Selasa, 13 Desember 2011

KETIKA 'ORANG TAK BERTUHAN' MASIH BERTANYA TENTANG TUHAN ~ SEBUAH 'CATATAN KECIL' TENTANG KETUHANAN

oleh Agus Mustofa pada 12 Desember 2011 pukul 4:44

Banyak orang berbicara tentang eksistensi Tuhan dengan menggunakan sudut pandang makhluk. Sehingga hasilnya bukan Tuhan, melainkan tetap makhluk. Pemikiran filsafat tidak pernah menemukan Tuhan dalam arti yang sesungguhnya, karena ia hanya berputar-putar dalam sudut pandang kemanusiaan atau makhluk belaka.

Islam berbicara tentang Tuhan dalam sudut pandang yang lebih holistik, keluar dari kemakhlukan. Bahwa Tuhan adalah ‘Sesuatu’ yang tidak serupa dengan makhluk apa pun (laisa kamitslihi syai-un). Sehingga setiap apa pun yang bisa kita persepsi, bukanlah Tuhan. DIA berada dalam wilayah ‘ketidaktahuan’ kita sebagai makhluk. Selama kita masih tahu tentang ‘dia’, maka itu bukanlah DIA.

Yang kedua, Islam mengajarkan bahwa Tuhan adalah Maha Besar (Allahu Akbar) mewadahi seluruh makhluk. Maka, selama masih ada sesuatu yang mewadahi ‘tuhan’, dia itu bukanlah Tuhan. Karena itu, Islam menolak tuhan-tuhan yang masih berada di dalam alam semesta. Tuhan tidak terwadahi oleh apa pun termasuk alam semesta – ruang, waktu, materi & energi. Justru alam semesta itulah yang berada di dalam Tuhan. Bahkan juga, Tuhan tidak terwadahi oleh pikiran manusia ataupun pancaindera. Karena kalau masih terwadahi, berarti ‘tuhan’ itu masih kalah besar dengan pikiran dan kemampuan indera kita. Ini menyalahi kaidah Allahu Akbar. Itu pasti bukan Tuhan.

Yang ketiga, Tuhan sangat dekat dengan makhluk-Nya (aqrabu ilaihi min hablil warid). Diistilahkan lebih dekat daripada urat nadi yang ada di leher kita sendiri. Tentu, antara kita dengan urat leher tidak berjarak, karena urat leher itu sudah di dalam tubuh kita. Tetapi Allah menggambarkan Dirinya sebagai lebih dekat daripada yang tidak ada jaraknya itu. Ini sekaligus membantah orang-orang yang mempersepsi Tuhan sebagai sosok.

Yang keempat, Tuhan mewadahi segala yang kontradiktif (huwal awwalu wal akhiru, wazhahiru wal bathinu). Dulu dan nanti, ada di dalam Dirinya. Kelihatan dan gaib berada di dalam Dirinya. Disana-disini-disitu juga berada di dalam Dirinya.

Ringkas kata, kalau kita berbicara tentang eksistensi ketuhanan di dalam islam, ibarat sedang membicarakan ‘Semesta Pembicaraan’ dalam suatu himpunan angka. Bahwa seluruh angka yang ada di dalam himpunan itu adalah bagian atau anggota dari semesta pembicaraan. Berbicara apa pun tentang makhluk, adalah berbicara tentang eksistensi ketuhanan itu sendiri. Karena sekecil apa pun eksistensi makhluk, ia adalah bagian dari semesta pembicaraan yang ‘tak berhingga’. Namun, tentu saja, semesta pembicaraan tidaklah sama dengan apa pun yang ada di dalam himpunan angka.

Jadi, Tuhan bukanlah sekedar pengisi kekosongan saat ‘tidak tahu’ terhadap sesuatu, karena kita sedang berbicara totalitas eksistensi. Bahwa ‘kekosongan’ adalah bagian dari eksistensi ketuhanan, itu adalah iya, sebagaimana ‘keberadaan’ juga adalah bagian dari eksistensi ketuhanan. Bahwa ‘ketidaktahuan’ adalah berbicara tentang eksistensi ketuhanan juga iya, sebagaimana ‘ketahuan’ juga berbicara tentang eksistensi ketuhanan.

Karena itu, untuk menjadi ‘tahu’ bahwa diri kita ‘tidak tahu’, kita harus berproses menjadi tahu dulu. Disinilah terjadi proses saintifik dari: tidak tahu, belum tahu, lebih tahu, semakin tahu, tapi tidak akan pernah ‘benar-benar tahu’. Karena ternyata di balik ‘ketahuan’ selalu muncul ‘ketidak tahuan’ yang baru. Disanalah Tuhan sedang ‘memberi tahu’ tentang kesombongan manusia yang ‘sok tahu’. Sains tidak pernah bisa menjawab segalanya, karena ia hanya membuka tirai-tirai 'ketidak tahuan' manusia terhadap realitas yang selalu memunculkan misteri baru di baliknya.

Lebih dari itu semua, karena Tuhan adalah semesta pembicaraan, dan bukan anggota himpunan, maka segala operasi bilangan tidak berlaku bagi-Nya. Pertanyaan ‘dimana Tuhan’, ‘bagaimana Tuhan’, ‘sebelum & sesudahnya ada Tuhan apa nggak’, dan seterusnya tidak akan pernah bisa menggambarkan Tuhan dalam arti sebenarnya.

Untuk apa kita bertanya ‘Tuhan Ada Dimana’ misalnya. Lha wong, ruang alam semesta ini berada di dalam-Nya. Pertanyaan ‘dimana’ itu hanya berlaku untuk makhluk, yang sekali waktu ada disini, disitu, atau disana. Karena Tuhan sudah meliputi seluruh ruang alam semesta, maka dalam waktu yang bersamaan DIA sudah berada disini, disitu, dan disana. Jadi buat apa kita bertanya ‘DIA berada dimana?’ Pertanyaan semacam itu hanya berlaku untuk makhluk yang terikat oleh dimensi ruang.

Sama juga ketika kita bertanya tentang eksistensi Tuhan dengan pertanyaan ‘Apa, Bagaimana, dan Kapan’. Tidak bermakna apa-apa, karena seluruh waktu, materi, dan energi sudah berada di dalam eksistensi-Nya. DIA adalah DIA, yang tidak pernah bisa kita persepsi, karena eksistensi-Nya berada di luar jangkauan persepsi manusia. Tetapi, kehadiran-Nya bisa dirasakan dengan hati yang jernih. Kecuali bagi orang-orang yang tidak punya hati… ;)

Hmm, bagaimana mungkin kita bisa menceritakan bentuk sebuah gedung yang megah, kalau kita berada di dalamnya dan tak ada peluang untuk keluar darinya? Paling-paling kita hanya akan berputar-putar menceritakan interiornya belaka. Itu pun hanya sejauh kemampuan mata kita memandang.. :)


~ Salam Bertuhan kepada Tuhan yang Benar-Benar Tuhan ~

Selasa, 29 November 2011

MANUSIA ADALAH MAKHLUK HIDUP ‘KHAS PLANET BUMI’ ~ UNTUK KAWAN KITA YANG ‘TAK BERTUHAN’ (7-habis)

oleh Agus Mustofa pada 28 November 2011 pukul 16:11

Hmm, akhirnya saya tergoda juga untuk menulis satu note tambahan. Ini karena, tulisan saya di note sebelumnya masih belum dipahami dengan baik. Sehingga terjadi distorsi yang ‘membahayakan’ pemahaman holistiknya. Yaitu, yang terkait dengan pendapat: “…bisa saja kita bilang manusia diciptakan dari bintang di langit, toh unsurnya juga pasti sama (dengan bumi. pen.)…’’

Pendapat yang sepintas ‘terasa benar’ ini sungguh bisa ‘menyesatkan’. Karena sesungguhnya manusia adalah PRODUK PLANET BUMI. Bukan produk matahari, atau bintang-bintang. Bahkan, juga bukan produk planet Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, ataupun Mercurius dan Venus. Jadi, generalisasi tubuh manusia terbentuk dari unsur-unsur bintang itu tak memperoleh pijakan data yang valid… :(

Marilah saya jelaskan lebih jauh. Memang, kalau tubuh manusia dilihat unsur-unsur penyusunnya, sebagian besar terdiri dari atom Hidrogen, yang ini juga menjadi unsur dominan di matahari dan bintang. Tetapi point utamanya bukan pada atom, melainkan MOLEKUL dan SEL. Kalau Anda cuma bicara atom, maka itu sekedar bicara 'debu' yang memang berhamburan di angkasa raya. Karena ia adalah sisa-sisa ledakan kuno: big bang. Hidrogen adalah atom paling tua di seluruh penjuru alam semesta yang jumlahnya melimpah dimana-mana.

