Jumat, 04 April 2014

MALAIKAT, SANG MAKHLUK DUNIA QUANTUM ~ PASUKAN IBLIS vs BARISAN MALAIKAT (3)

QS. Adz Dzaariyaat [51]: 1-5

Demi (kekuatan) yang menghamburkan partikel-partikel (dzarrah) sangat halus. Yang (mampu) membawa beban sangat berat. Lalu mengalir dengan begitu mudah. Kemudian membagi-bagi urusan. Sungguh yang dijanjikan kepadamu pasti benar.

BAHAN dasar tubuh malaikat masih menjadi misteri yang belum terungkap sepenuhnya. Meskipun, clue-nya mengarah kepada cahaya. Akan tetapi, secara sains, bisa mengarah kepada sesuatu yang lebih generik ketimbang cahaya, yakni dzarrah alias partikel-partikel quantum yang lebih mendasar.

Sebagaimana kita ketahui, partikel-partikel quantum itu menjadi media menjalarnya empat gaya dasar alam semesta. Yaitu, partikel Foton atau cahaya sebagai pembentuk gaya elektromagnetik, partikel Boson Madya membentuk gaya nuklir lemah, partikel Gluon pembentuk gaya nuklir kuat, dan partikel Graviton terkait dengan gaya gravitasi alam semesta.

Terkait dengan bahan dasar malaikat itu, sejumlah ilmuwan muslim menengarai, ada keterkaitan sangat erat antara malaikat dengan partikel-partikel quantum tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan kita layak ‘mencurigai’ adanya keterkaitan itu.

1). Malaikat digambarkan sebagai makhluk yang memiliki kecepatan sangat tinggi, yang ketika mereka bergerak dengan kecepatannya, dimensi ruang dan waktu mengalami dilatasi relatif terhadap waktu manusia. Sehingga, sangat dimungkinkan, bahan dasar tubuh malaikat adalah cahaya. Atau, yang setara dengannya.

2). Dalam ilmu Fisika Modern, cahaya berasal dari partikel quantum bernama foton yang tidak memiliki massa dan muatan listrik, sehingga menjadi sedemikian ringan dan netral tak terpengaruh muatan listrik. Maka, bicara tentang cahaya sama dengan berbicara tentang foton.

3). Partikel-partikel quantum itu ternyata bukan hanya foton, melainkan ada yang disebut gluon, boson madya, dan graviton. Masing-masing bertanggung jawab atas gaya-gaya dasar yang menyebabkan alam semesta bisa eksis. Kehilangan salah satu gaya, akan menyebabkan runtuhnya alam semesta.
Tanpa ada boson madya, tak akan ada partikel-partikel sub atomik.
Tanpa ada gluon, tak mungkin ada inti atom.
Tak ada foton, tak mungkin ada interaksi antar atom. dan
Tak ada graviton, tak mungkin ada benda-benda langit, seperti bintang, galaksi dan planet.

4). Partikel-partikel quantum yang sangat kecil itu di dalam Al Qur’an diistilahkan sebagai dzarrah. Dan kemudian menjadi nama salah satu surat Adz Dzaariyaat yang bermakna ‘partikel-partikel sangat kecil atau sangat halus’.

5). Maka, tidak menutup kemungkinan bahan dasar penciptaan tubuh malaikat itu adalah dari partikel-partikel quantum itu. Jadi, bukan hanya foton, melainkan juga gluon, boson madya, dan graviton. Atau, ‘sesuatu’ yang menjadi kesatuan partikel-partikel quantum tersebut.

6). Jika dirunut sejarahnya, maka kemunculan partikel foton adalah yang paling akhir dibandingkan dengan partikel-partikel quantum lainnya. Sebelum kemunculan foton, dikenal sebagai era gaya-gaya electroweak yang menjadi representasi penyatuan antara gaya nuklir lemah yang diwakili boson madya dengan elektromagnetik yang diwakili foton. Dan sebelum electroweak itu, dikenal sebagai era bersatunya antara foton, boson madya, dan gluon yang mewakili gaya nuklir kuat. Dan paling ujung dari semua penyatuan itu adalah sesaat setelah terjadinya big bang, dimana semua gaya-gaya dasar alam semesta itu masih berupa gaya gravitasi yang diwakili oleh graviton, yang kemudian dikenal sebagai higgs boson ataupun partikel Tuhan.

7). Yang menarik, partikel-partikel quantum itu di dalam Fisika dikenal sebagai partikel messenger alias partikel utusan. Fungsinya adalah menyampaikan pesan berupa medan gaya, yang menghasilkan gaya-gaya dasar alam semesta. Dimana dengan bertumpu pada keempat gaya dasar alam semesta itulah segala peristiwa ini terjadi. Mulai dari sesaat setelah big bang dimana segala eksistensi alam semesta ini diadakan bersamaan dengan partikel-partikel messenger tersebut. Kemudian, semuanya berfluktuasi membentuk ruang dan waktu, materi dan energi, berdasarkan informasi atau perintah yang dibawa oleh para partikel utusan itu.

Partikel Graviton membawa pesan untuk menyampaikan gaya gravitasi yang menyebabkan terbentuknya ruang dan waktu. Sedangkan, partikel Boson Madya, Gluon dan Foton, membawa pesan bagi terbentuknya materi dan energi secara bertahap pada skala sub atomik, molekuler, sampai pada benda-benda dan peristiwa sehari-hari yang berskala sedang.

