Kamis, 15 September 2011

MENGKAJI SURAT AL-FATIHAH

Oleh Syekh Subakir di JERNIH (Berkas)
15 September 2011 pukul 6:55 

Surat Al-Fatihah (Surat Pembuka) adalah surah yang paling populer bagi umat Islam, dikarenakan surat ini adalah bacaan wajib di saat kita shalat, dan juga surat yang paling sering dibaca pada saat berdoa. Surah Al-Fatihah disebut juga sebagai induk dari segala surat dalam kitab suci Al Qur'an, dikarenakan surat ini memuat pokok-pokok isi dalam keseluruhan Al Qur'an.

Saya yakin 90% pemeluk agama Islam hafal luar kepala ketujuh ayat dalam Al-Fatihah. Pertanyaannya: Sudahkah kita mengaji (baca: mengkaji) secara sungguh-sungguh isi dari surat Al-Fatihah ini? Mengaji dalam arti tidak hanya menghafal atau membaca ayat-ayat tersebut dengan lantang dan cepat, melainkan benar-benar mengerti dan mendalami isi surat yang luar biasa ini. 

Saya khawatir bahwa sebagian dari umat Islam kurang mendalami isi dari surat ini. Jangankan mendalami, mengerti terjemahannya saja mungkin tidak! Jadilah ketujuh ayat itu meluncur dari bibir kita pada setiap shalat dan do'a, namun tanpa makna. Tidaklah heran juga ketika melihat betapa sesungguhnya umat kita jauh dari pesan-pesan Al Qur'an. Padahal jika kita memahami, sesungguhnya surat Al-Fatihah adalah doa yang sangat indah, dan merupakan dasar bagi kita untuk mendalami hikmah dalam Al Qur'an, yang insya Allah akan membawa dampak yang baik bagi kehidupan kita!

Berikut terjemahan Indonesia pada Surat Al-Fatihah :

1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
3. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
4. Yang menguasai hari pembalasan.
5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Mari kita mengaji sejenak surat dalam Al Qur'an yang begitu "familiar" ini!

1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Bahwa hidup ini adalah untuk mengenal-Nya dengan baik, dan untuk kembali kepada-Nya dengan baik. Maka dari itu kita sebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang pada setiap hembusan nafas kita. Kita berbuat karena Allah. Kita berucap karena Allah. Kita belajar karena Allah. Kita bekerja karena Allah. Kita berperang karena Allah. Segala sesuatu yang kita lakukan adalah demi mengharapkan ridha-Nya semata.
Maka jika kita menyadari hal ini, insya Allah kita akan benar-benar menjaga pikiran, ucapan, perbuatan, dan perilaku kita dalam jalan Allah, sehingga menghasilkan manusia yang berkepribadian baik dan bermanfaat bagi alam semesta.

2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Penegasan akan keberadaan Allah sebagai Tuhan semesta alam. Bahwa alam semesta ini tercipta atas kekuasaan-Nya. Dan tidak ada penguasa alam semesta ini melainkan Allah semata. Maka dari itu kita diperintahkan untuk terus mengamati dan mempelajari rahasia alam semesta, sehingga kita akan mengerti tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Semakin kita mengerti rahasia alam semesta, maka semakin kita mengagumi kebesaran-Nya. Ungkapkan kekaguman anda dengan memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya, atas segala nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita semua. 

3. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Penegasan sekali lagi sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang!
Luar biasa bukan, kalimat ini ditegaskan hingga dua kali dalam satu surat pendek ini! Apa artinya? Bahwa alam semesta ini ada di dalam kekuasaan Dzat Maha Besar yang memiliki sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah adalah Dzat Maha Tinggi yang senantiasa akan melimpahkan kasih sayang dan ampunan kepada manusia yang bodoh dan lemah.
Oleh karena itu, jika pemahaman agama kita sampai pada kesimpulan bahwa Allah adalah Tuhan yang pemarah, penghukum, dan kejam, maka anda perlu berpikir ulang terhadap pemahaman anda! Ketika kita menyadari bahwa Allah sangat mengutamakan sifat kasih sayang, maka sebagai makhluk-Nya, kita wajib menebar kasih sayang kepada alam semesta ini. Berikan kasih sayang kepada orang tua kita, anak-anak kita, istri kita, keluarga kita, sahabat kita, tetangga kita, sesama manusia, sesama makhluk hidup, kepada lingkungan. Itulah hakikat Islam yang sebenarnya yaitu damai. 

4. Yang menguasai hari pembalasan.

Kita diingatkan oleh Allah akan adanya hari pembalasan setelah peristiwa kebangkitan. Meskipun Allah Maha Pengasih dan Penyayang, tentu Dia Maha Adil. Hakim seadil-adilnya! Kebaikan akan dibalas dengan nikmat surga, dan kejahatan akan dibalas dengan azab neraka.
Oleh karena itu Allah memperingatkan kita untuk berhati-hati dalam menjalani hidup di dunia ini. Jangan berlebihan, jangan sewenang-wenang, jangan berbuat jahat karena hidup kita tidak benar-benar berakhir dengan adanya kematian! Semua akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak!

5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.

Bahwa tidak ada yang patut disembah melainkan Allah dalam arti yang sebenar-benarnya. Tidak hanya menyembah selain Allah dalam konteks ibadah ritual, akan tetapi dalam kehidupan kita sehari-hari. Masih banyak di antara kita yang shalatnya rajin, akan tetapi dalam keseharian memilih untuk bertuhan kepada ego, uang, jabatan, dan popularitas.
Memohon pertolongan hanya kepada Allah semata. Bukan berarti kita harus menolak pertolongan dari manusia, makhluk hidup lain, atau alat-alat bantu. Akan tetapi segala pertolongan itu harus kita pahami sebagai kepanjangan tangan Allah. Sehingga dalam setiap pertolongan yang kita dapatkan tidak pernah lupa kita bersyukur kepada Allah dengan menebar kebaikan yang lebih luas lagi.  

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus.

Manusia diciptakan Allah untuk mengarungi kehidupan dunia dengan berbagai godaan dan gangguan. Tentunya kita berharap dapat menjalani kehidupan itu di jalan yang benar, yang akan mengantar kita kepada Allah dalam keadaan baik. Tidak henti-hentinya kita panjatkan doa ini, sebagai bukti kelemahan kita ini di hadapan-Nya. Allah akan selalu membuka kebenaran demi kebenaran kepada hamba-Nya yang tulus ikhlas. Kita akan menyadari bahwa kebenaran yang kita pahami tidaklah mutlak, maka dari itu kita akan selalu haus mencari kebenaran.
Dengan demikian insya Allah kita akan terhindar dari sifat sombong, yang merasa paling tahu dan paling mengerti kebenaran, sehingga meremehkan yang lain bahkan menganggap sesat. 

