1 no.309 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429; Vol.5 Book 58 No.227]. Idris [Bukhari Vol.9 Book 93 No.608
Yahya dan Yusuf [Muslim book 1 no.314 ]. Yusuf [Muslim Book 1 no.309 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227]
Idris [Muslim book 1 no.309 dan 314 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227]. Harun [Bukhari Vol.9 Book 93 No.608]
Harun [Muslim book 1 no.309 dan 314 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227]
Abraham [Muslim Book 1 no.313 dan Bukhari Vol.1 Book 8 No.345, Vol.9 Book 93 No.608]. Musa [Muslim book 1 no.309 dan 314 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227]
Musa [Bukhari Vol.9 Book 93 No.608]. Abraham [Muslim book 1 no.314 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227]
Nabi jugga melihat sungai Nil dan Efrat:
Di langit ke-2 [Bukhari Vol.9 Book 93 No.608]
Di langit ke-7 [Muslim book 1 no.314 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227].
Di langit, namun tidak disebutkan langit keberapa [Muslim Book 040 no.6807 dan Bukhari Vol.7 Book 69 No.514]
Apa yang menarik dari peristiwa Isra' Miraj di atas?

Pertama,
Keberadaan Nabi saat peristiwa tersebut terdapat beberapa variasi kisah, yaitu ada dikatakan bahwa Nabi sedang berada di rumah saudari sepupunya sampai fajar menjelang (Saat itu hindun, baru saja ditinggal wafat oleh suaminya dan menurut Tabari Hindun (Umm' Hani, sempat dipinang oleh Nabi namun tidak jadi)
Terdapat kisah yang menyatakan bahwa Nabi ada di rumahnya (Bukhari Volume 1, Book 8, Number 345, Volume 4, Book 54, Number 429)
Dan ada pula dikisahkan bahwa Saat itu Nabi berbaring antara Al-Hatim or Al-Hijr (Bukhari Volume 5, Book 58, Number 227)
Kedua,
Saat peristiwa itu terjadi apakah Nabi apakah tertidur, diantara keduanya atau dalam keadaan sadar?
Tertidur/mimpi, disebut di Volume 9, Book 93, Number 608,
Diantara keduanya:Bukhari Volume 4, Book 54, Number 429
Tidak tidur/Sadar disebut di Ibn Sa'd's Al-Tabaqat Al-Kabir Volume I, Bukhari Volume 1, Book 8, Number 345, Volume 5, Book 58, Number 228, Volume 5, Book 58, Number 227, Tafsir Ibn Kathir: pg. 572-573)
Ketiga,
Kesahihan naik Buraq sudah terjamin di Hadis Muslim 1:309, Bukhari Volume 4, Book 54, Number 429, Bukhari Volume 5, Book 58, Number 227 dan Ibn Sa'd's Al-Tabaqat Al-Kabir Volume I namun tidak ada satupun kisah mengenai mahluk Buraq tersebut muncul di AQ padahal banyak binatang2 disebutkan di AQ misalnya semut, Ular, Kuda, domba, unta, kera, babi dan lainnya. Buraq seyogyanya mendapatkan sesuatu hal yang khusus namun entah mengapa Allah tidak berkenan untuk menyebutkannya.

Keempat,
Quran menginformasikan bahwa Surga dan Neraka hanya di buka saat kiamat tiba dan sebelum itu semua manusia yang mati ditempatkan di alam kubur/Barzakh [AQ 6:93, 9:101, 18:99, 22:7, 23:101-104, 27:82-90, 39:67-75, 40:46, 56:1-56, 75:1-14, 79:34-41, 101:1-11]

Dimana jelas disebutkan bahwa Allah hanya membangkitkan Adam beserta keturunannya saat kiamat tiba dan kemudian di sidang untuk mendapatkan ganjaran surga atau neraka.
wa-anna alssaa'ata aatiyatun laa rayba fiihaa wa-anna allaaha yab'atsu man fii alqubuuri
[22:7] dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.

tsumma innakum yawma alqiyaamati tub'atsuuna
[23:16] Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.

waqaala alladziina uutuu al'ilma waal-iimaana laqad labitstum fii kitaabi allaahi ilaa yawmi alba'tsi fahaadzaa yawmu alba'tsi walaakinnakum kuntum laa ta'lamuuna
[30:56] Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya)."

nnaa lananshuru rusulanaa waalladziina aamanuu fii alhayaati alddunyaa wayawma yaquumu al-asyhaadu
[40:51] Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),

qaala anzhirnii ilaa yawmi yub'atsuuna
[7:14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya529 sampai waktu mereka dibangkitkan".
529: Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.

qaala rabbi fa-anzhirnii ilaa yawmi yub'atsuuna
[15:36] Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan797,
797: Maksudnya Iblis memohon agar dia tidak diazab dari sekarang melainkan diberikan kebebasan hidup sampai hari berbangkit.

qaala ara-aytaka haadzaa alladzii karramta 'alayya la-in akhkhartani ilaa yawmi alqiyaamati la-ahtanikanna dzurriyyatahu illaa qaliilaan
[17:62] Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".

fa-azallahumaa alsysyaythaanu 'anhaa fa-akhrajahumaa mimmaa kaanaa fiihi waqulnaa ihbithuu ba'dhukum liba'dhin 'aduwwun walakum fii al-ardhi mustaqarrun wamataa'un ilaa hiinin
[2:36] Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu38 dan dikeluarkan dari keadaan semula39 dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
 Namun Hadis sahih yang merekam ucapan nabi sendiri JUSTRU MENYATAKAN HAL SEBALIKNYA, yaitu penghuni surga dan neraka sudah ada saat itu dan bahkan banyak sekali!

Menariknya,
Jibril yang ketika itu dapat mengenali Nabi-nabi yang telah wafat lama namun ternyata TIDAK MAMPU mengenali Ayah dan Ibu Nabi, kakek nabi dan BAHKAN paman Nabi Abu Thalib (wafat dengan jarak berdekatan dgn Khadijah) yaitu < 1 tahunan dari peristiwa Isra' Mira'j ini, di mana mereka semua ada di neraka [seharusnya terlihat ada di sebelah kiri Adam]!
Ayahanda dan Ibunda Muhammad dinyatakan masuk Neraka krn tidak memuja Allah. Saat ibundanya wafat, Muhammad berumur 6 tahun:

"Dari Anas, bahwa seorang laki-laki pernah bertanya, "Ya Rasulullah ! Di manakah tempat ayahku ?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Di Neraka!"

Maka tatkala orang itu berpaling hendak pergi, beliau memanggilnya, lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu tempatnya di neraka" [Hadits shahih Riwayat Muslim juz I halaman 132 dan 133. Periksa kitab Qaa'idatun Jalilah At-Tawassul wal Wasilah, halaman 8 cetakan tahun 1977 Lahore-Pakistan, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah]

"Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ziarah ke kubur ibunya, lalu ia menangis yang menyebabkan orang-orang disekelilingnya (para shahabat) turut menangis.

Lalu beliau bersabda, 'Aku meminta izin kepada Tuhanku supaya aku dibolehkan untuk memohonkan ampun baginya, tapi tidak diizinkan bagiku.