Tapi, masalah utamanya tubuh manusia bukan hanya terdiri dari Hidrogen. Melainkan H2O. Dan ini tidak terdapat di bintang atau matahari. Dikarenakan suhunya yang sangat tinggi, sehingga tidak mampu menghasilkan H2O. Bahkan, juga tidak terjadi di planet-planet tatasurya kita lainnya yang tidak mendukung munculnya kehidupan disana. Juga, belum diketemukan di planet-planet mirip bumi yang konon tersebar di berbagai galaksi, ataupun matahari selain yang kita miliki. MANUSIA adalah makhluk hidup KHAS BUMI.

Maka, sama sekali bukan hal sepele, jika kita menyimpulkan manusia diciptakan dari unsur bintang. Dampaknya, sebagaimana saya tulis dalam note sebelumnya, bisa memunculkan kesimpulan yang terdistorsi. Bahwa, berita Al Qur’an tidak saintifik, filososinya gak jelas, dan teologinya kacau. Saya berharap kawan-kawan bisa melihat hal ini lebih jernih. Jangan ini dianggap terlalu membesarkan-besarkan contoh sepele. Karena, justru dari ‘pemilihan contoh’ itulah tergambar konsep berpikir pencetusnya.

Penjelasan ini, akan menjadi lebih gamblang ketika kita menelusuri lebih jauh. Bahwa, H2O itu baru syarat dasar. Masih ada molekul-molekul gula, protein, lemak, dan berbagai mineral. Yang semua itu tidak terdapat di bintang dan matahari. Semua MOLEKUL pembentuk sel itu terdapat di Bumi, sebagai hasil proses pen-saripati-an oleh makhluk-makhluk hidup berderajat rendah secara evolusi.

Karena itu, saya sempat mengatakan di note sebelumnya: bahwa tidak ada data secuil pun yang menunjukkan tubuh manusia terbentuk dari bintang atau matahari. Karena, unsur-unsurnya belum mencukupi untuk membentuk tubuh manusia. Adalah sebuah simplifikasi yang berlebihan, ketika kawan kita memberikan argumentasi: ‘’karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari Hidrogen, maka bolehlah manusia disebut dibuat dari unsur-unsur bintang’’.

Tolong dipahamkan lagi, tubuh manusia TIDAK AKAN terbentuk, jika bahan dasarnya hanya HIDROGEN. Ia membutuhkan puluhan jenis unsur yang harus klop supaya bisa membentuk tubuh manusia yang hidup. Dan itu HANYA ada di BUMI: berupa ‘saripati tanah’ dan air. (Apa yang kita bicarakan ini baru seputar bahan dasar, belum mekanisme munculnya kehidupan, yang demikian canggih lewat sebuah mekanisme ‘Random yang Terkendali’..! Bukan seperti teori Darwinian yang sepenuhnya berdasar pada konsep ‘acak tak terkendali’).

Gambarannya akan tampak lebih jelas ketika kita bicara sel hidup. Yang ini justru menjadi kekhasan manusia sebagai makhluk paling kompleks di muka bumi. Bahkan di seluruh penjuru alam semesta. Bahwa manusia bukanlah seonggok kapur yang menyusun tulang belulangnya. Juga bukan seonggok lemak dan protein yang membentuk daging serta ototnya. Juga bukan seember air yang melarutkan keping-keping darah, keringat, dan berbagai cairan tubuh. Melainkan sebuah organisme hidup yang tersusun dari triliunan sel yang berkoordinasi dengan sangat canggih dan menakjubkan. Yang saya kira, saya tak perlu menjelaskan ini lebih jauh, karena sudah saya jelaskan dalam sejumlah buku saya, yang bercerita tentang penciptaan manusia.

Point yang ingin saya sampaikan sebenarnya bukanlah soal bahan baku tubuh manusia itu, melainkan POLA PIKIR yang ada di balik pengambilan contoh tersebut. Terjadi generalisir, yang saya sebut sebagai ‘kesembronoan’ dalam mengambil kesimpulan. Sehingga, sempat membuat kawan kita ‘pusing’, karena saya dianggap membesar-besarkan masalah … :)

Tapi mudahan-mudahan dengan adanya ‘note tambahan’ ini, kawan-kawan bisa semakin jernih memahami tulisan saya sebelumnya. Bahwa berita al Qur’an demikian clear secara saintifik. Filosofinya pun sangat jelas, tidak ada kontradiksi. Dan, teologinya tidak rancu dan complicated. Malahan, sangat sederhana. Apalagi bagi orang yang mau membuka ‘hatinya’. Karena, pendekatan logika dan rasionalitas yang menjadi dasar berpikir ilmiah itu sebenarnya memang ‘sangat kering’…

QS. Ar Ruum (30): 53
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari ketersesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami. Mereka itulah orang-orang yang telah muslim (berserah diri hanya kepada-Nya)…
 

~ Salam Beragama dengan Akal Sehat ~

Senin, 28 November 2011

TUBUH MANUSIA BUKAN BERASAL DARI BINTANG DI LANGIT ~ UNTUK KAWAN KITA YANG ‘TAK BERTUHAN’ (6)

oleh Agus Mustofa pada 27 November 2011 pukul 19:45

Sekitar 70% tubuh manusia dewasa terdiri dari air, sisanya adalah saripati tanah. Pada anak kecil, kurang lebih 80% tubuhnya tersusun dari air, dan sisanya saripati tanah. Sedangkan pada janin di dalam rahim, tak kurang dari 90% tubuhnya adalah air, sisanya adalah saripati tanah. Dan ujung-ujungnya, sekitar 95% bahan sperma adalah air, sisanya saripati tanah…!

Sebuah korelasi yang sangat menakjubkan antara data-data empiris dengan ayat-ayat Al Qur’an. Allah menyebut manusia berasal dari campuran air yang berpadu dengan unsur-unsur saripati tanah. Bukan berasal dari bintang di langit yang unsur-unsurnya 99% berupa campuran Hidrogen dan Helium. Apalagi, sudah pasti, disana tidak ada air.

Jadi, adalah sebuah kesimpulan yang ‘sembrono’ ketika ada pendapat yang mengatakan: “…bisa saja kita bilang manusia diciptakan dari bintang di langit, toh unsurnya juga pasti sama (dengan bumi. pen.)…’’. Semata-mata, hanya karena ingin mengatakan bahwa berita Al Qur’an ‘meragukan secara ilmiah’, ‘tidak jelas secara filosofis’, dan ‘rancu secara teologis’.

‘Kesembronoan’ itu memang sudah terlihat dari cara membangun pijakan berpikir yang lemah, dengan mengatakan bahwa ‘bisa saja manusia tercipta dari bintang’. Yakni sebuah pendapat yang tidak didukung oleh data empiris secuil pun. Sehingga, hanya dengan satu pertanyaan yang sangat sederhana, seluruh kerangka pikiran yang dibangun sesudahnya bisa runtuh.

Cobalah ditanyakan: adakah ‘satu data’ saja yang menunjukkan bahwa makhluk hidup berasal dari bintang dan matahari? Tentu saja, jawabnya sangat gamblang: tidak ada. Dengan demikian, kita bisa mengambil kesimpulan pertama, bahwa cara berpikir semacam inilah yang justru ‘meragukan secara ilmiah’. Meminjamkan istilah kawan kita yang atheis: ‘scientifically meragukan’… ;)

Ini sangat berbalikan dengan informasi Al Qur’an yang sangat clear secara scientific. Bahwa manusia diciptakan dari campuran air dan unsur-unsur yang berasal dari tanah, dan kemudian diproses menjadi air mani alias sperma dan ovum. Sehingga kalau ditanyakan: apakah ada bukti empirisnya bahwa tubuh manusia tersusun dari air dan unsur-unsur tanah? Ooh, silakan dicek sendiri aja ke sekitar. Jumlahnya miliaran, sebanyak manusia penghuni bumi… :)

QS. Al Furqaan (25): 54
Dan Dia (Allah) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan kekerabatan. Dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.