7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Sebagian ahli tafsir menafsirkan kaum yang dimurkai adalah Yahudi, sedangkan kaum yang tersesat adalah Nasrani. Saya kurang sependapat dengan tafsir yang cenderung menyederhanakan permasalahan. Mudah saja tafsir ini digugurkan. Saya akan bertanya, bagaimana dengan umat Buddha? Umat Hindu? Atheis? Apakah Tuhan tidak menyadari masih ada umat-umat lain? Kenapa hanya Yahudi dan Nasrani? Maka dari itu mungkin ada penafsiran yang lebih tepat. Kaum yang dimurkai Allah berkaitan dengan perilaku buruk dan sewenang-wenang di dunia ini. Ini bisa termasuk umat Islam sendiri, yang mengaku Islam tapi perangainya sangat buruk. Tentu Allah akan murka terhadap orang-orang semacam ini. Begitu pula dengan orang-orang yang tersesat. Kesesatan bisa terjadi oleh karena kesombongan dan keengganan menggunakan akal pikirannya dengan baik sehingga menjadi bodoh. Sombong dan bodoh menjadikan orang mudah terjerumus pada kesesatan. Kesesatan pada manusia bisa dilihat dari buahnya. Ia akan merasa jauh dari Tuhan, bahkan menambah kedurhakaannya dengan mengingkari adanya Tuhan.
Maka dari itu orang yang dikatakan diberikan kenikmatan di sini adalah orang-orang yang benar-benar mengerti hakikat dalam berislam. Bukan Islam kulit luarnya saja, bukan pula orang yang hanya "berilmu Islam". Dengan demikian efeknya akan luar biasa. Ia akan menjadi merasa dekat dengan Allah. Hatinya akan tenteram damai. Pikirannya terbuka, kecerdasannya terasah. Sifatnya penyabar dan suka tolong menolong. Jujur, adil, dan tegas dalam melawan kejahatan di dunia ini. Itulah nikmat yang akan kita rasakan jika kita benar-benar tahu pesan Islam yang sesungguhnya, dan tentu saja.. menjalaninya dengan sepenuh hati karena rasa cinta kepada Dzat Yang Maha Mencintai umat manusia.. Allah Yang Maha Besar!

Mudah-mudahan dengan penjelasan yang singkat dan sederhana ini, kita bisa menyadari dan memahami petunjuk-petunjuk Allah, sehingga kita benar-benar menjadi manusia yang bermanfaat bagi semesta alam!

Allahu'alam ..


Semoga bermanfaat!

Jumat, 09 September 2011

SIAPA YANG BOLEH MENAFSIRKAN AL QURAN?

9 September 2011 pukul 3:04

Sahabat JERNIH yang (mudah-mudahan) dirahmati Allah ..

Dalam berbagai forum kajian keagamaan, saya seringkali menemui sebuah perdebatan yang terkait tentang siapa yang berwenang menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an. Biasanya dimulai dari seseorang yang mengutip ayat-ayat Al Qur’an, kemudian dibalas dengan tafsiran menurut ulama tertentu. Berlanjut terus demikian, sehingga terjadi perang “copy paste” pendapat para ulama. Setiap orang saling membenarkan pendapat ulama yang ditaatinya, dan menyalahkan pendapat ulama yang ditaati lawan bicaranya. Apalagi kalau ada orang awam yang mengutip sebuah ayat, langsung saja diganjar ejekan bahwa orang tersebut tidak berhak menafsirkan sebuah ayat.

Pertanyaannya:
Apakah orang awam tidak boleh membaca dan menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an?
Apakah para ulama saja yang boleh menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an?
Kalau begitu kitab suci ini kurang tepat dijadikan petunjuk bagi umat manusia, karena begitu sulit dipahami, dan harus menguasai 1001 ilmu terlebih dahulu untuk bisa memahami Al Qur’an.

Betulkah begitu?

Al Qur’an Mudah Dipelajari

Jika anda berpendapat bahwa hanya para ulama yang boleh membaca, memperoleh hikmah, dan mengajarkan isi Al Qur’an, maka berarti anda telah mengharamkan sesuatu hal yang tidak pernah diharamkan oleh Allah!

Al Qur’an adalah petunjuk bagi semua orang yang berproses dalam bertakwa, tidak terkecuali anda-anda yang merasa awam!

QS Al Baqarah [2] : 2
Kitab (Al Qur'an) ini TIDAK ADA KERAGUAN padanya; PETUNJUK bagi mereka yang bertakwa“.

Perhatikan ayat-ayat berikut ini, bahwa Allah sebenarnya telah mendesain Al Qur’an agar mudah untuk dipelajari!

QS Al Qamar [54] : 17, 22, 32, dan 40
Dan sesungguhnya telah Kami MUDAHKAN Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang MENGAMBIL PELAJARAN?”.

QS Ad Dukhaan [44] : 58
Sesungguhnya Kami MUDAHKAN Al Qur'an itu dengan bahasamu supaya mereka MENDAPAT PELAJARAN."

Anda masih bisa menemukan ayat-ayat lain yang menegaskan bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu mudah untuk dipelajari.

Subhanallah! Allah sendiri yang menjamin bahwa Al Qur’an itu mudah untuk dipelajari, sementara banyak dari kita yang bersikeras mengatakan bahwa Al Qur’an itu sulit untuk dipelajari, sehingga butuh tafsiran dari banyak kitab lain, yang secara tidak sadar telah kita “kitab sucikan.”

Ingat bahwa saya mengatakan bahwa Al Qur’an itu mudah untuk DIPELAJARI, bukan untuk DIPAHAMI.
Karena untuk mengerti makna kandungan Al Qur’an secara keseluruhan adalah susah-susah gampang. Karena Allah telah berfirman bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu sebagian tersurat dan sebagian tersirat. Tapi insya Allah, Tuhan akan mempermudah kita dalam memahami isi Al Qur’an, asalkan anda mau untuk belajar!

QS Ali Imran [3] : 7
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat (TERSURAT) itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat (TERSIRAT). Adapun orang-orang yang dalam hatinya CONDONG kepada KESESATAN, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk MENIMBULKAN FITNAH dan MENCARI-CARI TAKWILNYA, padahal TIDAK ADA yang MENGETAHUI takwilnya MELAINKAN Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari isi Tuhan kami." Dan TIDAK DAPAT MENGAMBIL PELAJARAN (daripadanya) melainkan orang-orang yang BERAKAL.”

Ayat Muhkamaat (Tersurat)

Ayat-ayat Muhkamaat adalah ayat-ayat yang sudah jelas dan terang benderang maksudnya. Seperti pokok-pokok keimanan, kemudian larangan-larangan yang ada dalam Al Qur’an.

Ayat-ayat semacam ini hampir semua manusia pasti tahu maksudnya. Maka dari itu agak janggal jika ada yang beranggapan bahwa semua ayat harus dijelaskan oleh kitab-kitab lain terlebih dahulu. Apanya yang harus dijelaskan? Lha wong sudah jelas.. Inilah kadang-kadang ayat yang sudah jelas maksudnya dalam Al Qur’an, setelah “dijelaskan” oleh kitab-kitab lain jadi tidak jelas jluntrungannya.

Misalkan saja, Allah HANYA mengharamkan daging babi, bangkai, dan darah, serta hewan yang mati dengan tidak disembelih (QS. Al-Baqarah [2]:173, QS. Al-Ma’idah [5]:3, QS. Al-‘An’am [6]:145). Kemudian dilanjutkan dengan larangan Allah untuk mengada-adakan kebohongan tentang halal dan haram (QS. An-Nahl [16]: 116). Namun setelah ayat-ayat tersebut “dijelaskan” oleh kitab-kitab lain, jadilah daging kodok haram, anjing haram, kepiting haram, bekicot haram, dll.