Lalu aku meminta izin supaya aku dibolehkan menziarahi kuburnya, maka diizinkan bagiku. Oleh karena itu ziarahilah kubur-kubur itu, karena menziarahi kubur itu dapat mengingat mati" [Hadits shahih Riwayat Muslim (3/65), Abu Daud (no 3234), Nasa'i (2/72), Ibnu Majah (no. 1572), Baihaqi (4/76), Ahmad dan Thahawi (3/189), Periksalah kitab : Tafsir Ibnu Katsir jilid 2 halaman 393, 394 dan 395, Ahkamul Janaaiz halam 187, 188 masalah ke-121 oleh Muhaddits Syaikh Muhammadn Nashiruddin Al-Albani]

"Dari Buraidah, ia berkata, "Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan/safar, lalu beliau turun bersama kami, sedangkan kami pada waktu itu mendekati seribu orang.

Kemudian beliau shalat dua rakaat (mengimami kami), setelah selesai beliau menghadapkan wajahnya kepada kami sedangkan kedua matanya mengalir air mata.

Lalu bangkitlah Umar bin Khaththab menghampirinya dan berkata. 'Ya Rasulullah, mengapakah engkau (menangis)?'

Beliau menjawab, 'Sesungguhnya aku telah meminta kepada Tuhanku Azza wa Jalla untuk memohon ampunan bagi ibuku, akan tetapi Ia tidak memberiku izin kepadaku, maka dari itulah mengalir air mataku karena kasihan kepadanya yang ia termasuk (penghuni) neraka". [Hadits shahih Riwayat Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Hakim (1/376), Ibnu Hibban (no. 791), Baihaqi (4/76) dan Tirmidzi]

Juga dari 2 (dua) hadis mursal di bawah ini, sebagai asbabunuzul AQ 2:119,

"Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka"

Hadis:
Rasulullah SAW bersabda: "Betapa inginnya aku tahu nasib ibu bapakku." Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 119). Rasulullah SAW tidak menyebut-nyebut lagi kedua ibu bapaknya hingga wafatnya. [Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari atTsauri, dari Musa bin 'Ubaidah yang bersumber dari Muhammad Ibnu Ka'b al-Qarzhi]

Rasulullah SAW pada suatu hari berdoa. "Di mana kedua ibu bapakku kini berada?" Maka Allah turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 119) [Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Juraiz yang bersumber dari Dawud bin Abi 'Ashim]

Pasca meninggal Ibunya, Muhammad dirawat Kakeknya, Abu Muttalib dan iapun wafat ketika Muhammad berusia 8 tahun. Sejak itu ia di rawat Pamannya, Abu Talib, yang juga nantinya menikahkannya dengan Khadijah.

Abu Talib wafat tidak memeluk Islam, Hingga saat terakhirnya ia menolak menerima Allah dan tetap mengikuti agama Abu Muttalib [Riwayat Said bin Al-Musaiyab dari ayahnya, Sahih Bukhari Vol.2 Book 23 No.442 turunya At taubah 9:113; Riwayat Musaiyab Vol.5 Book 58 No.223, Vol.6 Book 60, No.295 dan riwayat said bin Al Musaiyab Hadis Muslim book 1 No.36 turunnya Attaubah 9:113 dan Al qasash 28:56; Riwayat Abu huraira Hadis Muslim book 1 No.37, No.38 turunnya Al Qasash 28:56]
Informasi mengenai surga dan neraka telah ada sebelum kiamat dilaporkan dalam berbagai Hadis dari perawi2 yang berbeda-beda yang justru saling bertentangan dengan Al quran sendiri, yang mana yang benar diantara dua hal itu? dan mengapa malah saling bertentangan?

Kelima,<photo id="5" />
Bagaimana mungkin sungai Nil dan Efrat sumbernya dari langit? Ini hanya dimungkinkan jika Langit hanya berbentuk kubah di bumi yang datar!!!

[13:2] Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.

Tafsir Ibn kathir untuk ayat [13:2],
Allah, mengangkat para langit tanpa pilar & mengangkat para langit tinggi jauh diatas Bumi

berkenaan dengan kalimat (menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan) adalah seperti yang Allah maksudkan di surat 36:38 (dan matahari berjalan ditempat peredarannya) Ada dua pendapat dan semuanya mengatakan Matahari dan bulan yang bergerak. 'arsy adalah atap dari ciptaan dan tidak berbentuk BULAT seperti banyak di klaim oleh astronomer. Lebih seperti KUBAH yang di topang oleh pilar. Menurut Nabi sebagaimana diriwayatkan Abu Dharr:
Ketika senja [magrib], Nabi bertanya padaku, "Apakah kau tau kemana Matahari itu pergi (saat Magrib)?! Aku jawab, "Allah dan rasulnya yang lebih tau." Ia jawab, "Ia berjalan [travel] hingga kelelahan [bersujud] sendiri dibawah 'Arsy dan mohon ijin untuk terbit kembali, dan di ijinkan dan kemudian (waktunya akan tiba) ketika hendak bersujud tapi sujudnya ngga diterima dan memohon ijin untuk bergerak di jalurnya namun ngga di ijinkan, ia diperintahkan untuk kembali ketempatnya dateng dan ia akan terbit dari barat. Itulah penafsiran dari sabda Allah "dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (AQ 36:38) [Bukhari Vol.4 Book 54 No.421; Vol. 6, Book 60, No.327; Vol. 9, Book 93, No.520, No.528, juga di Sahih Muslim Book 001 No.0297]

'Ada pilar namun tidak dapat kamu lihat' menurut Ibn `Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan beberapa lainnya.

Iyas bin Mu`awiyah, "Langit itu seperti kubah di atas bumi', artinya tanpa tiang. Serupa seperti Qatadah katakan

Ibn Kathir menyatakan bahwa pendapat terakhir [Iyas bin Mu'awiyah] adalah lebih baik mengingat Allah juga menyatakan di ayat lainnya [22:65] yaitu ‘Dia menahan langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?’

Di Tanwîr al-Miqbâs min Tafsîr Ibn ‘Abbâs untuk surat 65:12, mengatakan (Allah-lah yang menciptakan tujuh langit) satu di atas yang lainnya seperti KUBAH, (dan seperti itu pula bumi) tujuh bumi tapi mereka DATAR
Keenam,
Nabi mengatakan telah ada Masjid Aqsa (Bayt Al-Maqdis) saat melakukan perjalanan Isra' Mira'j (622 masehi). Hadis Bukhari Volume 4, Book 55, Number 585, Bukhari Volume 4, Book 55, Number 636 sudah menyatakan bahwa Masjid Aqsa (Bayt Al-Maqdis) dibangun lebih lambat 40 tahun dari Masjidil Haram.

Sejarah menyatakan bahwa sampai dengan meninggalnya Nabi, Mesjidil Aqsa ternyata masih belum dibangun. Ketika Khalifah Umar menaklukan Yerusalem, Ia kemudian sholat di tempat yang dulunya merupakan Bait Sulaiman. Bangsa Roma menghancurkan kuil ini pada 70 Masehi. Sejak saat itu, tidak ada kuil, gereja atau masjid di tempat itu. Tapi kemudian setelah Calif Abd-Malik ibn Marwan dilakukan pendirian Dome of the Rock yang dilakukan pada tahun 691 masehi, atau 72 tahun sesudah tahun hijrah. Masjidil Aqsa itu dibangun tepat di atas reruntuhan Temple Mount pada akhir abad 7 ("The Concise Encyclopedia od Islam", Harper & Row, 1989, halaman 46-102)

Masjidil Haram (Kabah) dibangun oleh Ibrahim (hidup sekitar tahun 2000 SM). Dan Bait Sulaiman (sekarang Masjidil Aqsa) dibangun pada tahun 958-951 SM oleh nabi Sulaiman. Dengan demikian seharusnya terdapat selisih waktu sekitar 1040 tahun antara pembangunan 2 bangunan ini.
... Many scholars take this as evidence to support the view that Ibrahim WAS THE FIRST ONE to build the House and that IT WAS NOT BUILT BEFORE HIS TIME... (Tafsir Ibn Kathir-Abridged Volume 6 Surat Al-Isra', Verse 39 to the end of Surat Al-Mu'minun, first edition July 2000, p. 554)
Ibn Kathir mengatakan dimanapun bahwa Nabi Ibrahim-lah yang pertamakali membangun Ka'bah:
It has been said that it was Adam who first built it. Such a statement comes down in a hadith that is marfu' and came on the authority of 'Abd Allah b. 'Amr; Ibn Lahi'a is one of its chains of authorities and he is an authority considered daif, weak.