Sampai sekarang semua gaya itu masih terus bekerja untuk menjaga eksistensi alam semesta dengan segala peristiwa yang terjadi di dalamnya. Semuanya bertumpu pada peran messenger particles alias partikel-partikel utusan yang membawa pesan penciptaan dan pemeliharaan, bahkan penghancuran atas segala benda dan peristiwa yang terjadi di dalam alam semesta.

Berdasar pada runtut berpikir di atas, maka tak bisa dimungkiri ada kemiripan yang luar biasa antara partikel-partikel quantum sebagai messenger antar benda dan peristiwa, dengan para malaikat yang juga bertugas sebagai utusan – messenger - bagi terselenggaranya drama kolosal alam semesta sebagai makhluk Allah, Sang Maha Raja, Penguasa jagat semesta.

Rentetan ayat di atas memberikan gambaran tentang adanya partikel-partikel sangat halus yang memiliki karakter seperti messenger particles. Ukurannya sangat halus, sehingga diungkapkan dengan kalimat sumpah yang menegaskan: wadz dzaariyaati dzarwan - demi (kekuatan) yang menghamburkan partikel-partikel (dzarrah) yang sangat halus.

Bagaimanakah karakter partikel yang halus itu? Adalah partikel-partikel yang mampu membawa ‘beban berat’, sebagaimana yang dibawa oleh partikel-partikel quantum, yakni membawa medan gaya yang sangat besar berupa gaya gravitasi, gaya nuklir dan gaya elektromagnetik..!

Wallahu a'lam bissawab.

(Cuplikan dari buku DTM-38, hlm 149-153. Lanjutannya silakan dinikmati langsung dari bukunya: PASUKAN IBLIS vs BARISAN MALAIKAT)

Rabu, 02 April 2014

IBLIS PUN KERASUKAN SETAN ~ PASUKAN IBLIS vs BARISAN MALAIKAT' (2)

Dan demikianlah, Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) jin dan manusia, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan segala apa yang mereka ada-adakan.
[QS. Al An’aam (6): 112]

-------------------------------------------------------------------------------------

Siapakah Iblis, dan siapa pula setan? Banyak diantara kita yang masih rancu tentang perbedaan iblis dan setan. Kerancuannya adalah karena kebanyakan kita menganggap kedua-duanya adalah makhluk yang bersosok. Padahal, kalau kita telusuri dari ayat-ayat Al Qur’an kita akan memperoleh kejelasannya, bahwa setan bukanlah sosok, melainkan sifat alias karakter. Sedangkan iblis adalah makhluk yang bersosok, yakni dari golongan jin.

Jadi adalah tidak tepat memperbandingkan keduanya, karena keduanya memang tidak sejenis, meskipun bisa berpadu di dalam satu diri. Segala sifat yang jelek, itu bisa disebut sebagai sifat setan. Dan itu bisa terdapat pada makhluk apa saja, termasuk pada jin dan manusia.
Karena itu, pada ayat yang saya kutip di atas, Al Qur’an menyebut setan itu bisa berbentuk jin ataupun manusia. Syayaathiinal jinni wal insi - setan dari golongan jin maupun golongan manusia. Oleh karena itu, jin yang jahat bisa disebut setan. Sebagaimana juga manusia yang jahat bisa disebut setan. Bahkan anasir-anasir 'jahat' di alam semesta juga bisa disebut sebagai setan.

QS. Al An’aam (6): 112
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhan-mu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerja-kannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

Jadi, setan bukan hanya jin, melainkan juga manusia. Atau lebih tepatnya, sifat-sifat setaniyah itu bukan hanya terdapat pada bangsa jin, melainkan juga menghinggapi bangsa manusia. Karena, sifat jahat itu memang tidak bergantung pada sosoknya, melainkan bisa berada dimana saja. Sehingga, ketika kita bicara setan tidak selalu kita sedang bicara jin, melainkan juga bicara tentang manusia, atau siapa pun dan apapun yang berkarakter jahat, merusak atau merugikan.

Sebagai contoh, pada saat umat Islam berperang, rasa ngantuk dan lemah karena kelelahan pun bisa disebut sebagai gangguan setan. Dan kemudian Allah mengirimkan air hujan untuk menyegarkan pasukan muslim tersebut. Keadaan itu oleh Al Qur’an diistilahkan sebagai mengusir gangguan setan.

QS. Al Anfaal (8): 11
(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).

Demikian pula ketidakseimbangan pergerakan benda-benda langit sehingga menimbulkan terpentalnya benda-benda itu dari orbitnya, juga diistilahkan sebagai gangguan setan. Termasuk terbakarnya bebatuan angkasa ketika terjatuh ke Bumi dan mengalami gesekan dengan udara saat memasuki kawasan atmosfernya sehingga membentuk suluh berapi. Semua itu digambarkan secara personifikasi sebagai peristiwa mengusir setan. Meminimalisir ketidakseimbangan sistem.

QS. Al Mulk (67): 5
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.

QS. Al Hijr (15): 16-18
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk, kecuali syaitan yang mencuri-curi dengar lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.

Semua itu adalah bahasa personifikasi yang mengatas namakan ketidakseimbangan sistem sebagai setan. Yang dengan proses pengusiran setan itu, kondisinya menjadi membaik kembali. Kenapa demikian? Karena, sekali lagi, sesungguhnya setan itu bukanlah sosok, melainkan karakter atau kondisi yang buruk. Dan itu bisa melekat pada jin, manusia maupun peristiwa dan benda-benda mati yang terlibat dalam suatu kejadian.