Contoh lain adalah bagaimana persoalan agama itu tidak boleh dipaksakan (QS. Al-Baqarah [2]:256). Ayat tersebut sudah AMAT SANGAT JELAS, bahwa agama dan ibadah itu tidak boleh dipaksakan. Akan tetapi setelah ayat tersebut “dijelaskan” oleh ulama tertentu, maka jadilah santri-santrinya turun ke jalan untuk memaksa orang-orang untuk beribadah menurut pemahaman mereka. Dengan kekerasan lagi!

Ayat Mutasyabihaat (Tersirat)

Ayat Mutasyabihaat adalah ayat yang membutuhkan kedalaman ilmu untuk mengetahui. Sehingga anda tidak akan langsung mengerti maksud dari ayat itu jika hanya bersandarkan pada tekstual saja.

QS. Ali Imron [3] : 190
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,”

Tanda-tanda bagi orang yang berakal seperti apakah yang dimaksud dalam penciptaan langit dan bumi oleh ayat ini? Anda tentu akan bingung jika hanya berpegang pada ayat ini. Maka dari itu ketika Allah menyentil kata “langit dan bumi”, maka tidak sulit untuk menemukan jawabannya. Ya, anda akan menemukan tanda-tanda kebesaran Allah jika anda paham ilmu astronomi dan geologi!

Betul sekali para sahabat.. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang ayat-ayat mutasyabihaat, anda bisa menggunakan ilmu-ilmu Allah yang terhampar di alam semesta. Ilmu biologi, ilmu fisika, ilmu antropologi, ilmu sejarah, ilmu hadits, ilmu sosial, dan ilmu-ilmu lainnya. Silakan saja gunakan jika memang ilmu-ilmu tersebut bisa memudahkan kita memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat mutasyabihaat. Karena ayat-ayat Allah terhampar di alam semesta. Kok bisa? Ya bisa... Al Qur’an kok yang bilang.

QS Yusuf [12] : 105
Dan banyak sekali AYAT-AYAT ALLAH di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya. “

Gunakan akal, akal, dan akal!

Allah telah menganugerahkan kepada kita akal untuk memetik berbagai macam hikmah dan pelajaran dalam Al Qur’an. Maka dari itu sangat bertolak belakang jika kita mengharamkan akal dalam memahami ilmu Allah.

QS Ali Imran [3] : 7
“ ......Dan TIDAK DAPAT MENGAMBIL PELAJARAN (daripadanya) melainkan orang-orang yang BERAKAL.”

QS Yunus [10] : 100
“ ..... dan Allah menimpakan KEMURKAAN kepada orang-orang yang TIDAK mempergunakan AKALNYA.”

Kalau begitu, apa bisa kita menjamin bahwa akal kita telah menuntun kita ke jalan yang benar? Tentu saja tidak. Tapi setidaknya berusahalah untuk memaksimalkan potensi akal kita! Jangan pernah takut salah. Selalu ada proses trial-error bagi sebuah pembelajaran. Bukan berarti anda hanya menggunakan “otak” anda sendirian kemudian membolak-balik ayat-ayat tersebut. Bukan. Gunakan alat bantu otak dengan berbagai macam fasilitas yang akan memudahkan kita. Termasuk buku-buku agama, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya, termasuk nasihat para ulama. Nah, baru otak kita maksimalkan untuk menelaah kebenaran ilmu-ilmu tersebut.

Bagaimana jika kita dibilang sesat akibat salah tafsir? Lho, memangnya yang paling tahu masalah sesat atau tidaknya orang itu manusia ya? Kita tidak akan tahu kebenaran mutlak! Yang bisa kita lakukan hanyalah mendekat dan semakin mendekat pada kebenaran mutlak tersebut.

QS An-Nahl [16] : 125
“ ..... Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang LEBIH MENGETAHUI tentang siapa yang TERSESAT dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat PETUNJUK.“ ()

Intinya, jangan takut untuk belajar Al Qur’an. Salah tafsir adalah sebuah proses menuju kesempurnaan. Insya Allah Tuhan akan memudahkan jika kita memang benar-benar berniat untuk belajar Al Qur’an!

Allah Sedang Berbicara Lewat Al Qur’an

Pernahkah kita menyadari, bahwa sebenarnya Allah sedang mengajak bicara pada umat-Nya, melalui ayat-ayat Al Qur’an? Sayangnya kita sering tidak menyadari hal itu. Sehingga Al Qur’an tetap tersimpan rapi di rak lemari kita, atau hanya kita gunakan huruf-hurufnya saja untuk “mengusir kesialan.” Pun demikian kita sebenarnya sedang mengasingkan diri dari Al Qur’an jika kita selalu beranggapan dalam menafsirkan Al Qur’an itu harus melalui tafsiran para ulama. Lha wong Allah sedang “mengajak bicara” kita! Betapa sombongnya kita ini ketika mengacuhkan Allah yang sedang berbicara kepada kita.

QS Al Alaq [96] : 1-5
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia MENGAJARKAN kepada manusia apa yang tidak diketahuinya".

Belajarlah kepada Sang Guru Sejati! Allah, Sang Maha Memiliki Ilmu! Biarkan ayat-ayat Al Qur’an itu berinteraksi dengan anda! Pahami ayat-ayat Allah dengan seksama, jangan tergesa-gesa, jangan takut pula salah, karena Allah Maha Memaklumi kekurangan kita!

Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “ Biarkan Al Qur’an berbicara sendiri kepadamu! “ Jangan sampai sebaliknya, Al Qur’an disuruh mengikuti keinginan kita, atau mengikuti kitab-kitab lain.

Sudahkah Kita Menjadikan Al Qur’an Sebagai Petunjuk?

Jika anda bertanya kepada umat muslim, sebagian besar pasti menjawab “Iya!”. Akan tetapi kenyataannya tidak! Mereka lebih suka menggunakan kitab-kitab lain untuk “menjelaskan” Al Qur’an. Dan yang lebih berbahaya, mereka mengira bahwa mereka sedang mendapat petunjuk dari kitab-kitab yang mereka pegang!

QS Az Zukhruf [43] : 36-37
“ Barang siapa yang BERPALING dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya SETAN (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar MENGHALANGI mereka dari JALAN yang BENAR dan mereka MENYANGKA bahwa mereka mendapat PETUNJUK.”

Saya sering tertawa dalam hati, ketika dalam sebuah khutbah Jum’at, pengajian, maupun forum keagamaan, ketika menghitung betapa sedikitnya ayat-ayat Al Qur’an yang disebutkan, sementara dalil-dalil dari kitab lain dengan lancar mereka lantangkan di forum itu. Bahkan ada sebuah debat di forum FB, di mana yang mereka perdebatkan itu adalah kitab-kitab para ulama. Bukankah jika mereka berpegang pada Al Qur’an akan selesai perkaranya?

Maka dari itu, Allah telah memperingatkan bahwa umat Islam akan mengabaikan kitab suci ini yaitu Al Qur’an, dan menyangka mereka sedang mendapat petunjuk!

QS Al Furqan [25] : 30
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan AL QUR’AN ini suatu yang TIDAK DIACUHKAN."

Bahkan masih banyak di antara umat kita yang merasa tidak senang jika hanya ayat Al Qur’an yang dijadikan pegangan. Allah telah memperingatkan!