QS. As Sajdah (32): 8
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).

QS. Al Mukminuun (23): 12-13
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (yang berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikan saripati itu air mani di dalam tempat yang kokoh (rahim).

Jadi, adalah sebuah ‘kesimpulan yang fatal’ jika dia berpendapat bahwa Al Qur’an tidak saintific ketika berlawanan dengan teori evolusi Darwin. Itu terungkap dari kalimatnya:
1. Al Qur’an bilang manusia dari tanah.
2. Science bilang manusia bukan dari tanah.
3. Apakah manusia dari tanah?
4. Kalau jawabannya ‘dari tanah’, berarti Al Qur’an benar. Kalau sebaliknya, science yang benar. Lebih lanjut, kalau Darwinian evolution itu benar maka manusia tidak dari tanah (Btw, saya tidak bilang mana yang benar dan mana yang salah. “KALAU”) Sehingga menjadi complicated ketika seseorang bilang Al Qur’an yang benar, tetapi juga percaya bahwa Darwinian evolution benar.

Kesimpulan yang menurutnya complicated ~ rumit dan rancu ~ itu sebenarnya dibuat-buat sendiri, hanya karena ingin mempertahankan pendapat bahwa Al Qur’an dan Sains tidak bisa disatukan. Kesalahan-kesalahan itu muncul karena:
1. Dia sudah berasumsi Qur’an dan Sains tidak bisa disatukan.
2. Menggeneralisir bahwa saintifik itu harus seperti Darwinian. Artinya, jika tidak Darwinian pasti tidak saintifik.
3. Telah terjadi simplifikasi yang berlebihan dalam mengambil kesimpulan tentang ayat-ayat Qur’an yang bercerita ‘penciptaan manusia dari tanah’ itu, sehingga hasilnya distorsi.
4. Akhirnya lahirlah kesimpulan: ‘Philosophically Gak Jelas’ dan ‘Theologically Complicated’… :(

Padahal, kesimpulannya akan menjadi sangat jernih, jika asumsinya tanpa pretensi dan open minded. Yaitu, terima sajalah apa pun kemungkinannya, bahwa:
1. Al Qur’an bisa seiring dengan sains ataupun sebaliknya.
2. Yang disebut saintifik itu tidak harus seperti yang dikemukakan oleh teori Darwin. Karena Teori Darwin memiliki banyak kelemahan.
3. Berhati-hatilah menyimpulkan proses penciptaan manusia yang diceritakan al Qur’an, agar tidak terjebak pada simplifikasi yang distortif.
Karena itu, meskipun sudah saya singgung serba sedikit di awal tulisan ini, jika ingin detil Anda bisa membacanya dalam buku saya yang berjudul: ‘Ternyata Adam Dilahirkan’ dan ‘Bersyahadat di Dalam Rahim’, tentang bagaimana memahami proses penciptaan manusia dari ayat-ayat Qur’an secara ilmiah.

Hal berikutnya, yang sempat membingungkan kawan kita ini, adalah soal proses random dalam evolusi. Dia mengatakan begini: “…bagaimana Tuhan mengarahkan sebuah proses yang seharusnya tidak diarahkan? Bagaimana Tuhan punya tujuan untuk proses yang seharusnya tidak bertujuan? That’s the logical problem here.’’

Artinya, menurutnya adalah ‘tidak logis’ menyimpulkan sebuah teori ‘Evolusi yang Bertuhan’. Yang saya menyebutnya di dalam buku ‘Ternyata Adam Dilahirkan’ sebagai ‘Penciptaan Bertingkat’. Atau, kalau istilah kawan kita adalah: Godly Evolution.

Hmm, lagi-lagi ia terjebak pada asumsi yang dibikin ribet sendiri.. ;) Bahwa, jika prosesnya evolusi maka tidak mungkin melibatkan Tuhan. Alias, kalau melibatkan Tuhan pasti harus bukan proses evolusi. Sebuah paradigma yang tidak open minded. Padahal, jika ia mau membuka ‘hatinya’ secara jernih (Hhehe, saya lupa kalau di dunia ilmiah tidak ada istilah ‘hati’…), sebenarnya, sangat mudah untuk memadukan keduanya. Yakni, adalah mungkin-mungkin saja, Tuhan menciptakan makhluk hidup secara evolutif. No problemo.

Problem yang menghalangi kawan kita, ternyata hanyalah soal makna kata ‘Random’. Yakni, bahwa seleksi alam adalah sebuah peristiwa yang random, acak, tak punya tujuan, dan tidak bisa dikendalikan. Saya ingin menambahkan informasi, bahwa ‘random’ itu bukan hanya terjadi di dunia biologi, khususnya seleksi alam. Melainkan juga terjadi di dunia Fisika dengan teori kuantumnya. Salah satu pelopornya yang sangat terkenal adalah Werner Heisenberg, yang kemudian melahirkan Teori Ketidakpastian Heisenberg.

Inti ‘teori ketidakpastian’ itu adalah bahwa semua peristiwa berjalan secara acak. Sehingga, tidak ada yang pasti di alam ini. Hanya ada satu yang boleh disebut pasti, yaitu ‘ketidakpastian’ itu sendiri. Ia sempat ditentang oleh Einstein sampai akhir hayatnya, karena menurut pelopor teori relativitas itu segala sesuatu berjalan dengan pasti dan terukur. Tapi kelak, ternyata teori kedua tokoh Fisika yang berseberangan itu bisa digabungkan oleh Feynman menjadi teori Elektrodinamika Kuantum, yang melahirkan berbagai pengembangan teknologi mutakhir seperti TV, laser, microchip computer, bom atom, dan lain sebagainya.

Sesuatu yang acak, ternyata bukan tidak bisa dikendalikan. Bahkan, sudah terbukti bisa dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi mutakhir. Ini mirip dengan rekayasa genetika yang berbasis pada ‘mutasi random’, yang dipermasalakan oleh kawan kita itu. Kini ilmu rekayasa genetika berkembang luar biasa dahsyatnya. Bahwa mutasi genetika yang dulu dianggap sebagai sesuatu yang tak bisa dikendalikan itu sekarang malah jadi ‘mainan’ para ahli untuk dikendalikan dan dimanfaatkan. Lha, kalau manusia aja bisa, apalagi Tuhan. Sama sekali tidak ada kontradiksi di dalamnya. Baik-baik saja.

Bahkan genome sudah dipetakan. Kemudian diutak-atik untuk menghasilkan mutasi yang terarah. Muncullah teknologi transgenic yang sudah merambah tanaman dan hewan. Mis: binatang-binatang kini bisa dibikin berpendar, mulai dari ikan, kelinci, monyet, anjing, dlsb. Demikian pula padi, kapas, jagung, tomat, dan berbagai buah-buahan sudah bisa dimutasi-genetik-kan menjadi memiliki sifat berbeda dari aslinya. Bahkan, dengan adanya teknologi cloning serta stem sel, kini rekayasa genetika telah melampaui seleksi alam yang konon random dan tak terkendali itu. Kenapa tidak..?!

Jadi, sama sekali tidak ada philosophy yang tidak jelas dalam hal ini. Yang ada hanyalah sudut pandang yang terlalu sempit, sehingga menganggap alam semesta tidak punya kecerdasan yang mengendalikan seluruh proses evolusi. Saya adalah penganut teori evolusi, tetapi bukan evolusi Darwin yang sempit. Melainkan Evolusi Ketuhanan (Godly Evolution) dengan segala kecanggihan desain-Nya yang sangat menakjubkan..!

QS. Luqman (31): 10-11
Dia (Allah) menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia menempatkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu. Dan mengembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.

Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah kepadaku apa yang telah diciptakan oleh tuhan-tuhan selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.



~ Salam Beragama dengan Akal Sehat ~

Isra' Mira'j

Oleh Tony Wang pada 27 November 2011 pukul 12:17
Benarkah ada Isra’ Mira’j dan Batu Melayang?
Referensi :

Pengantar

Peristiwa Isra' Mira'j adalah peristiwa dimana Nabi Muhammad Pergi kelangit ke 7 dan berdasarkan peristiwa inilah Umat Islam mulai menunaikan shalat 5 waktu. Dibalik itu, terdapat banyak perdebatan mengenai keabsahan peristiwa Isra' Mira'j baik itu mengenai kesaksian, Buraq yang mengantarkannya, hadis yang meriwayatkan, sejarah dibalik peristiwa tersebut dan bahkan beberapa bulan terakhir ini terdapat photo dan email tentang adanya Batu melayang yang sempat mewarnai tidak kurang dari 1280 website dan 284 diantaranya mencantumkan asal photo dan tulisannya.