The most credible of sttaements is that Abraham, al-Khalil, "the true friend", peace be upon him, was the first who built it, as reported above. Simak b. Harb so related, from Khalid b. 'Ar'ara back to 'Ali b. Abu Thalib who said, "Then it collapsed, was rebuilt by al-'amaliqa 'the giants', fell down and was built again by Jurhum; thereafter it collapsed and was rebuilt by Quraysh." (Ibn Kathir, The Life of the Prophet Muhammad (Al-Sira al-Nabawiyya), translated by Professor Trevor Le Gassick, reviewed by Dr. Ahmed Fareed [Garnet Publishing Limited, 8 Southern Court, south Street Reading RG1 4QS, UK; The Center for Muslim Contribution to Civilization, 1998], Volume I, p. 119)

it is Solomon - peace be upon him - who built the Farthest Mosque is the narration of al-Nasâ'î from the hadîth of cAbd Allâh Ibn 'Amr Ibn al-'Âs ATTRIBUTED TO THE PROPHET WITH AN AUTHENTIC ISNAD that "When Solomon built Bayt al-Maqdis he asked God the Most High for three things etc." and in al-Tabarânî from the hadîth of Râfi' Ibn 'Umayrah that "David - peace be upon him - started building Bayt al-Maqdis but God inspired him: I shall accomplish its building with Solomon
Ayat AQ dibawah ini pun menyatakan bahwa Ibrahim yang membangunnya
wa-idz ja'alnaa albayta matsaabatan lilnnaasi wa-amnan waittakhidzuu min maqaami ibraahiima mushallan wa'ahidnaa ilaa ibraahiima wa-ismaa'iila an thahhiraa baytiya lilththaa-ifiina waal'aakifiina waalrrukka'i alssujuudi
[2:125] Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim89 tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
89: Ialah tempat berdiri Nabi Ibrahim a.s. diwaktu membuat Ka'bah.

wa-idz qaala ibraahiimu rabbi ij'al haadzaa baladan aaminan waurzuq ahlahu mina altstsamaraati man aamana minhum biallaahi waalyawmi al-aakhiri qaala waman kafara faumatti'uhu qaliilan tsumma adtharruhu ilaa 'adzaabi alnnaari wabi/sa almashiiru
[2:126] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".

wa-idz yarfa'u ibraahiimu alqawaa'ida mina albayti wa-ismaa'iilu rabbanaa taqabbal minnaa innaka anta alssamii'u al'aliimu
[2:127] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Cerita di atas adalah menurut Quran, yang pun ternyata TIDAK BENAR selisih dari kedua bangunan itu adalah 40 tahun.

Berikut di bawah ini adalah sekelumit ringkasan dan kutipan tulisan Dr. Rafat Amari.

Menurut penelitiannya, yang membangun Ka'bah BUKANLAH Ibrahim namun seorang yang bernama Asa’d Abu Karb, pemimpin suku yaman yang memerintah antara tahun 410 M - 435 M [Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1:173; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 4:463].

Ia juga menyatakan bahwa tulisan penulis sejarah Islam yaitu Ibn Ishaq dan rekan-rekannya TIDAK BENAR dalam menceritakan kisah suku Jurhum:
Setelah Nabaioth, suku Jurhum adalah penghuni Mekah pada jaman Abraham, bertangungjawab melayani tempat pemujaan di Mekah. Menurut kisah tersebut, mereka melayani sampai suku Khuzaa’h datang dari Yaman. Hal itu terjadi setelah dam di Ma’rib mulai menunjukan tanda2 kerusakan dan terusirlah mereka.

Kisah itu berlanjut bahwa ketika suku Khuzaa’h tiba di Mekah, mereka mengalahkan Jurhum. Jurhum kemudian meninggalkan Mekah untuk menyembunyikan batu hitam dari kuil pemujaan dan 2 rusa emas. Mereka menyembunyikan benda2 tersebut di mata air yang disebut sebagai Zamzam, kemudian menutupi mata air tersebut, batu tersebut dan rusa2 dengan tanah sehingga tidak terlihat [Tarikh al-Tabari, I, page 524]
Hari di mana hal ini terjadi sangat penting.

Menurut kisah tersebut, Jurhum tinggal di Mekah sampai dengan dam Ma’rib rusak dan suku Khuzaa’h meninggalkan Yaman. Kita tahu bahwa hal2 ini terjadi sekitar tahun 150 setelah masehi.

Argumen bantahan Dr. Rafat Amari adalah:
Tidak ada penulis klasik yang berkunjung dan menulis tentang wilayah Barat Arabia menyinggung keberadaan suku jurhum dan juga MEKAH.

Setelah suku Jurhum dikalahkan, adalah tidak mungkin mereka mengubur 2 rusa emas yang sangat berharga dan sebuah batu yang sangat dipuja yang dimiliki tempat pemujaan di Mekkah tanpa diketahui para penghuni lainnya? Setiap suku yang meninggalkan Mekah sudah pasti membawa harta pusakanya dan tidak menguburnya di tempat umum, diketahui secara umum. Dan mata air tersebut adalah mata air satu2nya di Mekah.

Batu hitam adalah sebuah batu yang dipuja. Tidaklah mudah untuk memindahkannya dari lokasi di dalam kuil pemujaan tanpa diketahui. Menurut pengakuan kaum muslim, perang pecah dikarenakan perebutan hak pengelolaaan atas tempat pemujaan tersebut. Bagaimana mungkin sebuah suku Jurhum yang dikalahkan berhasil memindahkan batu tersebut tanpa dicegah oleh suku Khuzaa’h sang pemenang atau paling tidak mengetahui tempat disembunyikannya si batu ?