QS Al Israa’ [17] : 45-46)
Dan apabila kamu membaca Al Qur'an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan APABILA kamu menyebut Tuhanmu saja (hanya) dalam AL QUR’AN, niscaya mereka BERPALING ke belakang karena bencinya.”

Masya Allah! Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang mengabaikan Al Qur’an, sedangkan kita merasa sedang mendapatkan petunjuk!

Sekali lagi, Al Qur’an tidak sulit untuk dipelajari. Nabi Muhammad dan para sahabat yang buta huruf pun mampu belajar Al Qur’an. Para ulama pendahulu kita pun bisa belajar Al Qur’an. Apalagi kita yang hidup di zaman modern, yang sudah ada banyak referensi buku, internet, VCD, dsb. Perjuangan kita tidak akan seberat orang-orang muslim di zaman dahulu. Maka dari itu, amat sangat rugilah kalau kita sudah menyerah dahulu dengan mengatakan bahwa kita sebagai orang awam tidak akan mengerti isi kandungan Al Qur’an!

Jadikanlah Al Qur’an sebagai cahaya di hati kita. Biarkanlah Allah berbicara kepada kita lewat ayat-ayatnya. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jadi jangan pernah takut untuk mendekat kepada-Nya! Pembelajaran terhadap ilmu-ilmu Allah adalah sebuah pencarian yang tidak akan pernah selesai, hingga ajal menjemput. Jadikan ayat-ayat Al Qur’an sebagai penghias kehidupan kita.

Selamat belajar Al Qur’an yang penuh hikmah!

Allahu’alam .. Semoga bermanfaat!



Kamis, 08 September 2011

TREN TUNDUK BUTA UMAT ISLAM

Sungguh mencengangkan membaca buku berjudul Jihad Terlarang ‘cerita dari bawah tanah’. Sebuah buku yang menceritakan kegiatan organisasi terlarang dalam tujuannya mendirikan negara Islam di Indonesia, yang ditulis oleh mantan aktivisnya sendiri (mataharitimoer.blogsome.com).

Tercengangnya gue adalah masih ada pemahaman tentang bagaimana perlunya diagungkannya seorang imam atau pentingnya melakukan tunduk mutlak (taat) pada seorang imam (pemimpin) dalam organisasi relijius ini…gak habis pikir kok masih ada orang Islam yang masih bisa menyebarkan pemikiran-pemikiran kuno seperti itu…

Perhatikan kutipan berikut, mengenai salah satu pimpinannya bernama Abu Qital yang memarahi anak buahnya karena mempunyai seklompok anak buah yang sangat kritis.

“ Dari 12 anak buahmu, tak bisa menerima apa yang kusampaikan. Mereka bisanya hanya protes. Seumur hidup setiap aku bicara belum pernah ada yang berani memprotesku, apalagi sampai mempertanyakan dalil-dalil yang absah tentang apa yang kusampaikan…boleh kamu tanya pada asistenku, semua anak buahku adalah orang-orang yang taat pada pemimpinnya”

“Kita ini adalah harakah dakwahtul islamiyah! Kita ini fundamentalis! Kita ini pejuang Islam! Kita akan mengakkan Kalimatullah, Negara Islam bukan forum diskusi!

Intinya pimpinan sesat ini meminta anak buahnya untuk mempunyai ketaatan mutlak kepada pemimpinnya! Keputusan pemimpin harus dianggap suci dan absah!

Kalo sudah gini mah apa bedanya dengan zaman batu…kalau ketua adat kasih batu lalu minta kita percaya batu itu sakti…yaa kita harus percaya batu itu memang sakti gak usah kritis dan pakai banyak tanya segala!

Itu esensi dari zaman kebodohan, yang terjadi di abad kegelapan Eropa…yang terjadi di zaman jahiliyah pra Islam. Menegakkan Islam memakai cara ini sama saja memfitnah Islam! Lebih jauh membawa islam dalam bentuk kebodohan!

Bagi gue ini jelas bertolak belakang dengan semangat islam! Alasan gue…

(Pertama), Ia menjadikan adanya manusia suci sebagai perantara antara hubungan manusia dan Tuhan, dan ini jelas bertentangan dengan semangat islam yang meletakkan hubungan manusia dan Tuhan khusus dan sangat dekat sekali, tanpa perlu perantaraan macam-macam, apakah itu berupa benda, binatang atau manusia-manusia suci itu sendiri!

QS. Qaf [50]:16
“…Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”

Allah melihat fenomena ini sebagai usaha untuk mengganti Tuhan dengan manusia. Tentu ini sesuatu yang sangat dibenci Allah!

QS. At-Tawbah [9]:31
“Mereka menjadikan pimpinan agama dan pendidiknya sebagai tuhan”

(Kedua), ini jelas bertentangan dengan Esensi fungsi dari Alqur’an.

Perhatikan ayat ini

QS. Yasin [36]:69
“Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (muhammad) dan bersyair itu tidak layak baginya. Alqur’an itu tidak lain hanyalah PELAJARAN dan kitab yang memberi PENERANGAN”

Perhatikan peletakkan kata-kata dalam ayat tersebut kata pelajaran diletakkan sebelum kata terang. Artinya apa? Dalam memahami Al Qur’an diperlukan suatu proses belajar agar mampu memahaminya dengan terang! Jadi jelas Allah meminta adanya suatu proses …yang berarti ada suatu ruang dialog yang kritis, suatu ruang tanpa ketundukan. Karena bagi Islam ketundukan terjadi apabila telah mencapai pemahaman (ilmu). Kita tidak akan terima (tunduk) teorinya Newton kalau secara ilmiah tidak mampu dibuktikan atau dipahami bukan?

QS. ‘Ali ‘Imran [3]:19
“Tidaklah berselisih orang yang beriman kecuali setelah mereka memperoleh ilmu”

QS Saba’ [34]:6
“…dan orang-orang yang berilmu mengetahui apa yang diturunkan dari Tuhanmu adalah benar dan menunjuki kepada jalan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”

Ini semua menunjukkan bahwa Allah sangat membenci umatnya yang mengikuti sesuatu tanpa tahu alasannya terlebih dahulu! Maka mengikuti hanya karena pimpinan atau imam mengatakan atau meyakininya…yaaa itu adalah suatu kebodohan yang bertolak belakang dengan esensi Islam.

(Ketiga), Allah telah memberikan sebuah perangkat untuk manusia guna memahami sesuatu. Jelas jika kita tunduk secara buta itu berarti kita manusia mengabaikan pemberian perangkat ini.

Perhatikan ayat berikut ini

QS. An Nahl [16]:78
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu Pendengaran, Penglihatan, dan Hati, agar kamu bersyukur”

Perhatikan kata Pendengaran, Penglihatan, dan Hati selalu diurutkan dengan sama di semua ayat-ayat yang mengangkat kalimat ini. Bagi gue ini sebuah keajaiban dari Qur’an yang menerangkan sebuah perangkat untuk memahami.

*Pendengaran bagi gue mewakili tahap pernyataan dia bisa berupa hipotesis, statement, misi dsb.
*Penglihatan bagi gue mewakili tahap uji coba atau pembuktian (menyaksikan pengujian).
Terakhir *Hati mewakili tahap pemahaman dan pengertian.