Artikel ini mengulas seputar:
Batu Melayang dan Ulasannya
Peristiwa Isra'a Mira'j dan Ulasannya
Setalah anda membaca tuntas, maka anda akan dapat menarik kesimpulan mengenai dua hal diatas.

Selamat membaca.
…………………………

Batu Melayang dan Ulasannya

Sebelum mengulas tentang peristiwa Isra'a Miraj, saya ajak anda untuk melihat Photo yang dikatakan sebagai Batu melayang sebagai keajaiban peristiwa Isra'a Mira'j beserta tulisan dari sipengirim photo. Pertanyaannya adalah apa yang ada dibenak anda saat melihat dan membaca itu?

Berikut tulisan pengirim dan photo ini berasal: ady_chy@yahoo.com
<photo id="1" />Ini foto dari teman saya sewaktu melawat Al Aqsa (yg sebenarnya) di Jerusalem,

Subhanallah ……

Foto ini bisa lolos karena tidak diketahui oleh pihak israel yg menjaga tempatnya dengan sangat ketat.

Bukti kebesaran Allah SWT batu tempat duduk Nabi Muhammad SAW Isra Mi'raj

sampai kini masih tetap melayang di udara. Pada saat Nabi Muhammad mau Mi'raj batu tsb ikut, tetapi Nabi SAW menghentakan kakinya pada batu tsb, maksudnya agar batu tsb tak usah ikut. Kisah Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW tentang batu gantung tsb yang berada dalam masjid Umar (Dome of the Rock) di Lingkungan Masjidil AQSHA di Yerusalem.

Sampai sekarang mesjid dome of rock ditutup untuk umum, dan Yahudi membuat mesjid lain Al Sakhra tak jauh disebelahnya dengan kubah "emas" (yg sering terlihat di poster2 yg disebarkan ke seluruh dunia dimana2) dan disebut sebagai Al Aqsa, untuk mengelabui ummat islam dimana mesjid Al Aqsa yang sebenarnya, yang Nabi Muhammad SAW pernah sebutkan Al Aqsa sebagai "mesjid kubah biru".

Saat ini mesjid Al Aqsa yg sebenarnya sudah di ambil-alih oleh israel , dan rencananya mau dihancurkan untuk diganti sebagai tempat ibadah mereka karena bersebelahan dengan tembok ratapan.


Dari Muhammad Nashiruddin al-Albani, Buku ke-3, Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu, Gema Insani Press 1999 halaman 584 - 585 hadis nomor 1252 :
"Batu besar adalah batu yang di Baitil Maqdis diatas pohon korma, dan pohon korma berada ditepi sungai dari sungai-sungai didalam surga, dan dibawah pohon korma ada Asiyah istri Fir'aun dan Maryam binti Imron, keduanya mengatur kalung-kalung penghuni surga hingga hari kiamat."

Bagaimana pendapat anda? Tentunya saat anda melihat photo itu, selekasnya ada peningkatan suasana religious di diri anda, lalu anda juga segera menyampaikan pujian-pujian kepada yang maha kuasa dan lebih-lebih lagi ada hadis yang menyatakannya maka anda akan semakin menambah keyakinan anda tentang kebesaran Islam.

Sayang sekali!

Hadis itu diragukan, hadis ini Maudhu', diriwayatkan oleh Ibnu Asakir ( I/274/19 )
dari Ibrahim bin Muhammad, "Telah memberitakan kepada kami Muhammad bin Mukhallad, memberitakan kepada kami Ismail bin Ayyasy dari Tsa'labah bin Muslim al-Khats'ami dari Su'ud bin Abdir Rahman dari Khalid bin Mi'dan dari Ubadah bin Shaamit secara marfu' ", kemudian Ibnu Asakir berkata," Telah diriwayatkan oleh lainnya yang juga dari Khalid, seraya menjadikannya sebagai ucapan Ka'ab."
Adz-dzahabi menuturkan hadis ini dalam rangka mengutarakan otobiografi Muhammad bin Mukhallad ar-Ra'aini al-Himshi. Kemudian ia berkata : "Telah diriwayatkan oleh Abu Bakar Muhammad bin Ahmad al-Wasithi al-Khatib dalam 'Fadhail Bait al-Maqdis' dengan sanad gelap kepada Ibrahim bin Muhammad, dari Muhammad bin Mukhallad dan merupakan berita kedustaan yang jelas" Lebih jauh tentang Muhammad bin Mukhallad ini, adz-Dzahabi berkata : Ia telah menyampaikan hadis-hadis batil …; seraya menuturkan bahwa hadis ini adalah salah satunya.

Didalam kitab al-Lisan Ibnu Hajar mengatakan bahwa menurut Ibnu Adi, Muhammad bin Mukhallad mungkar periwayatannya, dari siapapun diriwayatkannya. Sedangkan ad-Daruquthni mengatakan didalam kitab Gharaa'ib Maalik, "Orang ini ditinggalkan periwayatannya".

Mungkin anda akan berkata: "So what?!, Photo itu sudah merupakan saksi!"

Sayang sekali!

Batu itu aslinya sama sekali tidak melayang bahkan masih berada diatas tanah. Photo itu merupakan hasil rekayasa. Berikut saya sampaikan perubahan-perubahannya

[Kembali ke Pengantar]

Peristiwa Isra'a Mira'j dan Ulasannya

Peristiwa Isra' wal Mi'raj adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhamad SAW dari Masjidil Haram ke Masdil Aqsa (Bayt Al-Maqdis) pada 27 Rajab Tahun Kesebelas Kenabian Muhammad SAW. Peristiwa itu terjadi sekitar setahun sebelum Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah (Yatsrib ketika itu). Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang sangat "sumpek", isteri tercinta Khadijah r.a. dan paman telah meninggal dunia. Saat Isra' Miraj lah perintah shalat 5 waktu diturunkan. Peristiwa ini dicatat dalam Al Quran pada surat Al Isra ayat pertama dan juga di beberapa hadis:
subhaana alladzii asraa bi'abdihi laylan mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa alladzii baaraknaa hawlahu linuriyahu min aayaatinaa innahu huwa alssamii'u albashiiru
[17:1] Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847]agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
847: Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
*) ada yang beranggapan bahwa kata "al-bashiyr" pada akhir ayat, artinya bukan Maha Mengetahui, tetapi Maha Melihat)
Hadis dibawah ini meriwayatkan asal muasal perintah shalat 5 waktu, dimana Allah memberikan perintah kepada Nabi bahwa wajb mendirikan shalat sebanyak 50 kali satu harinya, namun akhirnya berhasil ditawar Nabi Muhammad menjadi sebanyak 5 kali satu hari (Bukhari: Vol.1 Book 8 No.345; Vol.4 Book 54 No.42; Vol.5 Book 58 No.227; dan Vol.9 Book 93 No.608)
Ibn Hazm dan Anas bin Malik berkata: Nabi berkata, "Kemudian Allah memerintahkan shalat 50x pada para pengikutku ketika Aku kembali dengan perintah Allah ini, Aku bertemu dengan Musa yang bertanya padaku, 'Apa yang telah Allah perintahkan pada para pengikutmu?' Aku jawab, 'Ia memerintahkan shalat 50x pada mereka' Musa berkata, 'Balik kembali pada Tuhanmu (dan serukan pengurangan)untuk para pengikutmu yang tidak akan mampu menanggung itu' (Jadi Aku kembali pada Allah dan memohonkan pengurangan) dan Ia mengurangi itu menjadi setengahnya. Ketika aku bertemu Musa kembali dan mengabarkannya tentang itu, Ia berkata, 'Kembali ke Tuhanmu karena pengikutmu tak akan kuat menanggungnya' Jadi, Aku kembali pada Allah dan memohonkan pengurangan lebih lanjut dan setengahnya di kurangi. Lagi aku bertemu dengan Musa dan Ia berkata pada ku:'Kembali kepada Tuhanmu, Para pengikutmu tidak akan kuat menanggungnya. Jadi aku kembali pada Allah dan Allah berkata, 'Shalatlah 5x dan ini setara dengan 50 x [dalam ganjaran] dalam kataku tak akan berubah.' Aku kembali ke Musa dan Ia berkata padaku untuk kembali sekali lagi. Aku menjawab, 'Sekarang Aku merasa malu untuk memohon pada Tuhanku lagi'"
Dari Ayat AQ 17:1 dan hadis dibawah ini juga diketahui bahwa Mesjid Al Aqsa (Bayt Al-Maqdis) telah ada saat itu. Pada Hadis Bukhari dibawah ini diketahui pula jarak antara pembangunan Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa yaitu sejauh 40 tahun lamanya.