Terpusat pada keberadaan mata air itu sendiri. Jika ia berada di jazirah arab bagian barat, maka lokasinya pasti penting untuk diingat. Di atas semua itu, air , secara khusus sangatlah penting bagi bangsa arab yang hidup di gurun pasir. Tradisi Islam mengklaim keberadaan mata air tersebut sejak jaman Abraham. Jika pada saat itu secara ajaib diadakan pada saat malaikat Gabriel memberikan air pada Hagar dan anaknya, Ismael, maka keberadaannya harusnya diketahui secara luas, bukan hanya di Mekah, tetapi juga di kota2 lain disekitar Mekah. Kaum Bedouin pasti akan datang ke mata air itu untuk memberi minum binatang ternak mereka. Para penghuni juga akan datang untuk menyegarkan diri mereka. Tidak seorangpun dapat menyembunyikan mata air tersebut, bahkan jika dapat ditutupi dengan tanah.
Kisah kaum Jurhum menyembunyikan barang di mata air pada abad kedua masehi diteruskan dengan mengklaim bahwa Abdel Mutaleb, kakek Muhammed, menemukan kembali mata air tersebut pada akhir abad kelima masehi. Kita hanya dapat menyimpulkan bahwa mata air itu tidak pernah ada sebelum masa Abdel Mutaleb, dan bahwa penggalian yang dilakukan oleh penghuni Mekah pada akhirnyalah yang menemukan sumber air bawah tanah yang kemudian menjadi sebuah mata air. Fenomena penggalian untuk mendapatkan air yang mana kemudian menjadi mata air adalah hal umum di Timur Tengah. Klaim bahwa sebuah mata air ada di sebuah kota selama 2,500 tahun sebelum Jurhum berhasil menutupnya dari semua orang selama tiga abad berikutnya adalah hal yang tidak mungkin terjadi, sejak mata air di jazirah Arab pada masa tersebut adalah bernilai dan sangat penting bagi para Bedouin dibandingkan dengan Laut Mati itu sendiri. Anda mungkin dapat menyembunyikan laut dari mata suku2 yang kehausan tetapi anda tidak dapat menyembunyikan sebuah mata air dan lokasinya selama itu.

Lanjutan dari tulisan ini anda bisa baca di sini dan di sini atau di PDFnya. Mengenai siapa Dr. Rafat Amari, anda dapat buka kilasannya di sini

Ketujuh,
Inti dari peristiwa isra' Miraj adalah turunnya perintah shalat, hal ini juga sangat mengherankan mengingat Al Auran yang seharusnya merupakan perintah dan perkataan Allah saja cukup diturunkan melalui Jibril kepada Nabi Muhammad namun entah mengapa perintah shalat itu sangat memerlukan kehadiran Nabi bersama bersama dengan Jibril di langit ke 7 untuk menerimanya.

Keberhasilan Nabi dalam menawar perintah Shalat dari 50 memang patut dibanggakan mengingat 1 kali shalat berikut Wudhu rata-rata memerlukan waktu 10 menit maka tentunya akan menghabiskan total waktu 500 menit (8,3 Jam) yang digunakan kaum Muslimin untuk menunaikan shalat sehingga alangkah lelahnya umat manusia menerima kewajiban ini dan tentunya tidak ada waktu lagi yang cukup untuk mencari nafkah dan keperluan2 lainnya. Tampaknya Allah tidak terlalu memusingkan kebutuhan lain dari manusia dalam hal ini. Tawar menawar yang terjadi sebanyak 5 kali (50, 40, 20, 10, 5) adalah juga merupakan suatu kemewahan tersendiri mengingat Adam saja tidak mendapatkan 1 kesempatan-pun untuk membela dirinya saat tertipu Iblis hingga memakan buah kuldi di Surga.

Salah satu hal lagi yang mungkin "hanya Allah" saja yang mengetahuinya adalah entah mengapa Allah harus sabar menunggu sampai sebelas tahun lamanya sejak Muhammad mulai menjadi Nabi dalam menurunkan perintah shalatnya itu.

Minggu, 27 November 2011

DUNIA PASTI KIAMAT, DAN KITA PASTI DAPAT BALASAN ~ UNTUK KAWAN KITA YANG ‘TAK BERTUHAN’ (5)

oleh Agus Mustofa pada 26 November 2011 pukul 23:54

Universe sedang menuju kehancurannya! Ini menjadi ‘konsekuensi logis’ dari dari hukum alam yang kita tempati sekarang, dimana entropinya terus membesar. Begitulah hukum Termodinamika II menyimpulkan. Seiring dengan bertambahnya waktu, tingkat kekacauan dan kerusakan alam semesta menjadi semakin parah. Sampai suatu ketika, seluruh materi alam semesta, termasuk makhluk hidup di dalamnya tak mampu menanggung lagi.

Kenapa entropi alias ‘kekacauan’ alam semesta bertambah parah? Karena alam semesta ternyata sedang mengembang, ibarat sebuah balon udara yang sedang ditiup. Sehingga, dimensi ruang alam semesta ini membesar. Dampaknya, seiring dengan bertambahnya waktu, jarak antar-materi akan semakin renggang, dan energi alam semakin mendingin.

Ibarat manusia, alam semesta sedang menuju kematiannya. Tidak bisa tidak. Merenggangnya materi memunculkan kekacauan, sedangkan mendinginnya energi akan ‘membunuh’ dan ‘membekukan’ seluruh makhluk yang ada di dalamnya. Seluruh bintang, matahari dan galaksi bakal padam. Tentu, tak ada kehidupan yang bisa bertahan di dalam alam semesta yang seperti itu.

Kecuali, alam semesta ini berhenti mengembang. Yakni, saat volumenya mencapai ukuran maksimum dan kemudian mengerut kembali. Apakah hal ini mungkin? Secara teori mungkin, yaitu jika jumlah materi di alam semesta ini cukup besar sehingga menghasilkan gaya gravitasi yang menghalangi pengembangan tiada henti. Dan kemudian alam akan ditarik kembali menuju pusat alam semesta.

Analoginya, mirip dengan batu yang kita lontarkan ke angkasa. Ada tiga kemungkinan yang bakal terjadi. Yang pertama, jika tenaga lemparan kita sedemikian kuatnya, sehingga mengalahkan gaya gravitasi Bumi. Maka batu tersebut akan melesat lepas ke angkasa luar. Dan lenyap.

Kemungkinan yang kedua, kekuatan lemparan kita seimbang dengan gaya gravitasi Bumi. Maka, batu tersebut akan melesat ke angkasa, melambat, dan kemudian tertahan di ketinggian tertentu, di angkasa sana. Sedangkan kemungkinan yang ketiga, gaya lemparan kita kalah besar dibandingkan gaya gravitasi Bumi. Hasilnya, batu tersebut akan melambat, melambat, dan melambat, akhirnya berhenti. Lantas, jatuh kembali ke permukaan Bumi disebabkan tarikan gravitasi.

Nah, sampai sekarang, para ahli astronomi sedang sibuk mencari sumber gravitasi yang diharapkan bisa menghalangi mengembangnya alam semesta menuju ketiadaan itu. Secara berangsur-angsur, mereka menemukan sejumlah ‘materi gelap’ dan ‘energi gelap’ di kedalaman alam semesta. Meskipun jumlahnya belum memadai untuk mengimbangi gerakan mengembang sang universe. Tetapi, ke masa depan diyakini materi dan energi gelap itu bakal mencapai jumlah kritis yang dibutuhkan. Hmm, ternyata sains pun disandarkan pada sebuah 'keyakinan' meskipun belum terbukti.

Jika, dark matter dan dark energy tersebut kelak terbukti mencukupi, maka secara teoritis bisa dipastikan alam semesta yang mengembang ini tidak akan mengembang seterusnya. Melainkan, akan berhenti di suatu jarak tertentu, dan kemudian mengerut kembali menuju pusat alam semesta. Alam ini bakal lolos dari kematian ‘skenario pertama’. Yakni, tidak jadi mati dengan cara mendingin... :)

Universe lantas mengerut dan mengecil kembali. Dan itu, lantas akan menaikkan kembali suhu alam semesta, serta merapatkan kerenggangan materinya. Yang terjadi, adalah sebuah proses pemampatan kembali, sehingga suhu alam semesta akan semakin panas, dan semakin panas, seiring dengan merapatnya seluruh materi, serta menciutnya ruang jagad raya.