Maka, kembali kepada permasalahan yang sedang kita bahas di bagian ini, apa kaitannya setan dengan iblis? Iblis adalah sosok yang berasal dari bangsa jin. Sedangkan setan adalah sifat yang melekat pada si Iblis tersebut. Dan sifat-sifat setaniyah itu lantas ditularkan oleh Iblis kepada anak keturunannya. Juga kepada jin-jin lain yang menjadi teman-teman dan anak buahnya. Juga kepada manusia-manusia yang terpengaruh oleh bujuk rayunya.

Dengan demikian, sebenarnya bukan setan yang menjadi derivasi (dari Iblis, melainkan sebaliknya iblislah yang menjadi derivasi dari setan. Dengan kata lain, kita bisa mengatakan bahwa Iblis sebenarnya telah kerasukan sifat-sifat setan. Apa saja sifat-sifat setan yang telah merasuki Iblis? Diantaranya adalah perasaan tinggi hati, bahwa bangsa jin adalah bangsa yang lebih baik dibandingkan bangsa manusia. Karena menurutnya, jin yang terbuat dari api memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan manusia yang diciptakan dari tanah. Allah pun mencap Iblis sebagai orang yang sombong, sehingga tidak pantas untuk tetap tinggal di surga.

QS. Al A’raaf (7): 12-13
Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.”

Iblis telah kerasukan sifat-sifat setaniyah berupa kesombongan. Sehingga, sebenarnya korban pertama kejahatan setan bukanlah manusia, melainkan bangsa jin yaitu Iblis. Sebagai ‘korban pertama’ ia lantas mencari korban-korban berikutnya untuk menemaninya menjadi penghuni neraka. Korban-korban itu berasal dari keturunannya, teman-temannya sesama bangsa jin, dan terutama manusia yang dianggapnya sebagai biang keladi ia tersesat ke dalam sifat-sifat setaniyah itu - saat ia menolak bersujud kepada Adam.

Sang korban pun lantas menjadi aktor utama dalam menyesatkan siapa saja secara membabi buta, dikarenakan dendam yang menyala-nyala. Lantas, sejak kapan sifat-sifat setan itu ada? Setan sebagai sifat keburukan sebenarnya sudah ada sejak alam semesta ini diciptakan. Kegelapan adalah variable pertama dan utama dalam sifat-sifat setaniyah. Dimana ia muncul bersamaan dengan diciptakannya cahaya. Dimana ada cahaya, maka di baliknya selalu ada kegelapan.

Itulah sebabnya kegelapan menjadi simbol utama bagi kejahatan, ketersesatan, pembangkangan, kekejaman, kerusakan, dan berbagai sifat antagonis yang cenderung menghancurkan. Sebaliknya, cahaya menjadi simbol kebaikan, ketaatan, kasih sayang, jalan lurus, dan berbagai sifat protagonis yang memunculkan kesejahteraan, ketertataan dan kedamaian.

QS. Al Baqarah (2): 257
Allah Pelindung bagi orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

QS. Al Baqarah (2): 16-18
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),

Untuk melepaskan diri dari kegelapan alias kekafiran itu Allah telah menurunkan Firman-Nya dalam bentuk Al Qur’an. Barangsiapa mengambil isi kitab ini sebagai petunjuk dalam hidupnya, maka mereka akan selamat di dunia dan di akhirat. Terhindar dari segala ketersesatan yang menyebabkan penderitaan. Berada di jalan Tuhan yang terang benderang.

QS. Ibrahim (14): 1
Alif laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. 

Wallahu'alam bishshawab.

(* Cuplikan DTM-38, halaman 41-49).




Selasa, 01 April 2014

MENGENAL SETAN & MALAIKAT LEBIH DEKAT ~ PASUKAN IBLIS vs BARISAN MALAIKAT' (1)

SETAN - yang diwakili oleh Iblis - dan MALAIKAT adalah dua jenis makhluk yang mesti kita pahami keberadaannya. Karena, kedua makhluk ini sedemikian sering disebut-sebut oleh Al Qur’an, kitab petunjuk umat Islam. Iblis digambarkan sebagai sosok antagonis yang selalu mempengaruhi manusia menjadi ingkar kepada Tuhan. Sedangkan malaikat digambarkan sebagai sosok protagonis yang selalu mendoakan kebaikan dan kebahagiaan manusia, serta berharap agar manusia menjadi hamba Allah yang taat menyembah kepada-Nya.

Maka, upaya memahami eksistensi iblis dan malaikat adalah sebuah upaya untuk memahami peran kejahatan dan kebaikan dalam drama kehidupan kita sendiri. Berupa kejahatan dan kebaikan yang bersumber dari dalam diri kita, maupun kejahatan dan kebaikan yang bersumber dari luar diri kita. Baik yang bersifat individual orang per orang, maupun yang bersifat kolektif melanda kehidupan suatu keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Bahkan seluruh umat manusia yang hidup di muka Bumi.

Peradaban manusia dewasa ini sedang dilanda masalah akut yang sangat mengancam kedamaian dan kebahagiaan kehidupan kita sendiri. Hampir semua lini kehidupan kita sedang dikepung oleh pasukan Iblis. Mereka merayu dan membuat kita lupa diri, sehingga tanpa terasa peradaban manusia bergerak ke arah yang menghancurkan diri sendiri.