Vol.4 Book 55 No.585:
Abu Dhaar meriwayatkan:
Aku berkata, "O rasul Allah! Mesjid Mana yang pertama di bangun di muka bumi?" Ia berkata, "Al-Masjid-ul-,Haram (di Mekkah)" Aku berkata, "Yang mana yang dibangun berikutnya?" Ia menjawab, "Mesjid Al-Aqsa (di Jerusalem)." Aku berkata, "Berapa lama jarak periode rekrontruksi di antara keduanya?" Ia katakan, "Empat puluh tahun."[..]" [Juga di Bukhari Vol.4 Book 55 No.636]

Berdasarkan buku SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL, yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah, Penerbit PUSTAKA JAYA, Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat Cetakan Kelima, 1980, Seri PUSTAKA ISLAM No.1, diceritakan sebagai berikut:
Masa berkabung terhadap Khadijah itupun sudah pula berlalu. Terpikir olehnya akan beristeri, kalau-kalau isterinya itu kelak akan dapat juga menghiburnya, dapat mengobati luka dalam hatinya, seperti dilakukan Khadijah dulu. Tetapi dalam hal ini ia melihat pertaliannya dengan orang-orang Islam yang mula-mula itu harus makin dekat dan perlu dipererat lagi. Itu sebabnya ia segera melamar puteri Abu Bakr, Aisyah. Oleh karena waktu itu ia masih gadis kecil yang baru berusia tujuh tahun, maka yang sudah dilangsungkan baru akad nikah, sedang perkawinan berlangsung dua tahun kemudian, ketika usianya mencapai sembilan tahun. Sementara itu ia kawin pula dengan Sauda, seorang janda yang suaminya pernah ikut mengungsi ke Abisinia dan kemudian meninggal setelah kembali ke Mekah.

Pada masa itulah Isra' dan Mi'raj terjadi. Malam itu Muhammad sedang berada di rumah saudara sepupunya, Hindun puteri Abu Talib yang mendapat nama panggilan Umm Hani'. Ketika itu Hindun mengatakan:

"Malam itu Rasulullah bermalam di rumah saya. Selesai salat akhir malam, ia tidur dan kamipun tidur. Pada waktu sebelum fajar Rasulullah sudah membangunkan kami. Sesudah melakukan ibadat pagi bersama-sama kami, ia berkata: 'Umm Hani', saya sudah salat akhir malam bersama kamu sekalian seperti yang kaulihat di lembah ini. Kemudian saya ke Bait'l-Maqdis (Yerusalem) dan bersembahyang di sana. Sekarang saya sembahyang siang bersama-sama kamu seperti kaulihat."

Kataku: "Rasulullah, janganlah menceritakan ini kepada orang lain. Orang akan mendustakan dan mengganggumu lagi!"

"Tapi harus saya ceritakan kepada mereka," jawabnya.

Orang yang mengatakan, bahwa Isra' dan Mi'raj Muhammad 'alaihissalam dengan ruh itu berpegang kepada keterangan Umm Hani' ini, dan juga kepada yang pernah dikatakan oleh Aisyah: "Jasad Rasulullah s.a.w. tidak hilang, tetapi Allah menjadikan isra' itu dengan ruhnya.". Juga Mu'awiya b. Abi Sufyan ketika ditanya tentang isra' Rasul menyatakan: Itu adalah mimpi yang benar dari Tuhan.

Apa yang dikatakan Muhammad kemudian menimbulkan kesangsian juga pada beberapa orang pengikutnya, pada orang-orang yang tadinya sudah percaya. Mereka banyak yang mengatakan: Masalah ini sudah jelas. Perjalanan kafilah yang terus-meneruspun antara Mekah-Syam memakan waktu sebulan pergi dan sebulan pulang. Mana boleh jadi Muhammad hanya satu malam saja pergi-pulang ke Mekah?!

Tidak sedikit mereka yang sudah Islam itu kemudian berbalik murtad. Mereka yang masih menyangsikan hal ini lalu mendatangi Abu Bakr dan keterangan yang diberikan Muhammad itu dijadikan bahan pembicaraan.

"Kalian berdusta," kata Abu Bakr. "Sungguh," kata mereka. "Dia di mesjid sedang bicara dengan orang banyak."

"Dan kalaupun itu yang dikatakannya," kata Abu Bakr lagi, "tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku, bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau siang, aku percaya. Ini lebih lagi dari yang kamu herankan."

Abu Bakr lalu mendatangi Nabi dan mendengarkan ia melukiskan Bait'l-Maqdis. Abu Bakr sudah pernah berkunjung ke kota itu. Selesai Nabi melukiskan keadaan mesjidnya, Abu Bakr berkata: "Rasulullah, saya percaya.". Sejak itu Muhammad memanggil Abu Bakr dengan "AshShiddiq."

Asra, sura dan isra', harfiah berarti "perjalanan malam hari" (LA). 'Araja berarti naik atau memanjat. Mi'raj harfiah tangga (N) (A).
AshShidiq = Yang tulus hati, yang sangat jujur
Dari al-Tabari vol.9 hal.140-141, Mohamad merencanakan pernikahan itu, namun berakhir dengan tidak adanya pernikahan dengan 'Umm Hani' binti Abi Talib [Hind] karena ia (umm Hani) mengatakan bahwa ia sudah mempunyai anak. Hal ini tidak konsisten dimana Umm Hani’ menjadi seorang Islam sebelum atau setelah Muhamad memintanya menikah dengannya. (al-Tabari vol.39 hal.197 dan catatan kaki 857 hal.197)
Kisah perjalanan Nabi dari rumah Umm’ Hani diuraikan pula di Ibn Sa'd's Al-Tabaqat Al-Kabir Volume I: translated by S. Moinul Haq, M.A., PH.D assisted by H.K. Ghazanfar M.A.; Kitab Bhavan Exporters & Importers, 1784 Kalan Mahal, Daryaganj, New Delhi - 110 002 India; pg. 246-248
Dari hadis-hadis sahih, kita ketahui bahwa perjalanan menuju langit ke 7 dilakukan dengan mengendari Buraq:

Hadis Muslim book 1 no.309
"[..]Aku dibawa dengan Buraq, sejenis binatang putih dan panjang, lebih besar dari keledai namun lebih kecil dari bagal[..]
Hadis Bukhari, Vol.4 Book 54 No.429,
"Al-Buraq, binatang berwarna putih, lebih kecil dari bagal dan lebih besar dari keledai dibawa oleh ku dan aku berangkat dengan jibril"
Hadis Bukhari Vol.5 Book 58 No.227:
Kemudian binatang putih yang lebih kecil dari bagal dan lebih besar dari kedelai dibawakan kepadaku" (atas ini Al-Jarud bertanya, "Apa itu Buraq, O Abu Hamza?" I (Anas) menjawab dengan persetujuan). Nabi berkata, "Kaki binatang itu (begitu besarnya) mencapai titik terjauh yang dapat di capai oleh pandangan binatang. Aku di bawa diatasnya, dan gabriel berangkat bersamaku hingga kami mencapai langit terdekat.
Nabi, di setiap langit yang di singgahinya, bertemu banyak Nabi lain yang telah wafat, yaitu pada langit ke:
Adam yang di kanan dan kirinya ada jiwa-jiwa keturunannya, dimana di sebelah kanan penghuni Surga dan disebelah kiri penghuni neraka [Muslim book 1 no.313; Bukhari Vol.1 Book 8 No.345]
Yesus [Muslim book 1 no.314]. Isa dan Yahya [Muslim Book 1 no.309 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429; Vol.5 Book 58 No.227]. Idris [Bukhari Vol.9 Book 93 No.608
Yahya dan Yusuf [Muslim book 1 no.314 ]. Yusuf [Muslim Book 1 no.309 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227]
Idris [Muslim book 1 no.309 dan 314 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227]. Harun [Bukhari Vol.9 Book 93 No.608]
Harun [Muslim book 1 no.309 dan 314 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227]
Abraham [Muslim Book 1 no.313 dan Bukhari Vol.1 Book 8 No.345, Vol.9 Book 93 No.608]. Musa [Muslim book 1 no.309 dan 314 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227]
Musa [Bukhari Vol.9 Book 93 No.608]. Abraham [Muslim book 1 no.314 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227]
Nabi jugga melihat sungai Nil dan Efrat:
Di langit ke-2 [Bukhari Vol.9 Book 93 No.608]
Di langit ke-7 [Muslim book 1 no.314 dan Bukhari Vol.4 Book 54 No.429, Vol.5 Book 58 No.227].
Di langit, namun tidak disebutkan langit keberapa [Muslim Book 040 no.6807 dan Bukhari Vol.7 Book 69 No.514]
Apa yang menarik dari peristiwa Isra' Miraj di atas?