Untuk mencapai tahap pemahaman memang tidak mudah, proses dari pendengaran ke penglihatan bisa berulang-ulang kembali lagi, hingga pada akhirnya mencapai keakuratan kebenaran yang tinggi (hati)!

Dalam film detektif jika ada peristiwa pembunuhan, seorang detektif akan membuat berbagai statement-statement hipotesis (pendengaran), kemudian masing-masing statement hipotesis tersebut akan diuji kebenarannya (penglihatan). Dalam pengujian tersebut tidak tertutup kemungkinan statement hipotesis akan berubah atau berkembang, yang pada akhirnya akan menyempit atau jadi lebih spesifik, menuju kepada kebenaran sejati (hati) dalam hal ini mengetahui siapa pembunuhnya!

Nah jadi keinginan para petinggi-petinggi organisasi fundamentalis Islam ini untuk mempunyai ketaatan mutlak dari anak buahnya, berarti telah menghilangkan unsur penglihatan dalam urutan kalimat tersebut…dengan kata lain manusia diminta hanya memanfaatkan pendengarannya untuk langsung bisa dipahami (hati) sebagai kebenaran! Tanpa perlu diuji, atau dibuktikan kebenarannya (penglihatan)!

Maka tidak heran kalau peristiwa umat diatas disebut sebagai umat Islam yang tunduk buta bukan? Umat seperti ini potensi membawa bencana, dimana ada mereka, bencana menanti!


Jumat, 02 September 2011

SEDERHANA, KOK DIBIKIN RUWET

oleh Agus Mustofa pada 1 September 2011 pukul 10:58

Saya melihat, banyak orang ‘pusing’ di sekitar lebaran kali ini. Tapi, saya juga menyaksikan banyak orang ‘happy-happy’ saja. Yang ‘pusing’, kebanyakan adalah orang-orang yang ‘peduli’ kepada nasib umat Islam yang sedang ‘carut-marut’ disebabkan berbagai perbedaan yang semestinya tidak perlu terjadi. Sedangkan yang ‘happy’, terdiri dari dua golongan. Golongan pertama adalah yang ‘tidak peduli’ pada nasib umat. Sedangkan golongan kedua, adalah yang sudah ‘mantap’ dengan pendapat sendiri.

Saya sungguh mengapresiasi golongan yang ‘peduli’ itu. Sebagaimana saya juga mengapresisasi golongan yang sudah ‘mantap’ dengan pendapat sendiri. Selebihnya, golongan yang kurang peduli dengan nasib umat, mesti kita ajak untuk lebih peduli, agar ke masa depan umat Islam ini menjadi umat yang tidak dibingungkan lagi oleh hal-hal yang semestinya ‘sepele’ dan sederhana seperti ini. Sungguh, masih banyak persoalan lebih besar, yang menanti uluran tangan dan pikiran kita untuk diselesaikan demi kemajuan bersama.

Untuk itu, saya ringkaskan inti masalah yang masih mengganjal di benak kita soal lebaran ini. Mudah-mudahan bisa menjadi klarifikasi dan mengembalikan pada substansi persoalannya, sehingga tidak berlarut-larut karenanya.

1). Sebagaimana saya tulis dalam NOTE berjudul ‘Kegundahan di Akhir Ramadan’: Bulan tidak akan pernah berbohong. Karena ia adalah FAKTA. Yang bisa berbohong itu kan manusia. Karena itu, pertanyaan seputar ‘ketinggian bulan’, dan ‘sekarang tanggal berapa syawal’, sebenarnya bisa Anda jawab sendiri. Caranya sangat sederhana, yakni dengan melihat bulan di langit sudah seberapa tinggi. Kalau masih ragu, karena sekarang masih berbentuk sabit, maka dengan mudahnya Anda bisa melihat saat PURNAMA. Itulah tanggal 15 Syawal. Kemudian hitunglah maju ke arah AWAL bulan. Maka Anda akan tahu kapankah tanggal 1 syawal yang sebenarnya. Bulan tidak bisa berbohong, bukan..?

2). Sebenarnya, dua kelompok yang berbeda dalam menetapkan lebaran itu sudah BISA MENGHITUNG dan tahu semua kok, bahwa akhir Ramadan (ijtima’ alias posisi segaris antara Bulan-Bumi-Matahari) itu jatuh pada tanggal 29 Agustus 2011, sekitar jam 11. Sehingga semua juga sependapat bahwa sore/ maghrib itu bulan SUDAH di atas ufuk pada ketinggian di bawah 2 derajat untuk wilayah Indonesia. SEMUA SEPAKAT. Tidak ada perbedaan sampai disini, bahwa bulan RAMADAN SUDAH BERAKHIR hari itu. Bahwa bulan memang sudah berganti. Dibuktikan sudah memiliki ketinggian hampir 2 derajat di atas ufuk.

3). Perbedaan MULAI MUNCUL saat menentukan ‘kapan mengakhiri PUASA’. (Perhatikan: BUKAN mengakhiri RAMADAN. Karena Ramadan memang sudah berakhir.) Nah, disinilah terjadi perbedaan dalam menyikapi DATA yang SAMA itu. Kelompok yang satu mengatakan, bahwa karena Ramadan sudah jelas-jelas BERAKHIR, maka puasa pun harus DIAKHIRI. Sehingga mereka shalat Idul Fitri tanggal 30 Agustus. Sedangkan kelompok kedua berpendapat, KARENA hilal belum kelihatan, maka mengacu kepada hadits Rasulullah: Jika hilal TIDAK KELIHATAN, maka GENAPKANLAH puasa menjadi 30 hari, shalat Id tanggal 31 Agustus. Nah, ketika digenapkan itu, SUDAH PASTI akan ‘memakan’ awal bulan syawal. Karena, usia bulan Ramadan maksimal memang hanya 29,5 hari. Jadi, seandainya pun 0,5 harinya itu muncul di akhir-akhir Ramadan, maka penggenapan puasa menjadi 30 hari itu dengan sendirinya ‘MEMAKAN’ setengah hari awal bulan Syawal. Sebenarnya TIDAK APA-APA. Itulah yang dilakukan Rasulullah. Beliau pun sudah pasti tahu, bahwa penggenapan itu akan menggunakan sebagian bulan syawal.

4). Karena itu, pemilihan MENGAKHIRI puasa atau MENGGENAPKAN, adalah sama-sama BOLEH dan ada dasarnya. Yang satu berdasar hitungan bahwa saat itu memang Ramadan sudah berakhir. Dan yang lainnya berdasar pada hilal tidak terlihat. SUDAHLAH, jangan dipermasalahkan karena sesungguhnya persoalannya sudah sangat jelas. Yang penting, kedua-duanya dilakukan dengan JUJUR dan ingin membangun kemaslahatan bersama. Bukan karena gengsi ataupun alasan-alasan yang kurang dewasa dalam beragama. Atau, apalagi MEMAKSAKAN kehendak agar yang lain mengikutinya. Kalau ini yang terjadi maka sungguh sangat MEMPRIHATINKAN. Karena akan mengarahkan interaksi sosial kita pada prinsip KALAH-MENANG yang menjadikan umat menjadi TERPECAH BELAH.