Di bidang ekonomi, manusia saling memperdaya dan memperbudak untuk memperoleh keuntungan material yang semu. Peperangan, bunuh-membunuh, dan saling menghancurkan terjadi di hampir seluruh belahan dunia dikarenakan motif ekonomi. Ada yang melakukannya secara vulgar, dan ada pula yang melakukannya secara halus tapi kejam. Sehingga, di tahun 90-an misalnya, sempat dikenal filosofi bisnis yang sangat memprihatinkan yang dipraktekkan oleh para taipan bisnis: thick face black heart - ‘Muka Tebal Hati Hitam’. Sebuah buku best seller yang dikarang oleh Chin Ning Chu, seorang penulis Amerika Serikat berkebangsaan China.

Secara garis besar buku itu memberikan arahan bagaimana seharusnya seseorang mencapai kesuksesan dalam bisnis. Yakni, harus ‘bermuka tebal dan berhati hitam’. Artinya, mesti menghilangkan perasaan belas kasihan dalam ‘membunuh’ lawan, dan pantang menyerah dalam mencapai tujuan dengan cara apa pun. Sebuah bentuk penghalalan segala cara dalam berbisnis, yang sebenarnya sudah dijalankan oleh banyak pengusaha di dunia. Dan kemudian menyebabkan terjadinya turbulensi ekonomi dewasa ini.

Ketika cara bisnis dilakukan dengan semena-mena tanpa mempedulikan kemanusiaan dan kepentingan yang lebih besar, maka sesungguhnya kita telah terjebak pada langkah-langkah pasukan Iblis. Tidak akan menghasilkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manusia, sebaliknya justru akan menghancurkannya.

Demikian pula dalam hal kekuasaan. Pertempuran dan saling memusnahkan terjadi hampir setiap hari, antar kelompok, antar bangsa, antar negara, bahkan antar penganut agama. Rebutan kekuasaan menjadi faktor utama hancurnya peradaban manusia. Jutaan bahkan miliaran manusia menjadi korban keserakahan atas kekuasaan ini. Bukan hanya di zaman ini, melainkan sejak awal keberadaan manusia. Sehingga anak keturunan Adam generasi pertama pun diceritakan sudah melakukan pertengkaran dengan korban tewasnya Habil oleh Qabil.

Pasukan Iblis telah berhasil memperdaya manusia lewat keserakahan yang tiada henti-hentinya dipertontonkan oleh umat manusia dari zaman ke zaman. Bukan hanya jiwa yang melayang, tetapi juga lingkungan hidup yang semakin rusak parah. Kerusakan fisik yang disebabkan oleh ekonomi dan kekuasaan itu semakin lengkap dengan berkembangnya budaya seksualitas yang semakin bebas. Lembaga-lembaga rumah tangga menjadi berantakan. Padahal, rumah tangga adalah institusi yang sangat diperlukan untuk membangun generasi muda yang berkualitas.

Dengan hancurnya lembaga rumah tangga yang baik dan harmonis itu, sama saja kita telah menghancurkan lingkungan terkecil bagi pendidikan anak-anak kita. Karenanya jangan heran, kejahatan, kekerasan, pembunuhan, termasuk angka bunuh diri yang disebabkan oleh keputusasaan dalam menghadapi hidup, terus meningkat di berbagai belahan dunia. Kita sedang melakukan kebodohan kolektif untuk menghancurkan diri kita sendiri. Disebabkan salah arah dan kehilangan suasana kondusif dalam menyiapkan mental serta spiritual generasi masa depan.

Semua yang saya sebut di atas adalah kondisi-kondisi yang sangat kondusif bahkan ideal bagi pasukan Iblis untuk memperdayai manusia. Kita telah membangun dan menyediakan diri untuk dijadikan tunggangan bagi tercapainya tujuan-tujuan setaniyah dalam peradaban kita sendiri. Maka, sudah semestinya kita menghindarkan diri dari terbentuknya kondisi di atas. Baik secara pribadi maupun secara kolektif.

Jangan memilih jalan kegelapan yang memudahkan Iblis memiliki momentum untuk mengerahkan pasukannya menebar kehancuran lewat tangan-tangan kita sendiri. Yang seharusnya kita lakukan adalah memilih jalan terang benderang yang mengajarkan kejujuran, integritas dalam kebaikan dan kemaslahatan, serta kesederhanaan dalam niatan untuk membangun kemajuan dan kesejahteraan bersama. Itulah ‘jalan cahaya’ yang akan membimbing kita untuk menuju kepada Sang Maha Cahaya, Allah Azza Wajalla.

Para malaikat-Nya senantiasa menjadi utusan untuk melawan pasukan Iblis yang berlindung dalam kegelapan. Barisan para malaikat hadir bagi orang-orang yang ikhlas menjalani hidupnya demi kebenaran, karena Allah semata. Inilah jalan pembebasan. Jalan lurus yang terang benderang. Jalannya orang-orang yang bakal memperoleh kenikmatan. Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai Allah, dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat.

Sang Maha Cahaya akan selalu menerangi jalan hamba-hamba-Nya dengan mengirimkan barisan malaikat sepanjang kehidupan. Dan ketika cahaya itu hadir dalam hidup kita, maka segala bentuk kegelapan pun akan sirna. Kita menjadi tahu sejelas-jelasnya dan sadar sesadar-sadarnya untuk selalu memilih jalan kebaikan dan kebenaran. Serta meninggalkan jalan kegelapan..!

Semoga Allah senantiasa menebarkan cahaya-Nya dan mengirimkan para malaikat-Nya untuk menjaga kita dalam kebenaran yang menyelamatkan, fiddunya wal aakhirat. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin..

Salam Penulis.