Pertama,
Keberadaan Nabi saat peristiwa tersebut terdapat beberapa variasi kisah, yaitu ada dikatakan bahwa Nabi sedang berada di rumah saudari sepupunya sampai fajar menjelang (Saat itu hindun, baru saja ditinggal wafat oleh suaminya dan menurut Tabari Hindun (Umm' Hani, sempat dipinang oleh Nabi namun tidak jadi)
Terdapat kisah yang menyatakan bahwa Nabi ada di rumahnya (Bukhari Volume 1, Book 8, Number 345, Volume 4, Book 54, Number 429)
Dan ada pula dikisahkan bahwa Saat itu Nabi berbaring antara Al-Hatim or Al-Hijr (Bukhari Volume 5, Book 58, Number 227)
Kedua,
Saat peristiwa itu terjadi apakah Nabi apakah tertidur, diantara keduanya atau dalam keadaan sadar?
Tertidur/mimpi, disebut di Volume 9, Book 93, Number 608,
Diantara keduanya:Bukhari Volume 4, Book 54, Number 429
Tidak tidur/Sadar disebut di Ibn Sa'd's Al-Tabaqat Al-Kabir Volume I, Bukhari Volume 1, Book 8, Number 345, Volume 5, Book 58, Number 228, Volume 5, Book 58, Number 227, Tafsir Ibn Kathir: pg. 572-573)
Ketiga,
Kesahihan naik Buraq sudah terjamin di Hadis Muslim 1:309, Bukhari Volume 4, Book 54, Number 429, Bukhari Volume 5, Book 58, Number 227 dan Ibn Sa'd's Al-Tabaqat Al-Kabir Volume I namun tidak ada satupun kisah mengenai mahluk Buraq tersebut muncul di AQ padahal banyak binatang2 disebutkan di AQ misalnya semut, Ular, Kuda, domba, unta, kera, babi dan lainnya. Buraq seyogyanya mendapatkan sesuatu hal yang khusus namun entah mengapa Allah tidak berkenan untuk menyebutkannya.

Keempat,
Quran menginformasikan bahwa Surga dan Neraka hanya di buka saat kiamat tiba dan sebelum itu semua manusia yang mati ditempatkan di alam kubur/Barzakh [AQ 6:93, 9:101, 18:99, 22:7, 23:101-104, 27:82-90, 39:67-75, 40:46, 56:1-56, 75:1-14, 79:34-41, 101:1-11]

Dimana jelas disebutkan bahwa Allah hanya membangkitkan Adam beserta keturunannya saat kiamat tiba dan kemudian di sidang untuk mendapatkan ganjaran surga atau neraka.
wa-anna alssaa'ata aatiyatun laa rayba fiihaa wa-anna allaaha yab'atsu man fii alqubuuri
[22:7] dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.

tsumma innakum yawma alqiyaamati tub'atsuuna
[23:16] Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.

waqaala alladziina uutuu al'ilma waal-iimaana laqad labitstum fii kitaabi allaahi ilaa yawmi alba'tsi fahaadzaa yawmu alba'tsi walaakinnakum kuntum laa ta'lamuuna
[30:56] Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya)."

nnaa lananshuru rusulanaa waalladziina aamanuu fii alhayaati alddunyaa wayawma yaquumu al-asyhaadu
[40:51] Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),

qaala anzhirnii ilaa yawmi yub'atsuuna
[7:14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya529 sampai waktu mereka dibangkitkan".
529: Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.

qaala rabbi fa-anzhirnii ilaa yawmi yub'atsuuna
[15:36] Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan797,
797: Maksudnya Iblis memohon agar dia tidak diazab dari sekarang melainkan diberikan kebebasan hidup sampai hari berbangkit.

qaala ara-aytaka haadzaa alladzii karramta 'alayya la-in akhkhartani ilaa yawmi alqiyaamati la-ahtanikanna dzurriyyatahu illaa qaliilaan
[17:62] Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".

fa-azallahumaa alsysyaythaanu 'anhaa fa-akhrajahumaa mimmaa kaanaa fiihi waqulnaa ihbithuu ba'dhukum liba'dhin 'aduwwun walakum fii al-ardhi mustaqarrun wamataa'un ilaa hiinin
[2:36] Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu38 dan dikeluarkan dari keadaan semula39 dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
 Namun Hadis sahih yang merekam ucapan nabi sendiri JUSTRU MENYATAKAN HAL SEBALIKNYA, yaitu penghuni surga dan neraka sudah ada saat itu dan bahkan banyak sekali!

Menariknya,
Jibril yang ketika itu dapat mengenali Nabi-nabi yang telah wafat lama namun ternyata TIDAK MAMPU mengenali Ayah dan Ibu Nabi, kakek nabi dan BAHKAN paman Nabi Abu Thalib (wafat dengan jarak berdekatan dgn Khadijah) yaitu < 1 tahunan dari peristiwa Isra' Mira'j ini, di mana mereka semua ada di neraka [seharusnya terlihat ada di sebelah kiri Adam]!
Ayahanda dan Ibunda Muhammad dinyatakan masuk Neraka krn tidak memuja Allah. Saat ibundanya wafat, Muhammad berumur 6 tahun:

"Dari Anas, bahwa seorang laki-laki pernah bertanya, "Ya Rasulullah ! Di manakah tempat ayahku ?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Di Neraka!"

Maka tatkala orang itu berpaling hendak pergi, beliau memanggilnya, lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu tempatnya di neraka" [Hadits shahih Riwayat Muslim juz I halaman 132 dan 133. Periksa kitab Qaa'idatun Jalilah At-Tawassul wal Wasilah, halaman 8 cetakan tahun 1977 Lahore-Pakistan, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah]

"Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ziarah ke kubur ibunya, lalu ia menangis yang menyebabkan orang-orang disekelilingnya (para shahabat) turut menangis.

Lalu beliau bersabda, 'Aku meminta izin kepada Tuhanku supaya aku dibolehkan untuk memohonkan ampun baginya, tapi tidak diizinkan bagiku.

Lalu aku meminta izin supaya aku dibolehkan menziarahi kuburnya, maka diizinkan bagiku. Oleh karena itu ziarahilah kubur-kubur itu, karena menziarahi kubur itu dapat mengingat mati" [Hadits shahih Riwayat Muslim (3/65), Abu Daud (no 3234), Nasa'i (2/72), Ibnu Majah (no. 1572), Baihaqi (4/76), Ahmad dan Thahawi (3/189), Periksalah kitab : Tafsir Ibnu Katsir jilid 2 halaman 393, 394 dan 395, Ahkamul Janaaiz halam 187, 188 masalah ke-121 oleh Muhaddits Syaikh Muhammadn Nashiruddin Al-Albani]

"Dari Buraidah, ia berkata, "Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan/safar, lalu beliau turun bersama kami, sedangkan kami pada waktu itu mendekati seribu orang.

Kemudian beliau shalat dua rakaat (mengimami kami), setelah selesai beliau menghadapkan wajahnya kepada kami sedangkan kedua matanya mengalir air mata.

Lalu bangkitlah Umar bin Khaththab menghampirinya dan berkata. 'Ya Rasulullah, mengapakah engkau (menangis)?'