Alih-alih mati mendingin, alam semesta kini terancam mati kepanasan..! Bahkan, terancam hancur lebur saat runtuh di pusat alam semesta kesedot gravitasi tiada tara dari sebuah blackhole maha raksasa. Materi, energi, ruang, dan waktu bakal hilang lenyap ditelan ketiadaan... :(

Sebagian ahli Astrofisika masih berharap, alam semesta yang lenyap itu bisa muncul kembali disebabkan adanya ‘gaya osilasi’ di pusat alam semesta. Sehingga seperti sebuah bola karet yang jatuh ke permukaan bumi, ia terpental naik lagi. Tapi semua pembicaraan ini masih dalam tataran teori yang bukti-buktinya masih terus digali. Belum ada bukti empiris yang utuh, kecuali baru tanda-tanda, dan kecenderungan ke masa depan dengan berbagai alternatifnya.

Namun setidak-tidaknya, kita punya dasar argumentasi yang masuk akal dalam mendekati masalah ini. Daripada sekedar bicara ngelantur, yang nggak keruan jluntrungannya yang didasari cerita-cerita mistis. Atau, sekedar dugaan-dugaan yang bersifat skeptis.

Lantas, kalau begitu, bagaimana caranya agar kita bisa memperoleh kemantapan pemahaman tentang masa depan alam semesta? Karena secara tidak langsung, ini juga berbicara tetang nasib kita, dan nasib kemanusiaan di seluruh penjuru dunia.

Alhamdulillah kita sebagai orang muslim memiliki sebuah ‘kitab ajaib’ bernama Al Qur’an. Yang ternyata, bercerita tentang trend alam semesta ke masa depan tersebut. Memang sih belum teruji secara empiris juga, tetapi bisa dikaji dan didekati dengan kaidah-kaidah ilmiah sebagaimana ‘teori-teori di atas kertas’ yang kita bicarakan di atas.

Ayat-ayat berikut ini bercerita tentang trend berkembangnya alam semesta, sesuai dengan fakta ilmiah yang diperoleh para ahli astronomi. Bahwa benda-benda langit sedang menjauh satu sama lain. Atau, jika dilihat dari planet bumi terkesan ‘meninggi’ ke segala arah seperti disebutkan ayat berikut ini. Atau meluas, karena faktanya memang sedang meninggi ke berbagai penjuru.

QS. Al Ghaasyiyah [88]: 18
Dan (apakah mereka tidak memperhatikan) langit, bagaimana ia ditinggikan?

QS. Adz Dzaariyat [51]: 47
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuatan dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (mengembang).

Dan yang menakjubkan, Allah lantas menginformasikan, bahwa pengembangan itu tidak akan terjadi terus menerus. Karena, Allah ‘menahannya’ untuk tidak lenyap. Ini mirip dengan skenario kedua yang telah kita bahas di atas. Dimana, alam semesta bakal tidak mendingin terus menerus, sehingga mati. Dalam ayat berikut ini, Allah memberikan penegasan bahwa alam semesta tidak bakal mati dengan cara kedinginan seperti itu.

QS. Faathir [35]: 41
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Yang terjadi, adalah sebaliknya: alam semesta bakal mengerut kembali. Ibarat lembaran-lembaran kertas yang digulung lagi setelah selesai digelar. Dan kemudian, kelak akan runtuh di pusat alam semesta dimana proses itu dimulai. Keruntuhan yang menghancurkan, dengan kehancuran yang sangat dahsyat. Dan melenyapkan segala isi jagad raya.

QS. Al Anbiyaa’ [21]: 104
(Yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.

Yang lebih menarik, Allah masih memberi tambahan informasi: “Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya…’’. Ini mengindikasikan, bahwa setelah kehancuran itu, boleh jadi alam semesta akan muncul lagi, dengan mekanisme seperti sebelumnya. Dalam teori kosmologi di atas, diibaratkan bola yang jatuh ke tanah akan terpental kembali, dikarenakan adanya gaya pegas alias gaya osilasi...!

Saya tidak akan meneruskan pembahasan kiamat ini lebih detil, disebabkan halaman yang sangat terbatas. Tetapi bagi Anda yang tertarik, bisa membacanya di buku serial ke-2: Ternyata Akhirat Tidak Kekal. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan, bahwa pendekatan saintifik telah memberikan arah pemahaman yang jelas kepada kita tentang bakal kiamatnya alam semesta. Dengan cara apa pun. Mungkin mendingin, mungkin memanas, ataupun runtuh serta lenyap menuju pada ketiadaan.

Dan, salah satu dampak dari mengerutnya alam semesta itu adalah entropi yang menurun. Yakni berbalikan dengan hukum dunia. Jika alam semesta sekarang ini sedang semakin kacau, maka di alam semesta yang mengerut itu alam akan kembali tertata. Meskipun waktu terus berjalan ke arah depan, ruang jagad semesta ternyata bergerak berbalik arah, mengecil kembali. Materi-materinya merapat, dan energinya memanas kembali.

Inilah yang dalam buku saya itu saya sebut sebagai alam yang memiliki hukum terbalik. Jika di alam yang sedang mengembang sekarang, semua menuju pada kerusakan, maka di alam yang berjalan terbalik itu, justru menuju tertata. Jika di dunia ini semua makanan selalu menuju pada membusuk, maka kelak makanan justru bakal bertambah segar. Jika sekarang manusia menuju pada kematiannya, maka kelak manusia justru akan mengalami kebangkitannya dari dalam kubur, hidup kembali dan tak pernah bisa mati lagi sampai lenyapnya alam semesta.

Ibarat sebuah film dokumenter yang diputar secara terbalik. Awalnya, kita merekam ada sebuah gelas jatuh dari meja, yang kemudian pecah berkeping-keping. Maka, ketika rekaman itu diputar secara terbalik, urutan kejadian di dalam film tersebut menjadi: kepingan-kepingan gelas kaca yang behamburan di lantai tiba-tiba bergerak naik ke atas meja kembali, membentuk gelas yang utuh. Begitulah, analogi sederhana dari sebuah alam yang entropinya berjalan menurun.

Efeknya, sungguh sangat dahsyat bagi kehidupan kita. Itulah yang oleh Al Qur’an disebut sebagai ‘Hari Berbangkit’. Manusia akan bangkit kembali dari dalam kuburnya, disebabkan Allah membalik entropi alam semesta. Mirip dengan gelas yang sudah pecah berhamburan, menjadi utuh kembali..!

QS. Al Qiyamah [75]: 3-4
Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya (yang sudah hancur berserakan)? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun jari jemarinya dengan sempurna (seperti sediakala).

Dan yang kedua, efek ‘pembalasan' akan muncul di fase itu. Orang-orang yang di dunia (fase entropi naik) selalu berbuat kejahatan, ia akan memperoleh balasan berupa kejahatan pula di akhirat (fase entropi menurun). Dan, orang-orang yang selalu berbuat kebajikan, dengan sendirinya akan memperoleh balasan kebajikan. Mekanismenya sangat sederhana: kalau di dunia banyak memberi energi positip, kelak akan menerima energi positip. Dan jika di dunia banyak mengambil energi (berbuat negative), ia akan kehilangan energi (balasan negative). Begitulah mekanisme surga dan neraka, dipandang dari sudut perubahan entropi.