5). Karena itu Sahabat…, substansi persoalan perbedaan lebaran ini sebenarnya bukanlah SALAH-BENAR dalam menghitung atau merukyat, karena kedua-duanya sudah sama-sama pintarnya. Bagi saya, yang sangat MEMPRIHATINKAN itu adalah: ternyata pemimpin-pemimpin kita 'belum pintar' membuat keputusan yang menjadikan UMAT ini bisa BERSATU dalam indahnya kebersamaan yang kita idam-idamkan BERSAMA… :(

Ihdinashshiraathal mustaqiim, shiraathal ladzina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdluubi ‘alaihim waladhdhaalin… Amiin.

Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~


Selasa, 30 Agustus 2011

IDUL FITRI BERBEDA LAGI

oleh Agus Mustofa pada 29 Agustus 2011 pukul 11:33

Sangat boleh jadi, Idul Fitri di Indonesia tahun ini berbeda lagi. Padahal di kebanyakan negara muslim lainnya tidak terjadi. Entahlah, kenapa begitu sulit menyatukan dua pendapat mayoritas itu disini. Padahal keduanya sama-sama bisa menghisab dan sama-sama bisa merukyat...

Sulitnya menyatukan dua pendapat ini, seakan-akan menjadi cermin atas ego partisan yang masih begitu kuat di antara golongan-golongan umat Islam. Padahal, mestinya solusinya tidaklah sulit untuk dipecahkan. Masalah sebenarnya bukanlah ’tidak bisa’, melainkan ’tidak mau’ saja. Dengan kata lain, jika kedua pihak yang berbeda itu ’mau’ semua ini akan selesai dengan ending yang sangat melegakan umat yang sudah lama terombang-ambing dalam kebingungan yang tidak perlu ini.

Masalah utamanya tidak lebih dari sekedar ’kesepakatan definisi’ tentang datangnya ’bulan baru’ alias penampakan hilal. Dalam hal ini adalah bulan Syawal. Bahwa, dalam kalender Hijriyah yang berpatokan pada putaran Bulan terhadap Bumi, satu bulan disandarkan pada lamanya Bulan mengitari Bumi satu putaran. Dari titik A ke titik A lagi, dari horison ke horison lagi, yang lamanya 29,5 hari.

Periode satu putaran Bulan terhadap Bumi itu terlihat oleh manusia dari permukaan Bumi sebagai munculnya Bulan dalam bentuk Bulan sabit yang sangat tipis, kemudian semakin menebal, dan mencapai Bulan Purnama, lantas menjadi berbentuk sabit lagi sampai tenggelam.

Maka, datangnya bulan baru (dalam hal ini Syawal) selalu ditandai oleh munculnya bulan sabit alias hilal di ufuk barat, yang tampak pada saat matahari tenggelam di hari terakhir Ramadan. Perbedaan muncul dikarenakan adanya prinsip yang berbeda.

Kelompok pertama berpendapat, bahwa jika hilal sudah berada di atas horison alias diatas nol derajat garis datar Bumi, itu sudah menunjukkan datangnya bulan baru. Berapa pun ketinggian hilal, pokoknya sudah diatas nol derajat, itu artinya bulan Ramadan sudah habis, dan tidak boleh berpuasa lagi. Esok hari adalah 1 Syawal.

Kelompok kedua berpendapat, bahwa untuk bisa disebut sebagai bulan baru hilal itu harus ’terlihat’. Karena ada hadits Nabi yang menyebutkan bahwa, barangsiapa melihat hilal maka hentikanlah puasa Ramadan. Dan jika hilal belum terlihat, maka genapkanlah puasanya menjadi 30 hari.

Masalahnya memang, satu bulan Hijriyah itu berumur 29,5 hari. Sehingga kadang, kita berpuasa 29 hari, dan di waktu lain kita berpuasa 30 hari karena menggenapkan sampai terbenamnya matahari. Kita akan berpuasa 29 hari, jika 0,5 harinya itu sudah muncul di awal Ramadan. Dan kita berpuasa 30 hari, jika 0,5 harinya hadir di akhir Ramadan.

Untuk tahun ini, sebenarnya 0,5 hari itu sudah muncul di awal Ramadan. Sehingga, di akhir Ramadan ini hilal sudah berada di atas horison meskipun tidak sampai 2 derajat. Bagi kelompok pertama, ini dianggap sudah cukup sebagai bukti bahwa bulan Syawal sudah datang. Karena itu, puasanya hanya 29 hari. Dan tanggal 30 sudah shalat Idul Fitri.

Namun, bagi kelompok kedua, belum cukup hitungan di atas kertas itu, karena bisa saja salah. Karena itu harus dibuktikan dengan ’melihat’ munculnya hilal di ufuk Barat. Jika tidak terlihat, keputusannya adalah menggenapkan puasa menjadi menjadi 30 hari. Tetapi jika terlihat, mereka akan mencukupkan puasanya hanya 29 hari. Dan kita shalat Id bersama. Oh, betapa indahnya...

Sayangnya, kemungkinan besar, hilal tidak akan terlihat karena bulan sabit itu demikian tipisnya. Ia akan menampakan diri di atas horison tidak sampai 2 derajat. Dari pengalaman para ahli astronomi, bulan sabit baru akan tampak oleh mata atau bahkan oleh peralatan jika berada di ketinggian minimal 4 derajat. Karena itu, di sejumlah negara dibuat kesepakatan, bahwa yang disebut bulan baru itu adalah jika hilal sudah setinggi minimal 4 derajat di atas horison.

Nah, selama kedua belah pihak bersikukuh dengan pendapat masing-masing tentang datangnya bulan baru, maka ’masalah yang tidak perlu’ ini akan terus ada. Di Mesir, perbedaan ini dengan sangat mudah diatasi oleh pemerintah. Yakni, dengan menyerahkan kepada ahlinya. Masing-masing golongan yang berbeda tidak boleh melakukan perhitungan dan rukyat sendiri-sendiri, melainkan diserahkan kepada lembaga astronomi milik negara.

Para ahli Astronomi itulah yang menghitung, dan kemudian merukyat di lapangan dengan menggunakan peralatan yang mereka miliki. Hasilnya diserahkan kepada lembaga fatwa yang dikenal sebagai Darul Ifta’ yang berisi para ahli fiqih dari Universitas Al Azhar. Maka, sidang isbat yang terjadi sangatlah singkat dan tidak ruwet. Cukup melakukan cross-check hasil pengamatan lembaga astronomi dari berbagai wilayah, dan kemudian melegitimasi. Hasilnya diumumkan oleh pemerintah, dan ditetapkan sebagai keputusan resmi yang harus diikuti oleh seluruh warga.

Di Indonesia belum ada ketegasan dan kesepakatan seperti itu sehingga masalahnya tidak selesai-selesai. Tapi kita semua berharap, mudah-mudahan perbedaan ini tidak akan berlarut-larut ke masa depan. Tentu saja seiring dengan kedewasaan kita dalam beragama. Bahwa berbeda itu memang membawa rahmat, jika digunakan untuk kemaslahatan umat. Tetapi, menjadi mudharat jika umat menjadi terpecah belah dan tidak nyaman dalam beribadah. Allah tidak pernah mempersulit hamba-hamba-Nya dalam beribadah. Ambillah yang mudah, jangan dipersulit...