Beliau menjawab, 'Sesungguhnya aku telah meminta kepada Tuhanku Azza wa Jalla untuk memohon ampunan bagi ibuku, akan tetapi Ia tidak memberiku izin kepadaku, maka dari itulah mengalir air mataku karena kasihan kepadanya yang ia termasuk (penghuni) neraka". [Hadits shahih Riwayat Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Hakim (1/376), Ibnu Hibban (no. 791), Baihaqi (4/76) dan Tirmidzi]

Juga dari 2 (dua) hadis mursal di bawah ini, sebagai asbabunuzul AQ 2:119,

"Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka"

Hadis:
Rasulullah SAW bersabda: "Betapa inginnya aku tahu nasib ibu bapakku." Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 119). Rasulullah SAW tidak menyebut-nyebut lagi kedua ibu bapaknya hingga wafatnya. [Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari atTsauri, dari Musa bin 'Ubaidah yang bersumber dari Muhammad Ibnu Ka'b al-Qarzhi]

Rasulullah SAW pada suatu hari berdoa. "Di mana kedua ibu bapakku kini berada?" Maka Allah turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 119) [Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Juraiz yang bersumber dari Dawud bin Abi 'Ashim]

Pasca meninggal Ibunya, Muhammad dirawat Kakeknya, Abu Muttalib dan iapun wafat ketika Muhammad berusia 8 tahun. Sejak itu ia di rawat Pamannya, Abu Talib, yang juga nantinya menikahkannya dengan Khadijah.

Abu Talib wafat tidak memeluk Islam, Hingga saat terakhirnya ia menolak menerima Allah dan tetap mengikuti agama Abu Muttalib [Riwayat Said bin Al-Musaiyab dari ayahnya, Sahih Bukhari Vol.2 Book 23 No.442 turunya At taubah 9:113; Riwayat Musaiyab Vol.5 Book 58 No.223, Vol.6 Book 60, No.295 dan riwayat said bin Al Musaiyab Hadis Muslim book 1 No.36 turunnya Attaubah 9:113 dan Al qasash 28:56; Riwayat Abu huraira Hadis Muslim book 1 No.37, No.38 turunnya Al Qasash 28:56]
Informasi mengenai surga dan neraka telah ada sebelum kiamat dilaporkan dalam berbagai Hadis dari perawi2 yang berbeda-beda yang justru saling bertentangan dengan Al quran sendiri, yang mana yang benar diantara dua hal itu? dan mengapa malah saling bertentangan?

Kelima,<photo id="5" />
Bagaimana mungkin sungai Nil dan Efrat sumbernya dari langit? Ini hanya dimungkinkan jika Langit hanya berbentuk kubah di bumi yang datar!!!

[13:2] Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.

Tafsir Ibn kathir untuk ayat [13:2],
Allah, mengangkat para langit tanpa pilar & mengangkat para langit tinggi jauh diatas Bumi

berkenaan dengan kalimat (menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan) adalah seperti yang Allah maksudkan di surat 36:38 (dan matahari berjalan ditempat peredarannya) Ada dua pendapat dan semuanya mengatakan Matahari dan bulan yang bergerak. 'arsy adalah atap dari ciptaan dan tidak berbentuk BULAT seperti banyak di klaim oleh astronomer. Lebih seperti KUBAH yang di topang oleh pilar. Menurut Nabi sebagaimana diriwayatkan Abu Dharr:
Ketika senja [magrib], Nabi bertanya padaku, "Apakah kau tau kemana Matahari itu pergi (saat Magrib)?! Aku jawab, "Allah dan rasulnya yang lebih tau." Ia jawab, "Ia berjalan [travel] hingga kelelahan [bersujud] sendiri dibawah 'Arsy dan mohon ijin untuk terbit kembali, dan di ijinkan dan kemudian (waktunya akan tiba) ketika hendak bersujud tapi sujudnya ngga diterima dan memohon ijin untuk bergerak di jalurnya namun ngga di ijinkan, ia diperintahkan untuk kembali ketempatnya dateng dan ia akan terbit dari barat. Itulah penafsiran dari sabda Allah "dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (AQ 36:38) [Bukhari Vol.4 Book 54 No.421; Vol. 6, Book 60, No.327; Vol. 9, Book 93, No.520, No.528, juga di Sahih Muslim Book 001 No.0297]

'Ada pilar namun tidak dapat kamu lihat' menurut Ibn `Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan beberapa lainnya.

Iyas bin Mu`awiyah, "Langit itu seperti kubah di atas bumi', artinya tanpa tiang. Serupa seperti Qatadah katakan

Ibn Kathir menyatakan bahwa pendapat terakhir [Iyas bin Mu'awiyah] adalah lebih baik mengingat Allah juga menyatakan di ayat lainnya [22:65] yaitu ‘Dia menahan langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?’

Di Tanwîr al-Miqbâs min Tafsîr Ibn ‘Abbâs untuk surat 65:12, mengatakan (Allah-lah yang menciptakan tujuh langit) satu di atas yang lainnya seperti KUBAH, (dan seperti itu pula bumi) tujuh bumi tapi mereka DATAR
Keenam,
Nabi mengatakan telah ada Masjid Aqsa (Bayt Al-Maqdis) saat melakukan perjalanan Isra' Mira'j (622 masehi). Hadis Bukhari Volume 4, Book 55, Number 585, Bukhari Volume 4, Book 55, Number 636 sudah menyatakan bahwa Masjid Aqsa (Bayt Al-Maqdis) dibangun lebih lambat 40 tahun dari Masjidil Haram.

Sejarah menyatakan bahwa sampai dengan meninggalnya Nabi, Mesjidil Aqsa ternyata masih belum dibangun. Ketika Khalifah Umar menaklukan Yerusalem, Ia kemudian sholat di tempat yang dulunya merupakan Bait Sulaiman. Bangsa Roma menghancurkan kuil ini pada 70 Masehi. Sejak saat itu, tidak ada kuil, gereja atau masjid di tempat itu. Tapi kemudian setelah Calif Abd-Malik ibn Marwan dilakukan pendirian Dome of the Rock yang dilakukan pada tahun 691 masehi, atau 72 tahun sesudah tahun hijrah. Masjidil Aqsa itu dibangun tepat di atas reruntuhan Temple Mount pada akhir abad 7 ("The Concise Encyclopedia od Islam", Harper & Row, 1989, halaman 46-102)

Masjidil Haram (Kabah) dibangun oleh Ibrahim (hidup sekitar tahun 2000 SM). Dan Bait Sulaiman (sekarang Masjidil Aqsa) dibangun pada tahun 958-951 SM oleh nabi Sulaiman. Dengan demikian seharusnya terdapat selisih waktu sekitar 1040 tahun antara pembangunan 2 bangunan ini.
... Many scholars take this as evidence to support the view that Ibrahim WAS THE FIRST ONE to build the House and that IT WAS NOT BUILT BEFORE HIS TIME... (Tafsir Ibn Kathir-Abridged Volume 6 Surat Al-Isra', Verse 39 to the end of Surat Al-Mu'minun, first edition July 2000, p. 554)
Ibn Kathir mengatakan dimanapun bahwa Nabi Ibrahim-lah yang pertamakali membangun Ka'bah:
It has been said that it was Adam who first built it. Such a statement comes down in a hadith that is marfu' and came on the authority of 'Abd Allah b. 'Amr; Ibn Lahi'a is one of its chains of authorities and he is an authority considered daif, weak.