Maka, ‘kiamat’ dan ‘alam pengadilan’ dengan mekanisme ‘balasan perbuatan’, adalah sebuah keniscayaan. Dilihat dari sisi science maupun apalagi ethics. Bahwa kehidupan ini tidak hanya akan berhenti di alam dunia. Karena, memang kematian bukanlah akhir dari segalanya. Melainkan justru menjadi pintu gerbang dari fase kehidupan berikutnya. Sayang, kelak banyak orang yang menyesal karena salah mengira...! Bersambung sekali lagi… :)

QS. Al Haaqqah [69]: 27
Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segalanya…


~ Salam Beragama dengan Akal Sehat ~

Sabtu, 26 November 2011

ALLAH: SANG PENCIPTA YANG MAHA BIJAKSANA ~ UNTUK KAWAN KITA YANG ‘TAK BERTUHAN’ (4)

oleh Agus Mustofa pada 26 November 2011 pukul 7:22

Pertanyaan ketiga yang disodorkan oleh kawan kita yang atheis adalah: apakah Tuhan yang Menciptakan alam semesta ini Maha Suci dan Maha Bijaksana? Karena menurutnya, jika Tuhan memang Maha Suci dan Bijaksana, seharusnya tidak perlu menciptakan musibah, bencana, kemiskinan, peperangan, kejahatan, dan seterusnya. Apakah Tuhan tidak mampu menciptakan kehidupan yang tanpa penderitaan? Kalau begitu, lantas buat apa bertuhan kepada Tuhan yang demikian?

Inilah salah satu alasan mendasar yang menjadi background kenapa seseorang menjadi atheis. Memang, secara umum, ada dua kelompok atheis. Yang pertama, adalah orang atheis yang ingkar dan jahat. Yakni, orang-orang yang ‘memusuhi’ Tuhan dan memusuhi kebajikan. Inilah yang di dalam Surat Alfatihah disebut sebagai kelompok Al maghdluubi ‘alaihim ~ orang-orang yang ‘dimarahi’. Dan kelompok kedua adalah orang-orang yang atheis dikarenakan ‘belum kenal’ Allah. Belum paham Islam. Yang demikian ini disebut sebagai Adh dhoollin, alias orang-orang yang tersesat.

Dalam kesempatan yang terbatas ini, saya tidak ingin membahas kelompok pertama: mereka yang atheis karena memusuhi Tuhan. Dan ingin lebih fokus kepada kelompok kedua, yang menjadi atheis dikarenakan ‘belum kenal’ Allah saja. Saya kira, pembahasan ini lebih relevan dalam kajian kali ini. Terutama terkait dengan pertanyaan kawan kita di atas: apakah Tuhan Maha Suci dan Maha Bijaksana.

Saya ingin memulai pembahasan ini dari pertanyaan terakhir: Apakah Tuhan tak mampu menciptakan kehidupan yang tanpa penderitaan? Yaitu: tanpa hal-hal negative, tanpa musibah, tanpa bencana, tanpa kemiskinan, tanpa penyakit, tanpa kejahatan, tanpa kelaparan dan kehausan, tanpa korupsi dan kekerasan, tanpa keserakahan, tanpa iri, dengki, dan berbagai keculasan..? Ooh, tentu saja mampu. Lha, kalau tidak mampu, buat apa kita bertuhan kepada ‘sesuatu’ yang tidak mampu seperti itu? Cari Tuhan yang mampu sajalah... ;)

Tetapi kalaupun Tuhan lantas membuat semua variable kehidupan ini menjadi positive, tanpa ada negative, apakah hidup kita akan menjadi lebih menyenangkan? Hmm, jangan-jangan kita salah duga. Apakah Anda pernah membayangkan betapa ‘tidak nikmatnya’ makan, ketika kita sedang kenyang. Dan betapa ‘tidak nikmatnya’ minum, ketika sedang tidak haus? Dengan kata lain, lapar dan haus itu sangat penting, karena dengan adanya lapar & haus itu kita menjadi bisa merasakan nikmatnya makan dan minum. Kalau tidak percaya cobalah sendiri: makanlah ketika sedang kenyang, dan minumlah ketika tidak haus. Rasanya ‘hambar’ atau bahkan menjadi 'eneg' karenanya. Sebaliknya, betapa nikmatnya makan ketika kita sedang kelaparan dan kehausan. So, rasa lapar dan haus itu sengaja diciptakan Tuhan untuk kenikmatan manusia.

Pernah jugakah Anda membayangkan, betapa nikmatnya beristirahat setelah kecapekan? Woow, tidur menjadi lelap, dan terasa nikmat luar biasa. Sebaliknya, betapa pusing dan sakitnya kepala, tidur yang ‘dipaksa-paksakan dikarenakan badan memang tidak sedang kelelahan. Jadi, betapa bijaksananya Allah yang telah menciptakan variabel ‘kelelahan’ itu. Karena dengannya, DIA sedang memberikan karunia berupa ‘referensi’ tentang nikmatnya tidur.

Pernahkah juga Anda membayangkan betapa nikmatnya perasaan dan jiwa kita, sesaat setelah lepas dari masalah berat? Dan betapa hambarnya hidup orang-orang yang tidak pernah punya masalah? Yang tidak punya ‘tantangan’ untuk ditaklukkan. Yang tidak punya ‘problem’ untuk diselesaikan. Yang tidak punya ‘harapan-harapan’ indah di masa depan, karena semua sudah tercukupi sekarang. Hhhh, betapa hambarnya. Sebuah kehidupan yang tanpa gairah..!

Justru hidup ini menjadi demikian indah, karena kita punya gairah dan harapan ke masa depan. Dan harapan-harapan itu muncul dikarenakan kita merasa bahwa hari ini belum mencapai sesuatu yang kita inginkan. Belum mencapai kesempurnaan. Kalau semua harapan sudah pupus sekarang, untuk apa kita melanjutkan hidup? Di-tamat-kan sajalah, karena sudah tak menggairahkan lagi… ;)

Justru hidup ini menjadi demikian indah karena ada penderitaan, sehingga kita punya harapan untuk memupus penderitaan itu. Baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Hidup ini juga menjadi indah karena ada kejahatan, sehingga kita bergairah untuk menebar kebaikan. Hidup ini pun menjadi indah, karena ada kemiskinan, sehingga kita bisa merasakan sejahteranya menjadi orang kaya, dan bersemangat untuk memberantas kemiskinan agar mereka juga merasakan bahagia seperti kita. Woow, betapa indahnya kehidupan ini. Mestinya kita berterima kasih kepada Tuhan, karena DIA telah menciptakan kehidupan yang demikian dinamis, penuh harapan dan gairah.

Pernahkah Anda bayangkan ketika semua orang di dunia ini kaya raya? Saya jamin, Anda akan merasakan betapa sulitnya hidup. Karena, tidak ada lagi yang mau menanam padi, membudidayakan buah-buahan, susah-susah beternak, dan menyiapkan segala makanan, serta memproduksi pakaian, mendirikan industri kendaraan, menggelar hiburan. Pokoknya, tidak ada yang mau repot bekerja, semuanya ingin jadi Big Boss. Kira-kira, tambah nyaman ataukah malah rumit kehidupan ini?

Pernahkah Anda membayangkan, jika semua orang di dunia ini adalah penguasa? Hhehe, tidak ada yang mau menjadi rakyat jelata..! Pernahkah juga Anda membayangkan, jika Tuhan menjadikan semua manusia di dunia ini  sebagai pemimpin? Ehhmm, tidak ada yang mau jadi bawahan. Atau semua orang diciptakan pintar, tak ada yang bodoh? Jadi nggak tahu dong, seseorang itu pintar kalau tidak ada yang bodoh? Dst, dlsb.