QS. Al Baqarah (2): 185
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan maka (berpuasalah) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki KEMUDAHAN bagimu, dan TIDAK menghendaki KESUKARAN bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Saya sendiri, tahun ini menjalankan puasa 29 hari. Dan shalat Idul Fitri pada tanggal 30 Agustus 2011. Karena, kebetulan saya menjadi khatib di Pasuruan pada tanggal tersebut. Perbedaan jangan menjadikan kita terpecah. Tetapi, menjadi pelajaran berharga untuk bisa saling menghormati perbedaan…

~ salam hangat ~
Selamat berhari raya Idul Fitri
Selamat berlebaran bersama keluarga tercinta
Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua...

Rabu, 24 Agustus 2011

"PATUNG DAN UANG" ... MANA YANG LEBIH DILARANG OLEH ALLAH?

QS Al Ankabuut [29] : 46
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri"

Suatu hari saya bertemu dengan seorang misionaris Kristen. Sebagai seorang muslim yang baik, tentu saja saya harus bersikap baik, sopan, dan penuh penghormatan terhadapnya. Kami memulai sebuah pembicaraan seputar teologi, hingga ia melontarkan sebuah pertanyaan:

"Apakah umat Islam itu jalannya belum lurus? Mengapa setiap hari ketika shalat selalu berdoa agar ditunjukkan jalan yang lurus?"

Saya hanya tersenyum mendengarkan pertanyaan itu. Sebenarnya inilah salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para misionaris. Entah itu karena memang mereka tidak tahu, atau hanya bertujuan melemahkan iman umat Islam.

Inilah ayat dalam Al Qur'an yang sering mereka permasalahkan :

QS Al Fatihah [1] : 5-6
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. TUNJUKKANLAH KEPADA KAMI JALAN YANG LURUS.. "

Di sini saya ingin berbagi kepada sahabat JERNIH, bagaimana menjawab pertanyaan yang "gampang-gampang susah" ini, dengan tepat, masuk akal, dan tentunya yang lebih penting adalah tidak menyakiti perasaan lawan bicara kita.

Saya minta kepada si misionaris untuk membacakan sebuah ayat dari Alkitab, yaitu kitab sucinya sendiri.
"Anda hafal Doa Bapa Kami dari Injil Lukas 11: 2-4?"
Ia menjawab : "Tentu saja!"
Dan ia mulai membacanya dengan lantang :

Injil Lukas 11 : 2-4
"Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. BERIKANLAH KAMI SETIAP HARI MAKANAN KAMI YANG SECUKUPNYA dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan".

Kemudian saya berbalik tanya kepada dia: "Kalau begitu apakah umat Kristen setiap hari kelaparan dan tidak cukup makanan?"

Misionaris itu tersenyum kecut. Kemudian tampak kebingungan menjawab. Segera saya menjelaskan apa makna di balik doa umat Islam agar selalu ditunjukkan kepada jalan yang lurus.

QS Al Fatihah [1] : 5-6
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus.."

Tentu saja ini adalah sebuah doa. Doa yang menggambarkan kerendahan diri kita di hadapan Sang Pencipta. Kita menyadari bahwa kita hanyalah manusia biasa yang lemah tak berdaya, dan tidak bisa lepas dari kesalahan dan dosa. Iman dalam diri kita ini setiap harinya naik turun, tidak ubahnya seperti kurs mata uang dunia. Hari ini bisa saja diri kita ini berada di "jalan yang lurus", akan tetapi apakah kita berani menjamin bahwa besok kita akan tetap berada di "jalan surga" tersebut? Lagi pula siapa sih diri kita ini bisa bersikap sombong seolah-olah kita tahu bahwa jalan kita sekarang ini adalah jalan yang lurus?

QS Luqman [31] : 18
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."

Kita telah diberikan seperangkat petunjuk oleh Allah untuk mencapai kebenaran, namun kebenaran sejati hanyalah milik Allah saja. Apa yang kita lakukan saat ini hanyalah upaya untuk mendekati kebenaran sejati. Akan tetapi kita tidak akan pernah tahu kebenaran sejati itu seperti apa. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati, dan kesadaran bahwa kita ini adalah makhluk yang lemah, kiranya sudah sepatutnya kita tidak henti-hentinya memohon kepada Yang Maha Memberi Petunjuk, agar selalu dibimbing-Nya dengan hikmat kebijaksanaan dan kasih sayang untuk selalu berada dalam "shirataal mustaqiim" alias "Jalan yang lurus."

Insya Allah ...

Allahu'alam ..


Semoga bermanfaat!


Minggu, 07 Agustus 2011

"TUHANNYA ORANG KRISTEN TELANJANG!"

" Tuhannya Orang Kristen Telanjang! "
Itulah kalimat yang sering saya jumpai di beberapa forum debat kusir agama. Kalimat senada yang melecehkan seorang Yesus Kristus juga sering saya jumpai, misalkan saja, "Tuhan kok gondrong?" Atau juga foto-foto pelecehan terhadap sosok Yesus, yang kemudian di-tag kesana kemari untuk kemudian diberi komentar yang melecehkan. Yang sangat saya sesalkan, bahwa banyak di antara pelecehan itu dilakukan oleh orang-orang muslim.

Saya tegaskan! Perilaku itu SANGAT TIDAK ISLAMI!

Al Qur'an jelas sekali mengajarkan kepada manusia, untuk tidak berdebat dengan Non-Muslim, kecuali dengan cara yang PALING BAIK.

QS Al Ankabuut [29] : 46
"Dan janganlah kamu BERDEBAT dengan Ahli Kitab, kecuali dengan cara YANG PALING BAIK, kecuali oleh orang-orang zalim di antara mereka. Dan katakanlah : “Kami beriman kepada apa yang diturunkan (kitab-kitab) kepada kami, dan apa yang diturunkan( kitab-kitab) kepada kamu. Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu, dan kami hanya kepada-Nya berserah diri".

Al Qur'an juga secara tegas melarang umat Islam untuk menghina sesembahan umat lain, bahkan sesembahan yang paling buruk sekalipun : yaitu berhala orang-orang kafir!

QS Al An'am [6] : 108
“Dan janganlah kamu MEMAKI sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan MELAMPAUI BATAS tanpa pengetahuan".

Beberapa muslim berdalih bahwa mereka melakukannya sebagai pembalasan atas dilecehkannya Nabi besar Muhammad SAW oleh orang-orang Kristen. Akan tetapi apakah benar Islam mengajarkan untuk membalas dendam?

QS Al-A’raf [7] : 199
“Jadilah PEMAAF dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta JANGAN PEDULIKAN orang-orang yang bodoh”.

QS As-Syuura [42] : 43
“Tetapi barang siapa BERSABAR dan MEMAAFKAN, sungguh yang demikian itu yang termasuk perbuatan yang MULIA”.

Lebih jauh lagi, Al Qur'an menjelaskan perbedaan antara orang-orang beriman dan orang-orang fasik.

QS Ali Imran [3] : 179
“Allah MEMBEDAKAN yang buruk dan baik".

QS As-Sajdah [32] : 18
“TIDAK SAMA orang ber-Iman dengan orang Fasik".

QS Al Hasyr [59] : 20)
“TIDAK SAMA penghuni Surga dan penghuni Neraka."

QS Al Mu'min [40] : 58
“Tidak sama orang BUTA dengan MELIHAT, tidak sama orang beriman yang BERBUAT BAIK dengan orang yang BERBUAT JAHAT."