The most credible of sttaements is that Abraham, al-Khalil, "the true friend", peace be upon him, was the first who built it, as reported above. Simak b. Harb so related, from Khalid b. 'Ar'ara back to 'Ali b. Abu Thalib who said, "Then it collapsed, was rebuilt by al-'amaliqa 'the giants', fell down and was built again by Jurhum; thereafter it collapsed and was rebuilt by Quraysh." (Ibn Kathir, The Life of the Prophet Muhammad (Al-Sira al-Nabawiyya), translated by Professor Trevor Le Gassick, reviewed by Dr. Ahmed Fareed [Garnet Publishing Limited, 8 Southern Court, south Street Reading RG1 4QS, UK; The Center for Muslim Contribution to Civilization, 1998], Volume I, p. 119)

it is Solomon - peace be upon him - who built the Farthest Mosque is the narration of al-Nasâ'î from the hadîth of cAbd Allâh Ibn 'Amr Ibn al-'Âs ATTRIBUTED TO THE PROPHET WITH AN AUTHENTIC ISNAD that "When Solomon built Bayt al-Maqdis he asked God the Most High for three things etc." and in al-Tabarânî from the hadîth of Râfi' Ibn 'Umayrah that "David - peace be upon him - started building Bayt al-Maqdis but God inspired him: I shall accomplish its building with Solomon
Ayat AQ dibawah ini pun menyatakan bahwa Ibrahim yang membangunnya
wa-idz ja'alnaa albayta matsaabatan lilnnaasi wa-amnan waittakhidzuu min maqaami ibraahiima mushallan wa'ahidnaa ilaa ibraahiima wa-ismaa'iila an thahhiraa baytiya lilththaa-ifiina waal'aakifiina waalrrukka'i alssujuudi
[2:125] Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim89 tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
89: Ialah tempat berdiri Nabi Ibrahim a.s. diwaktu membuat Ka'bah.

wa-idz qaala ibraahiimu rabbi ij'al haadzaa baladan aaminan waurzuq ahlahu mina altstsamaraati man aamana minhum biallaahi waalyawmi al-aakhiri qaala waman kafara faumatti'uhu qaliilan tsumma adtharruhu ilaa 'adzaabi alnnaari wabi/sa almashiiru
[2:126] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".

wa-idz yarfa'u ibraahiimu alqawaa'ida mina albayti wa-ismaa'iilu rabbanaa taqabbal minnaa innaka anta alssamii'u al'aliimu
[2:127] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Cerita di atas adalah menurut Quran, yang pun ternyata TIDAK BENAR selisih dari kedua bangunan itu adalah 40 tahun.

Berikut di bawah ini adalah sekelumit ringkasan dan kutipan tulisan Dr. Rafat Amari.

Menurut penelitiannya, yang membangun Ka'bah BUKANLAH Ibrahim namun seorang yang bernama Asa’d Abu Karb, pemimpin suku yaman yang memerintah antara tahun 410 M - 435 M [Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1:173; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 4:463].

Ia juga menyatakan bahwa tulisan penulis sejarah Islam yaitu Ibn Ishaq dan rekan-rekannya TIDAK BENAR dalam menceritakan kisah suku Jurhum:
Setelah Nabaioth, suku Jurhum adalah penghuni Mekah pada jaman Abraham, bertangungjawab melayani tempat pemujaan di Mekah. Menurut kisah tersebut, mereka melayani sampai suku Khuzaa’h datang dari Yaman. Hal itu terjadi setelah dam di Ma’rib mulai menunjukan tanda2 kerusakan dan terusirlah mereka.

Kisah itu berlanjut bahwa ketika suku Khuzaa’h tiba di Mekah, mereka mengalahkan Jurhum. Jurhum kemudian meninggalkan Mekah untuk menyembunyikan batu hitam dari kuil pemujaan dan 2 rusa emas. Mereka menyembunyikan benda2 tersebut di mata air yang disebut sebagai Zamzam, kemudian menutupi mata air tersebut, batu tersebut dan rusa2 dengan tanah sehingga tidak terlihat [Tarikh al-Tabari, I, page 524]
Hari di mana hal ini terjadi sangat penting.

Menurut kisah tersebut, Jurhum tinggal di Mekah sampai dengan dam Ma’rib rusak dan suku Khuzaa’h meninggalkan Yaman. Kita tahu bahwa hal2 ini terjadi sekitar tahun 150 setelah masehi.

Argumen bantahan Dr. Rafat Amari adalah:
Tidak ada penulis klasik yang berkunjung dan menulis tentang wilayah Barat Arabia menyinggung keberadaan suku jurhum dan juga MEKAH.

Setelah suku Jurhum dikalahkan, adalah tidak mungkin mereka mengubur 2 rusa emas yang sangat berharga dan sebuah batu yang sangat dipuja yang dimiliki tempat pemujaan di Mekkah tanpa diketahui para penghuni lainnya? Setiap suku yang meninggalkan Mekah sudah pasti membawa harta pusakanya dan tidak menguburnya di tempat umum, diketahui secara umum. Dan mata air tersebut adalah mata air satu2nya di Mekah.

Batu hitam adalah sebuah batu yang dipuja. Tidaklah mudah untuk memindahkannya dari lokasi di dalam kuil pemujaan tanpa diketahui. Menurut pengakuan kaum muslim, perang pecah dikarenakan perebutan hak pengelolaaan atas tempat pemujaan tersebut. Bagaimana mungkin sebuah suku Jurhum yang dikalahkan berhasil memindahkan batu tersebut tanpa dicegah oleh suku Khuzaa’h sang pemenang atau paling tidak mengetahui tempat disembunyikannya si batu ?

Terpusat pada keberadaan mata air itu sendiri. Jika ia berada di jazirah arab bagian barat, maka lokasinya pasti penting untuk diingat. Di atas semua itu, air , secara khusus sangatlah penting bagi bangsa arab yang hidup di gurun pasir. Tradisi Islam mengklaim keberadaan mata air tersebut sejak jaman Abraham. Jika pada saat itu secara ajaib diadakan pada saat malaikat Gabriel memberikan air pada Hagar dan anaknya, Ismael, maka keberadaannya harusnya diketahui secara luas, bukan hanya di Mekah, tetapi juga di kota2 lain disekitar Mekah. Kaum Bedouin pasti akan datang ke mata air itu untuk memberi minum binatang ternak mereka. Para penghuni juga akan datang untuk menyegarkan diri mereka. Tidak seorangpun dapat menyembunyikan mata air tersebut, bahkan jika dapat ditutupi dengan tanah.
Kisah kaum Jurhum menyembunyikan barang di mata air pada abad kedua masehi diteruskan dengan mengklaim bahwa Abdel Mutaleb, kakek Muhammed, menemukan kembali mata air tersebut pada akhir abad kelima masehi. Kita hanya dapat menyimpulkan bahwa mata air itu tidak pernah ada sebelum masa Abdel Mutaleb, dan bahwa penggalian yang dilakukan oleh penghuni Mekah pada akhirnyalah yang menemukan sumber air bawah tanah yang kemudian menjadi sebuah mata air. Fenomena penggalian untuk mendapatkan air yang mana kemudian menjadi mata air adalah hal umum di Timur Tengah. Klaim bahwa sebuah mata air ada di sebuah kota selama 2,500 tahun sebelum Jurhum berhasil menutupnya dari semua orang selama tiga abad berikutnya adalah hal yang tidak mungkin terjadi, sejak mata air di jazirah Arab pada masa tersebut adalah bernilai dan sangat penting bagi para Bedouin dibandingkan dengan Laut Mati itu sendiri. Anda mungkin dapat menyembunyikan laut dari mata suku2 yang kehausan tetapi anda tidak dapat menyembunyikan sebuah mata air dan lokasinya selama itu.

Lanjutan dari tulisan ini anda bisa baca di sini dan di sini atau di PDFnya. Mengenai siapa Dr. Rafat Amari, anda dapat buka kilasannya di sini

Ketujuh,
Inti dari peristiwa isra' Miraj adalah turunnya perintah shalat, hal ini juga sangat mengherankan mengingat Al Auran yang seharusnya merupakan perintah dan perkataan Allah saja cukup diturunkan melalui Jibril kepada Nabi Muhammad namun entah mengapa perintah shalat itu sangat memerlukan kehadiran Nabi bersama bersama dengan Jibril di langit ke 7 untuk menerimanya.

Keberhasilan Nabi dalam menawar perintah Shalat dari 50 memang patut dibanggakan mengingat 1 kali shalat berikut Wudhu rata-rata memerlukan waktu 10 menit maka tentunya akan menghabiskan total waktu 500 menit (8,3 Jam) yang digunakan kaum Muslimin untuk menunaikan shalat sehingga alangkah lelahnya umat manusia menerima kewajiban ini dan tentunya tidak ada waktu lagi yang cukup untuk mencari nafkah dan keperluan2 lainnya. Tampaknya Allah tidak terlalu memusingkan kebutuhan lain dari manusia dalam hal ini. Tawar menawar yang terjadi sebanyak 5 kali (50, 40, 20, 10, 5) adalah juga merupakan suatu kemewahan tersendiri mengingat Adam saja tidak mendapatkan 1 kesempatan-pun untuk membela dirinya saat tertipu Iblis hingga memakan buah kuldi di Surga.

Salah satu hal lagi yang mungkin "hanya Allah" saja yang mengetahuinya adalah entah mengapa Allah harus sabar menunggu sampai sebelas tahun lamanya sejak Muhammad mulai menjadi Nabi dalam menurunkan perintah shalatnya itu.