Karena ada orang sakit, lantas ada dokter. Karena ada penjahat, maka muncullah profesi jaksa, hakim dan polisi. Karena ada pencuri dan perampok, muncullah pabrik alarm, teralis besi, dan kunci pengaman. Karena ada orang miskinlah, yang menyebabkan munculnya para dermawan. Dan, karena ada orang yang terzalimi, maka muncullah para pahlawan. Dan seterusnya, dan lain sebagainya..!

Jika permukaan bumi ini datar, maka air tak akan pernah mengalir ke tempat yang lebih rendah. Kalau suhu udara di bumi ini sama di semua kawasan, maka tak ada udara yang bergerak. Lantas tak terjadi musim. Tak ada hujan. Dan kemudian, tak ada tumbuhan. Terus, tak ada binatang. Dan akhirnya, tak ada manusia! Tak ada kehidupan..!

Jika tidak ada binatang buas yang menjadi predator, maka rantai makanan tidak akan bergerak. Rantai biologi menjadi stagnan. Akan muncul ketidakseimbangan sistem kehidupan. Jika tidak ada bakteri pembusuk, virus, berbagai macam penyakit, dan semacamnya, maka bisa dipastikan bumi ini sudah penuh dengan sampah, atau dengan manusia yang tak mati-mati karena sehat terus.. ;(

Demikian juga dengan peperangan, pembunuhan, musibah dan bencana. Semua itu adalah variable negative dari drama kehidupan yang di sisi lain justru menegaskan adanya variable positive. Dimana ada penderitaan disitu juga bakal muncul kebahagiaan. Dimana ada kegagalan, maka disitu juga bakal ada kesuksesan. Dimana ada kesedihan, maka disitu pula bakal muncul kegembiraan. Dimana pun ada variable negative, maka disitu pula muncul variable positive. Dan karenanyalah, drama kehidupan ini menjadi demikian indah dan dinamis.

QS. Adz Dzaariyaat [51]: 49
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu ingat akan kebesaran Allah.

QS. Ar Ra’d [13]: 3
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (eksistensi Allah) bagi kaum yang (mau) menggunakan akalnya.

Oooh, betapa Maha Bijaksananya Allah, Sang Tuhan Yang Maha Pandai. Hanya karena kebodohanlah, lantas kita berprasangka buruk kepada-Nya. Padahal, Dia sedang menginginkan kita bisa merasakan nikmat dan karunia-Nya. Dia Maha Suci dari segala yang kita prasangkakan. Karena, kemampuan-Nya memang jauh di luar perkiraan pikiran manusia yang sangat terbatas. Tapi, justru karena gap antara DIA dan kita yang sedemikian 'tak berhingga' itulah, lantas menjadi menarik dan menggairahkan untuk bertuhan kepada-Nya... :)

Akhirnya, jika masih ada orang yang tetap ngeyel, dengan mengatakan: apakah Tuhan tidak bisa menciptakan kehidupan yang variabelnya positip semua, tetapi nikmat buat manusia? Pokoknya, seperti yang saya maui-lah. Hhehe.., maka cukuplah Anda katakan: ‘’gimana kalau tuhannya sampeyan saja mas?’’

Tapi, sungguh ‘tidak menarik’ dan 'tidak menggairahkan' bertuhan kepada orang yang memahami hal yang 'demikian gamblang’ saja nggak ngerti-ngerti… :) ~ (Bersambung…)


~ Salam Beragama dengan Akal Sehat ~

ALAM SEMESTA PUN BEREVOLUSI DI DALAM SUNNATULLAH ~ UNTUK KAWAN KITA YANG ‘TAK BERTUHAN’ (3)

oleh Agus Mustofa pada 25 November 2011 pukul 10:16


Alam semesta dengan segala isinya ini tidak muncul tiba-tiba. Ia mengalami proses bertahap selama miliaran tahun, sehingga menjadi seperti sekarang. Dan itu bukan hanya terjadi pada makhluk hidup (biologi) saja, melainkan di seluruh penjuru alam semesta. Semuanya melewati proses evolusi..!

Virus dan kuman berevolusi. Ikan-ikan berevolusi. Ular, kadal dan reptil-reptil berevolusi. Demikian pula berbagai binatang buas, binatang ternak, burung, dan segala macam jenis hewan lainnya, serta manusia. Tapi, jangan salah, Bumi dan planet-planet pun mengalami evolusi. Atmosfernya berevolusi, daratan dan lautan berevolusi. Gunung-gunung, bebatuan, tambang-tambang minyak, batubara, emas, tembaga, nikel, uranium, dan sebagainya mereka semua mengalami evolusi selama berjuta-juta tahun. Bahkan bumi sudah berevolusi sekitar 5 miliar tahun.

Termasuk juga tatasurya kita ini berevolusi. Mataharinya juga. Pun bintang-bintang di angkasa raya. Galaksi-galaksi, super kluster, dan seluruh isi alam semesta ini sedang mengalami evolusi selama lebih dari 13 miliar tahun. Begitulah memang mekanisme alam, yang di dalam Islam dikenal sebagai sunnatullah.

Bentuk bumi, planet-planet, bintang, galaksi, dan berbagai benda langit, miliaran tahun yang lalu tidak seperti yang kita lihat sekarang. Demikian pula, miliaran tahun mendatang, tidak juga seperti sekarang. Semuanya sedang berubah secara bertahap lewat ‘seleksi alam’…

Wah, jadi ada ‘seleksi alam’ kah di seluruh penjuru jagad semesta ini? Bukan hanya untuk makhluk hidup to? Jawabnya lugas: jelas ADA. Tentu saja bagi yang mau berpikir terbuka. Dan mau menyaksikan perubahan yang sedang terjadi di seluruh jagad raya. Semua benda sedang berubah menuju bentuk, tatanan, bahkan fungsi yang berbeda seiring dengan perjalanan waktu. Hanya saja, peristiwa-peristiwa makrokosmos memang terjadi dalam skala miliaran tahun. Sehingga seakan-akan tidak terjadi perubahan berarti dalam kurun usia seorang manusia.

‘Seleksi alam’ adalah hukum alam yang inheren dalam eksistensi universe dengan segala isinya. Siapa atau apa saja, yang  bisa bertahan terhadap seleksi alam bakal bisa meneruskan drama ‘kehidupannya’. Sebaliknya yang tak mampu bertahan, bakal ‘mati’ dan musnah. Binatang, tumbuhan, dan manusia sebagai makhluk hidup, terkena seleksi alam itu. Dan planet, bulan, matahari, serta bintang-bintang pun terkena seleksi alam. Ada yang tetap berada di dalam tatanannya. Ada yang mencelat dari orbitnya. Ada yang meledak menjadi supernova, dan ada juga yang kesedot lenyap ke dalam black hole.

Bahkan dalam skala miliaran tahun sejarah universe, kita ‘menyaksikan’ evolusi telah dan sedang terjadi, mulai dari skala mikrokosmos sampai ke makrokosmos. Mulai dari quark, partikel-partikel sub atomic, atom, molekul, sampai munculnya benda-benda raksasa yang mengisi ruang jagad raya. Awalnya alam semesta hanya berupa ‘lautan energi’ sop kosmos, yang kemudian meledak dan mengembang, sehingga menghasilkan partikel-partikel, disusul terbentuknya atom berinti sederhana – proton tunggal – yang kita kenal sebagai Hidrogen. Lantas, muncullah atom berinti proton & neutron ganda seperti Helium, meningkat lagi menjadi Berelium, dan seterusnya. Sehingga, sekarang di alam semesta ada lebih dari seratus jenis atom, dengan intinya berisi ratusan proton dan neutron. Begitulah evolusi yang terjadi di lingkungan benda mati.