Kamis, 21 November 2013

SELURUH ALAM SEMESTA BERTAUHID DI DALAM DIRI-NYA ~ AL QUR’AN SEBAGAI SUMBER FILOSOFI BAGI SAINS (20-habis)

Jika kita tidak membatasi tulisan ini, maka sampai berakhirnya usia kita pun hikmah-hikmah di dalam Al Qur’an tak akan habis-habisnya dibahas. Bahkan, saking banyaknya hikmah yang terkandung di dalamnya, Allah menggambarkan dengan tinta tujuh lautan tak cukup untuk menuliskan kalimat-kalimat Allah di alam semesta. Kenapa demikian? Karena, sesungguhnya segala realitas ini memang adalah manifestasi dari kalimat-kalimat Allah itu sendiri. Yakni, yang disebut sebagai ayat-ayat kauniyah. Note ini adalah catatan terakhir untuk tema 'Al Qur'an sebagai Sumber Filosofi Bagi Sains'.
-------------------------------------------------------------------------------------

Ungkapan di dalam Al Qur’an bahwa alam semesta ini adalah manifestasi kalimat Allah bukanlah bersifat metaforis belaka. Saya memahaminya sebagai ungkapan yang nyata. Bahwa, Alam semesta ini memang berasal dari kalimat Allah ‘KUN’, yang dalam bahasa sains setara dengan sistem informasi. Berawal dari kalimat perintah KUN itu, segala yang tadinya tidak ada menjadi ada.

Ruangan, dari tidak ada menjadi ada. Waktu, dari tidak ada menjadi ada. Materi dan energi juga dari tidak ada menjadi ada. Semua itu didahului oleh kalimat perintah KUN, yang kemudian menjalar di keempat variabel itu, menjadi koridor bagi dinamika alam semesta. Maka, perhatikanlah, seluruh realitas alam semesta ini menyimpan sistem informasi yang menjadi koridor bagi semua peristiwa yang dialaminya.

Setiap cikal bakal, mulai dari skala makrokosmos sampai mikrokosmos menyimpan sistem informasi di dalamnya, sehingga segala yang ada ini seperti ‘sudah tahu harus berbuat apa’. Sop kosmos sebagai cikal bakal alam semesta misalnya, ia sudah tahu harus berdinamika seperti apa agar menjadi alam semesta seperti yang sekarang kita pahami ini. Yang kalau ditulis, sejarahnya akan menjadi seperti berikut ini.

Waktu ke-0:
Kalimat perintah KUN membuat alam semesta muncul dari ketiadaan dalam bentuk Big Bang. Maka, bermunculanlah variabel ruang, waktu, materi dan energi. Ruang alam semesta saat itu berukuran sangat kecil – hampir nol – yang muncul bersamaan dengan variabel waktu yang juga hampir nol. Materi belum terbentuk, sedangkan energi berada dalam kondisi kerapatan yang hampir tidak berhingga. Sesaat kemudian kondisi itu menghasilkan dinamika kuantum yang menggerakkan alam semesta mengembang. Sehingga periode ini disebut sebagai Quantum Gravity Epoch.

Waktu ke- sepersepuluh juta triliun triliun triliun detik alias 10^(-43) detik.
Alam semesta mengembang dengan kecepatan tinggi dari ukuran sebesar atom menjadi sebesar buah anggur, yang disebut sebagai fase inflasi. Saat itu disebut sebagai periode Grand Unification, dimana gaya nuklir lemah, nuklir kuat dan elektromagnetik masih menyatu dan belum bisa dibedakan. Fase inilah yang diprediksikan oleh Prof Abdus Salam, sehingga dia memperoleh hadiah Nobel di tahun 1979.

Waktu ke-sepersepuluh miliar triliun triliun detik alias 10^(-34) detik.
Partikel quark sebagai penyusun materi mulai terbentuk, berpasangan secara asimetri dengan antiquark, lepton dengan antilepton. Karena itu, periode ini disebut sebagai Quark Epoch. Gaya Electroweak pun muncul sebagai pengikat partikel-partikel dasar pembentuk semesta. Fase ini, juga sudah diprediksikan oleh Prof Abdus Salam dalam Grand Theory-nya.

Waktu ke-sepersepuluh miliar detik alias 10^(-10) detik.
Antiquark menghilang, demikian pula positron sebagai salah satu bentuk antilepton. Dan mulailah kumpulan quark membentuk cikal bakal inti atom berupa proton dan neutron. Periode ini disebut sebagai periode Lepton alias Lepton Epoch.

Waktu ke-seratus detik alias 10^(2) detik.
Terjadi nukleosintesis alias penggabungan inti-inti Hidrogen menjadi inti Helium. Kedua jenis unsur ini adalah ‘unsur-unsur tua’ yang terkandung di kebanyakan bintang atau matahari generasi awal. Di periode ini mulailah muncul partikel kuantum foton yang menjadi partikel pembawa gaya elektromagnetik. Alam semesta yang masih berusia beberapa detik itu pun mulai bercahaya. Sehingga periode ini disebut sebagai Photon Epoch.

Waktu ke-sepuluh triliun detik alias 10^(13) detik.
Disini mulai terbentuk beragam atom yang menjadi unsur pembentuk berbagai benda di alam semesta. Sekaligus terjadi proses pemisahan antara materi dan radiasi, dimana alam semesta terlihat semakin transparan di segala penjurunya. Proses ini berlangsung sampai sekitar 1 miliar tahun.

Waktu ke- 1 miliar s/d 5 miliar tahun
Bintang-bintang alias matahari bermunculan dimana-mana. Di fase ini selain lahir matahari atau bintang-bintang, juga sudah terjadi kematian bintang yang menghasilkan black hole.