Setelah anda memahami ayat-ayat di atas, saya akan ajak anda untuk mengenal lebih dekat siapa itu Yesus Kristus yang masih dilecehkan oleh sebagian muslim, yang tentunya mereka tidak berpengetahuan yang cukup.

Merupakan kebodohan dan sebuah kedurhakaan yang luar biasa jika seorang muslim menghina dan melecehkan sesosok Yesus Kristus. Apakah kita tidak menyadari, bahwa Yesus Kristus itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nabi Isa Almasih yang sangat dikasihi Allah dan salah satu Nabi besar bagi umat Islam?

Ia adalah seorang Nabi dari kalangan bani Israel, dan menurut naskah-naskah kuno, dikenal dengan nama YOSUA atau ESAU. Sebuah nama yang umum di kalangan orang-orang Israel pada masa itu. Dalam bahasa Arab ia dikenal dengan nama ISA. Dalam bahasa Yunani ia dikenal dengan nama JESUS. Maka dari itu ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi YESUS.

Sedangkan nama KRISTUS itu awanya dari bahasa Ibrani : MASYIAKH, artinya "Yang Diurapi", sebuah gelar bagi raja-raja Israel. Dalam bahasa Arab menjadi AL MASIH. Dalam bahasa Yunani menjadi CHRISTOS. Orang Barat menyebutnya CHRIST atau THE MESSIAH. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi KRISTUS.

Itulah mengapa bahwa : YOSUA MASYIAKH - ISA ALMASIH - JESUS CHRIST - YESUS KRISTUS itu adalah sama!

Yang membedakan adalah cara pandang Yahudi, Nasrani, dan Muslim dalam memandang figur Yesus Kristus. Jika Yahudi menganggap Yesus sebagai nabi palsu dan pembohong, Nasrani memandang Yesus sebagai Anak Tuhan dan (sebagian besar) perwujudan Tuhan, maka Muslim memandang Yesus sebagai seorang utusan, nabi, dan hamba Allah.

QS Maryam [19] : 30-37
“Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, serta berbakti kepada ibuku. Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’ Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: ‘Jadilah,’ maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. ”

Bahkan di dalam Alkitab (Injil) pun sejalan dengan keyakinan Islam bahwa Yesus hanyalah seorang utusan Allah.

Matius 10:40
"Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut aku, dan barangsiapa menyambut aku, ia menyambut DIA yang MENGUTUS AKU."

Yohanes 17:3
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, SATU-SATUNYA ALLAH yang benar, dan mengenal YESUS KRISTUS yang telah Engkau UTUS”.

Maka dari itu, setelah anda semua membaca dan mengerti tentang siapa itu Yesus Kristus atau Isa Almasih, maka sudah semestinya kita menghentikan segala bentuk pelecehan dan penghinaan seputar beliau. Bahkan terhadap Tuhan-Tuhan bagi agama lain, sebagaimana telah diajarkan oleh Allah dalam Al Qur'an. Berhentilah berdebat dengan non-muslim dengan cara yang tidak baik! Tunjukkan bahwa umat Islam adalah umat yang santun dan cerdas serta cinta damai! Sayangilah semua umat manusia, dan tentu saja sayangilah dan perlakukan dengan penuh rasa hormat semua nabi yang pernah diturunkan kepada umat manusia, tidak terkecuali YESUS KRISTUS alias ISA ALMASIH.. Damai besertanya!

QS Al Baqarah [2] : 136

"Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. KAMI TIDAK MEMBEDA-BEDAKAN seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."

Rabu, 03 Agustus 2011

ISLAM JALANNYA BELUM LURUS?

QS Al Ankabuut [29] : 46
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri"

Suatu hari saya bertemu dengan seorang misionaris Kristen. Sebagai seorang muslim yang baik, tentu saja saya harus bersikap baik, sopan, dan penuh penghormatan terhadapnya. Kami memulai sebuah pembicaraan seputar teologi, hingga ia melontarkan sebuah pertanyaan :

"Apakah umat Islam itu jalannya belum lurus? Mengapa setiap hari ketika shalat selalu berdoa agar ditunjukkan jalan yang lurus?"

Saya hanya tersenyum mendengarkan pertanyaan itu. Sebenarnya inilah salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para misionaris. Entah itu karena memang mereka tidak tahu, atau hanya bertujuan melemahkan iman umat Islam.

Inilah ayat dalam Al Qur'an yang sering mereka permasalahkan :

QS Al Fatihah [1] : 5-6
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. TUNJUKKANLAH KEPADA KAMI JALAN YANG LURUS.. "

Di sini saya ingin berbagi kepada sahabat JERNIH, bagaimana menjawab pertanyaan yang "gampang-gampang susah" ini, dengan tepat, masuk akal, dan tentunya yang lebih penting adalah tidak menyakiti perasaan lawan bicara kita.

Saya minta kepada si misionaris untuk membacakan sebuah ayat dari Alkitab, yaitu kitab sucinya sendiri. "Anda hafal Doa Bapa Kami dari Injil Lukas 11 : 2-4?" Ia menjawab : "Tentu saja!" Dan ia mulai membacanya dengan lantang :

Injil Lukas 11 : 2-4
"Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. BERIKANLAH KAMI SETIAP HARI MAKANAN KAMI YANG SECUKUPNYA dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan".

Kemudian saya berbalik tanya kepada dia: "Kalau begitu apakah umat Kristen setiap hari kelaparan dan tidak cukup makanan?"

Misionaris itu tersenyum kecut. Kemudian tampak kebingungan menjawab. Segera saya menjelaskan apa makna di balik doa umat Islam agar selalu ditunjukkan kepada jalan yang lurus.

QS Al Fatihah [1] : 5-6
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus.."

Tentu saja ini adalah sebuah doa. Doa yang menggambarkan kerendahan diri kita di hadapan Sang Pencipta. Kita menyadari bahwa kita hanyalah manusia biasa yang lemah tak berdaya, dan tidak bisa lepas dari kesalahan dan dosa. Iman dalam diri kita ini setiap harinya naik turun, tidak ubahnya seperti kurs mata uang dunia. Hari ini bisa saja diri kita ini berada di "jalan yang lurus", akan tetapi apakah kita berani menjamin bahwa besok kita akan tetap berada di "jalan surga" tersebut? Lagi pula siapa sih diri kita ini bisa bersikap sombong seolah-olah kita tahu bahwa jalan kita sekarang ini adalah jalan yang lurus?

QS Luqman [31] : 18
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."

Kita telah diberikan seperangkat petunjuk oleh Allah untuk mencapai kebenaran, namun kebenaran sejati hanyalah milik Allah saja. Apa yang kita lakukan saat ini hanyalah upaya untuk mendekati kebenaran sejati. Akan tetapi kita tidak akan pernah tahu kebenaran sejati itu seperti apa. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati, dan kesadaran bahwa kita ini adalah makhluk yang lemah, kiranya sudah sepatutnya kita tidak henti-hentinya memohon kepada Yang Maha Memberi Petunjuk, agar selalu dibimbing-Nya dengan hikmat kebijaksanaan dan kasih sayang untuk selalu berada dalam "shirataal mustaqiim" alias "Jalan yang lurus."

Insya Allah ...

Allahu'alam ..



Semoga bermanfaat!