‘Seleksi alam’ pula yang menyebabkan partikel-partikel bebas itu bergabung menjadi atom, menjadi molekul, menjadi gas, padatan atau pun cairan, dan kemudian bergerombol membentuk planet, tata surya, galaksi, dan sebagainya. Ringkas kata, saya hanya ingin meluruskan pendapat yang mengatakan bahwa seleksi alam dan evolusi hanya terjadi pada makhluk hidup alias ranah biologi saja.

Evolusi dan seleksi alam adalah hukum alam yang sudah menyatu di seluruh penjuru jagad semesta. Mikorokosmos maupun makrokosmos. Biologi maupun non biologi. Bahkan termasuk peristiwa-peristiwa sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Ini adalah mekanisme dasar ‘drama kehidupan’ alam semesta.

Masalahnya, dalam konteks ‘ketuhanan’ yang sedang kita bicarakan ini adalah: apakah seleksi alam itu berlangsung secara ‘sengaja’ atau ‘tidak sengaja’? Ada yang ‘mengendalikan’ ataukah berjalan secara ‘liar’? Ada ‘kecerdasan’ yang terlibat di dalamnya ataukah ‘menggelinding’ begitu saja?

Menjadi agak lucu juga, ketika seleksi alam disebut sebagai ‘alternative ketiga’ dari pilihan: by accidentataukah by design. Kebetulan ataukan diciptakan. Karena yang ditanyakan itu justru adalah tentang ‘seleksi alam’ itu sendiri.Ketika ditanyakan: mekanisme seleksi alam tersebut terjadi sengaja ataukah tidak sengaja? Dijawab: ya, terjadi lewat seleksi alam. Lha iya, ada yang mengendalikan atau tidak? Jawabnya: ya, terjadi melalui seleksi alam. Walahh, susah amat sih berkomunikasinya… :(

Padahal dengan sangat sederhana bisa dijawab. Misalnya, kalau memang mau ‘menghindari’ jawaban bahwa seleksi alam itu bukan atas ‘campur tangan Tuhan’ (karena memang atheis), ia bisa menjawab: semua itu terjadi ‘dengan sendirinya’, tidak ada yang mengendalikan, dan bukan kebetulan, serta tidak ada kecerdasan apa pun yang terlibat di dalam proses itu. Pokoknya, ya terjadi begitu saja… ;)

Maka, marilah kita runtutkan cara berpikir kita dengan jernih. Yang pertama, pahamilah dulu bahwa alam semesta ini memiliki hukum termodinamika yang menjelaskan adanya implikasi entropi. Bahwa alam semesta ini sudah terbukti menuju pada proses kerusakan dan kekacauan yang semakin tinggi.

Benda-benda langit semakin hari semakin tua, dan kemudian akan mati pada waktunya. Bumi juga semakin lama semakin tua, dan kelak pun bakal mati sebagaimana benda-benda langit lainnya. Isi bumi ini, termasuk manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan juga semakin lama semakin tua dan kemudian mati. Maka, menurut hukum termodinamika kedua, untuk mempertahankan agar semua itu tidak segera mati, harus ada energi ataupun usaha yang dimasukkan ke dalam sistem, sehingga mengkompensasi entropi yang terus meningkat.

Misal, agar mesin mobil tidak segera mati, ya harus diberi bensin. Agar manusia tidak segera mati, mesti dimasuki makanan, minuman, dan oksigen. Agar buah tidak membusuk, haruslah diawetkan. Agar dunia tidak tenggelam oleh sampah, ya harus dibersihkan. Agar kita menjadi pintar, ya harus belajar. Agar hidup kita sukses, ya harus ada usaha dan perjuangan. Dan seterusnya. Dan lain sebagainya. Itulah hukum entropi alam semesta yang berlaku pada makhluk hidup maupun benda mati. Sebuah hukum yang bersifat universal..!

Maka bagaimana bisa ada suatu pendapat yang mengatakan bahwa seleksi alam bisa berjalan dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari luar sistem? Tanpa ada bensin yang dimasukkan ke mesin mobil, tanpa ada makanan dan oksigen yang kita konsumsi, tanpa ada usaha dan pembelajaran..?! Ini sungguh-sungguh menyalahi hukum alam yang paling dasar.

Alam semesta ini tidak akan bisa bertahan selama miliaran tahun seperti ini, jika tidak ada CAMPUR TANGAN dari luar sistem. ‘Usaha’ yang berasal dari luar jagad raya itu sendiri. Energi yang tidak berasal dari dalam ruang, waktu, materi & energi universe. Siapa saja yang menganggap alam semesta bisa berjalan dengan sendirinya, ia telah menabrak hukum ilmiah yang paling dasar. Dengan kata lain, ia mulai berpikir dengan cara meninggalkan kaidah-kaidah saintifik.

Jika alam semesta tidak memperoleh tambahan ‘usaha’ atau energi dari luar sistem, alam ini sudah runtuh dan hancur lebur sejak ledakan pertama: big bang. Dalam alam yang entropinya meningkat seperti alam kita ini, ledakan tidak pernah menghasilkan suatu ‘sistem yang tertata’ seperti jagad raya sekarang. Dimana partikel-partikel sub atomik berangsur-angsur menjadi atom, dan atom-atom menjadi molekul dengan keseimbangan gaya yang luar biasa. Lantas berangsur-angsur menjadi unsur-unsur alam semesta penyusun benda-benda langit dalam skala maha raksasa. Dan kemudian memunculkan gaya nuklir kuat, nuklir lemah, elektromagnetik, serta gravitasi secara berurutan. Sebuah LEDAKAN selalu menghasikan kerusakan dan KEKACAUAN. Lha ini kok malah menghasilkan KETERATURAN..!

Kenapa semua ini bisa terbentuk sedemikian harmonisnya? Karena ada FAKTOR dari luar sistem yang memasukkan ‘usaha’ sebagai bentuk campur tangan agar hukum entropi tidak menghancurkannya. Siapakah DIA? Itulah yang oleh orang-orang atheis disebut sebagai FAKTOR X. Dan kita, umat Islam menyebut-Nya sebagai Allah Azza Wajalla..! Zat yang Maha Cerdas, Maha Berkuasa, dan Maha Bijaksana.

QS. Al Mulk [67]: 3
Yang telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

QS. Al Infithaar [82]: 6-8
Hai manusia, apakah yang telah memperdayakanmu (sehingga kamu mengingkari) Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (struktur tubuh)-mu seimbang, dalam kecanggihan bentuk yang Dia kehendaki, Dia telah menyusun tubuhmu.

Allah yang Maha Sempurna telah menciptakan mekanisme hukum alam yang sangat menakjubkan. Kecelakaan, kematian dan kehancuran, bukanlah tanda tidak sempurnanya desain penciptaan universe, tetapi justru menunjukkan betapa sempurnanya sunnatullah yang telah menyeimbangkan antara hukum entropi dengan keniscayaan adanya campur tangan Sang Maha Perkasa. (Bersambung… )


~ Salam Beragama dengan Akal Sehat ~