Waktu ke-5 miliar s/d 15 miliar tahun
Bermunculan gugusan bintang atau galaksi-galaksi, dimana setiap galaksi berisi ratusan miliar bintang atau matahari. Di fase ini pula terbentuk berbagai tatasurya yang berisi planet-planet, termasuk Bumi. Alam semesta pun kelihatan berkerlap-kerlip demikian indahnya, sebagaimana yang kita lihat dewasa ini. Dan seterusnya, dilanjutkan dengan munculnya kehidupan di muka bumi, di fase ini pula.

Apa yang saya uraikan di atas adalah untuk menggambarkan betapa seluruh proses itu sedemikian runtut dan sangat teliti. Sehingga, sampai dalam ukuran mendekati 'batas ketiadaan'. Ini persis dengan clue yang diinformasikan Allah di dalam kitab suci. Bahwa, di dalam proses itu tergambar semacam aturan main yang harus ditaati oleh proses yang sedang berlangsung, agar tercapai tujuan yang sudah ditetapkan.

QS.Al Furqaan [25]: 1-2
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar kitab itu menjadi sumber pelajaran bagi seluruh alam. Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan. Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan sangat teliti (fa qaddarahu taqdiiran).

Bukan hanya di alam semesta ‘ukuran yang sangat teliti’ itu berlaku, tetapi pada segala peristiwa yang terjadi di dalamnya. Termasuk yang terjadi pada diri kita. Selalu ada cikal bakal yang sudah menyimpan informasi penciptaan, dengan ‘ukuran yang sangat teliti’ itu, yang di dalam diri kita berbentuk sistem informasi genetika. Di sanalah terdapat DNA yang memberikan kode-kode penciptaan bagi manusia, sejak saat pembuahan, menjadi stem cell, membelah menjadi zigote, embrio, janin, dan terlahir sebagai manusia.

Sebagaimana terbentuknya alam semesta, penciptaan manusia di dalam rahim juga mengalami fase-fase yang krusial dengan ketelitian yang luar biasa. Kenapa kepala kita bentuknya bulat, kenapa telinga dan mata berjumlah dua. Demikian pula tangan dan kakinya. Dan segala proses pembentukan organ-organ dalam, tulang, daging, kulit, darah, otak, dan sebagainya, yang secara seluler membentuk sekitar 200 jenis sel yang tidak boleh tertukar satu sama lainnya. Ini sungguh sebuah keajaiban penciptaan yang luar biasa. Dimana seluruh proses itu dikendalikan oleh sistem informasi yang rumit dan canggih. Oleh suatu Kehendak dan Kecerdasan yang sangat menakjubkan..!

Maka tidak heran, Al Qur’an mengambarkan Allah sebagai Zat yang selalu dalam kesibukan untuk mengatur segala urusan. Setiap saat kalimat perintah KUN itu bertebaran di segala penjuru semesta. Yang kalau digambarkan, bakal bersifat kontinum tak ada putus-putusnya. Bukan hanya dalam skala menit atau detik, melainkan dalam sepersekian triliun triliun triliun detik pun, Allah selalu dalam kesibukan.

Dengan kata lain, sebenarnya kalimat KUN itu sudah ada, dan terus menerus ada sejak saat awal penciptaan alam semesta sampai berakhirnya kelak. Kalimat itu telah menjadi sistem informasi yang melekat dan inheren dengan eksistensi ruang, waktu, materi dan energi. Dan membentuk segala peristiwa yang terjadi di seluruh penjuru langit dan bumi.

QS. Ar Rahman [55]: 29
Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.

Jadi, Tuhan yang diceritakan oleh Al Qur’an bukanlah Tuhan yang menganggur setelah menciptakan. Karena sesungguhnya seluruh proses dan peristiwa yang terjadi itu berada di dalam Diri-Nya. Bukan di luar diri-Nya, serta berjarak dari eksistensi-Nya. Itulah sebabnya, di ayat lain Allah memberikan gambaran bahwa Dia telah meliputi segala ciptaan-Nya, dan lebih dekat kepada kita daripada urat leher kita sendiri, yang sebenarnya sudah tak berjarak dengan kita itu.

QS. An Nisaa’ [4]: 126
Kepunyaan Allah-lah segala yang di langit dan segala yang di bumi, dan adalah AllahMaha Meliputi segala sesuatu.

QS. Qaaf [50]: 16
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.

Akhirnya, di ujung pembahasan ini, saya cuma ingin mengatakan bahwa segala realitas ini sebenarnya memang tak lebih hanya pancaran cahaya-Nya belaka. Sistem informasi KUN yang mengontrol jalannya peristiwa adalah pancaran cahaya-Nya. Ruang dan waktu yang menjadi kanvas bagi berlangsungnya peristiwa juga adalah pancaran cahaya-Nya. Dan materi beserta energi yang mengisi alam semesta pun tak lebih hanyalah pancaran cahaya-Nya.

Termasuk, seluruh kesadaran dan eksistensi diri kita tak lebih hanyalah pancaran cahaya-Nya. Inilah sosok makhluk yang memiliki ruh dengan kualitas tinggi, yang otaknya menjadi alat monitor bagi keberadaan alam semesta beserta isinya. Yang mana, di balik otak itu terdapat jiwa sebagai pusat kesadaran kemanusiaan. Dan kemudian jiwa itu terhubung dengan ruh yang menjadi media bagi sistem informasi ilahiah, yang menggerakkan segala sifat-sifat kehidupan. Dan, ternyata hal itulah yang menjadikan kita semua ‘merasa ada’..!!

Padahal, eksistensi yang benar-benar ADA itu sesungguhnya hanyalah DIA.

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu
lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai-in qadiir..

Wallahu a’lam bissawab


~ salam ~

Selasa, 19 November 2013

SELURUH REALITAS INI HANYA 'BAYANGAN' BELAKA ~ AL QUR’AN SEBAGAI SUMBER FILOSOFI BAGI SAINS (19)

Teori-teori informasi akan menjadi tulang punggung dan arus utama dalam memahami realitas alam semesta ke masa depan. Dan variabel informasi akan menjadi salah satu variabel yang akan diakui oleh para ilmuwan sebagai variabel kelima penyusun alam semesta, selain ruang-waktu-materi-energi. Kelak, para saintis akan merasa kesulitan untuk menghindar dari adanya ‘Sesuatu’ yang Maha Cerdas sebagai sumber dan pengendali seluruh informasi jagat raya, dimana seluruh perintah penciptaan ini berasal. Persis seperti yang diinfomasikan di dalam ayat-ayat Al Qur’an dengan segala clue yang diberikan. Berikut ini adalah notes saya beberapa waktu yang lalu, yang sengaja saya kutip kembali karena bisa menjadi jawaban bagi beberapa pertanyaan sahabat DTM dalam tema kali ini.



PENEMUAN Alain Aspect bersama timnya dari Universitas Paris, tentang adanya interaksi antar partikel yang melebihi kecepatan cahaya telah melahirkan teori holografik yang mengubah pemahaman manusia modern terhadap realitas alam semesta. Ini sekaligus menjawab kelemahan teori Einstein tentang kontinum ruang dan waktu.

Tiga dasawarsa yang lalu, Aspect bersama timnya menemukan fakta bahwa partikel-partikel sub-atomik seperti elektron mampu 'berkomunikasi' secara real-time tanpa tergantung jarak. Tidak ada bedanya antara jarak 1 meter dengan 1 milyar tahun cahaya. Dalam kondisi tertentu, ternyata interaksi informasi antar benda bisa berjalan secara serentak.

Tentu saja, hal ini melanggar prinsip dasar teori Einstein yang menyatakan setiap interaksi membutuhkan proses dengan kecepatan tak melebihi cahaya. Dalam skala makrokosmos, Teori Einstein terbukti tidak bisa menjelaskan fenomena: kenapa antara dua benda langit yang berjarak miliaran tahun cahaya bisa 'terikat' oleh gravitasi secara real-time alias serentak. Apakah laju gaya gravitasi memiliki kecepatan melebihi cahaya? Sebuah fakta yang bertolak belakang dengan keyakinan para penganut teori Einstein.

Jawaban atas fenomena ini muncul dari penelitian Aspect cs, yang kemudian memicu munculnya teori holografik yang diajukan oleh pakar Fisika Teoritis dari Universitas London, David Bohm dan pakar neurofisiologi Karl Pribram dari Universitas Stanford. Menurut Bohm, adanya interaksi real-time antar benda itu bisa dijelaskan dengan teori holografik. Yakni, seluruh realitas ini sebenarnya adalah ilusi semata. Sekedar proyeksi dari sebuah realitas yang ‘lebih dalam’, di balik apa yang bisa kita observasi.

Ia menganalogikan demikian. Ada seekor ikan di dalam sebuah aquarium besar. Di semua sisi aquarium itu dipasangi kamera: depan-belakang, kanan-kiri, dan atas-bawah. Keenam kamera itu lantas dihubungkan dengan enam buah monitor di ruangan yang berbeda. Kita, sebagai pengamat, tidak menyaksikan ikan itu secara langsung, melainkan lewat keenam layar monitor. Tentu, seluruh kamera akan menangkap gambar ikan dari sisi yang berbeda-beda: kepala, ekor, sirip atas, bawah, dan samping.

Maka, apakah yang terjadi ketika ikan itu bergerak? Seluruh layar monitor pun akan menampilkan ‘ikan yang berbeda’. Monitor satu, menampilkan gerakan kepala. Monitor dua menampilkan gerakan ekor. Dan monitor-monitor lain menampilkan sirip-sirip, serta bagian tubuh lainnya. Dan perhatikanlah, semuanya terjadi secara serentak..! Tanpa ada perbedaan waktu proses.

Bahkan seandainya seluruh monitor itu dipisahkan dalam jarak miliaran tahun cahaya, seluruh layar monitor akan menampilkan perubahan itu secara real-time, terhadap peristiwa tunggal yang terjadi di dalam aquarium tersebut. Tidak ada interaksi atau ARUS INFORMASI antar-benda yang melebihi kecepatan cahaya disini. Karena, seluruh apa yang kita lihat memang bukan peristiwa sesungguhnya, melainkan sekedar proyeksi dari peristiwa yang sama belaka..!

Begitulah realitas alam semesta menurut paradigma holografik. Seluruh materi, energi, ruang, dan waktu ini tak lebih hanya proyeksi dari sebuah ‘Realitas Tunggal’ yang tersembunyi di balik segala yang bisa kita observasi. Kenapa bisa demikian? Jawabannya diberikan oleh pakar Neurofisiologi, Karl Pribram dari Universitas Stanford.

Menurut Pribram, itu dikarenakan otak kita ini bekerja secara holografik. Otak kita dengan sistem sensorik panca indera itulah sebenarnya yang menstransfer ’Realitas Sejati’ di balik alam semesta, bagaikan sebuah kamera, yang kemudian ditampilkan di ’layar monitor’ pemahaman kita. Mirip dengan kamera yang digunakan untuk memantau ikan di dalam aquarium yang saya ceritakan di atas. Seluruh frekuensi yang datang dari mata, telinga, penciuman, lidah, dan kulit diproyeksikan ke dalam ’layar monitor’ di otak kita. Dan kemudian menghasilkan gambar-gambar holografik yang kita pahami sebagai persepsi.

Sebagai gambaran, proses holografik pada benda terjadi karena adanya interferensi sinar dari arah yang berbeda yang berpadu sehingga membentuk gambar semu. Saya kira, Anda pernah melihat gambar hologram. Cara membuatnya begini: sebuah obyek gambar yang ingin dibuat hologramnya dipancarkan dengan sinar laser ke sebuah pelat film. Dalam waktu yang bersamaan pelat film itu juga disinari dengan laser dari sudut yang berbeda. Bisa dengan obyek yang sama, bisa juga dengan obyek yang berbeda.

Maka, ketika pelat film itu dicetak, ia akan menghasilkan gambar hologram tiga dimensi yang semu. Jika obyek yang diproyeksikan sama, Anda akan melihat hasil cetakannya menjadi 'dobel' atau meruang dalam tiga dimensi dipandang dari sudut tertentu. Tetapi jika obyeknya berbeda, Anda akan melihat gambar hologram itu berubah-ubah ketika dipandang dari sudut yang berbeda.

Begitulah kurang lebih cara kerja otak kita. Ia bekerja sebagai layar monitor yang menerima proyeksi dari sistem sensorik, yang kemudian menghasilkan interferensi frekuensi dari berbagai sudut, sehingga menghasilkan image atau persepsi tiga dimensi. Tetapi, sesungguhnya semua itu semu belaka. Karena kita tidak pernah ’melihat’ realitas sesungguhnya di alam semesta ini, kecuali sesudah melewati ’kamera’ panca indera dan ’layar monitor’ sistem saraf di otak kita..!

Mekanisme holografik ini pula yang bisa menjelaskan, kenapa sistem memori di otak kita demikian canggihnya. Bahwa sistem memori itu tidak terjadi secara terpusat di salah satu bagian otak saja, melainkan terpencar ke seluruh bagian otak. Ini sangat sesuai dengan mekanisme holografik, dimana perpaduan gelombang yang berinterferensi itu terjadi disemua titik-titik cahaya yang diproyeksikan. Dan bisa mencapai variasi dalam jumlah tak berhingga, hanya dengan mengubah sedikit sudut pancaran sinar laser yang ditembakkan ke pelat film.

Di setiap perpaduan gelombang itulah memori holografik tersimpan. Dan sudah terbukti dalam berbagai penelitian holografik, bahwa dalam setiap sentimeter kubik pelat film hologram bisa tersimpan memori sebesar 10 miliar bit informasi. Sebuah kapasitas memori yang luar biasa besar, yang sangat bersesuaian dengan fenomena kerja memori otak kita.

Dengan teori holografik ini pula bisa dijelaskan, kenapa otak manusia bisa ’melihat’ gelombang suara dan ’mendengar’ gelombang cahaya. Termasuk bisa menangkap berbagai frekuensi yang memapar seluruh permukaan tubuh ataupun langsung menuju ke otak. Berbagai penelitian menunjukkan ternyata range frekuensi panca indera kita itu jauh lebih lebar dari yang diperkirakan selama ini. Seluruh tubuh kita bisa menangkap frekuensi alam semesta di sekitarnya, dan merekamnya secara holografik di dalam otak kita. Dengan cara ini pula bisa dijelaskan, kenapa seseorang bisa melakukan hubungan-hubungan telepati dengan orang lain, dan menangkap tanda-tanda alam di sekitarnya secara radiatif langsung ke otaknya.

Maka ringkas kata, saya cuma ingin menggambarkan kepada Anda semua, bahwa pemahaman manusia terhadap realitas alam semesta ke masa depan boleh jadi akan mengalami revolusi besar-besaran seiring dengan diterimanya teori holografik secara luas. Pijakannya sangat kuat, didukung oleh berbagai data yang semakin terbukti ke masa depan. Bahwa, segala realitas ini tak lebih hanya sebuah hologram yang diproyeksikan ke kanvas alam semesta dari ’Realitas Sejati’ yang berada di balik segala yang bisa kita observasi..!

Alam semesta dengan segala peristiwanya ini, tak lebih hanya bayangan semu dari Dia yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana..! Hanya manusia yang tinggi hati dan tak tahu diri saja yang merasa dirinya 'ada', apalagi mengira akan 'eksis selama-lamanya'. Dalam berbagai firman-Nya, Allah telah menjelaskan bahwa kehidupan ini sebenarnya semu dan menipu. Allah mengibaratkan diri-Nya sebagai pelita, dan segala ciptaan-Nya sebagai cahaya. Yang nyata tentu saja adalah pelita, sedangkan cahaya hanyalah pancaran dari sang pelita.

Ya, semua realitas ini, termasuk diri kita ternyata hanyalah hologram dari diri-Nya..!

QS. Al Hadiid [57]: 20
..Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

QS. An Nuur [24]: 35
Allah mencahayai langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca. Kaca itu bagaikan bintang (yang berpendar) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya. Yaitu, pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat. Minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Wallahu a’lam bissawab
~ salam ~