oleh Agus
Mustofa pada 26 November 2011 pukul 7:22
Pertanyaan
ketiga yang disodorkan oleh kawan kita yang atheis adalah: apakah Tuhan yang Menciptakan
alam semesta ini Maha Suci dan Maha Bijaksana? Karena menurutnya, jika Tuhan memang
Maha Suci dan Bijaksana, seharusnya tidak perlu menciptakan musibah, bencana, kemiskinan,
peperangan, kejahatan, dan seterusnya. Apakah Tuhan tidak mampu menciptakan kehidupan
yang tanpa penderitaan? Kalau begitu, lantas buat apa bertuhan kepada Tuhan yang
demikian?
Inilah
salah satu alasan mendasar yang menjadi background
kenapa seseorang menjadi atheis. Memang, secara umum, ada dua kelompok atheis. Yang
pertama, adalah orang atheis yang ingkar dan jahat. Yakni, orang-orang yang ‘memusuhi’
Tuhan dan memusuhi kebajikan. Inilah yang di dalam Surat Alfatihah disebut sebagai
kelompok Al maghdluubi ‘alaihim
~ orang-orang yang ‘dimarahi’. Dan kelompok kedua adalah orang-orang yang atheis
dikarenakan ‘belum kenal’ Allah. Belum paham Islam. Yang demikian ini disebut sebagai
Adh dhoollin, alias
orang-orang yang tersesat.
Dalam
kesempatan yang terbatas ini, saya tidak ingin membahas kelompok pertama: mereka
yang atheis karena memusuhi Tuhan. Dan ingin lebih fokus kepada kelompok kedua,
yang menjadi atheis dikarenakan ‘belum kenal’ Allah saja. Saya kira, pembahasan
ini lebih relevan dalam kajian kali ini. Terutama terkait dengan pertanyaan kawan
kita di atas: apakah Tuhan Maha Suci dan Maha Bijaksana.
Saya
ingin memulai pembahasan ini dari pertanyaan terakhir: Apakah Tuhan tak mampu menciptakan
kehidupan yang tanpa penderitaan? Yaitu: tanpa hal-hal negative, tanpa musibah,
tanpa bencana, tanpa kemiskinan, tanpa penyakit, tanpa kejahatan, tanpa kelaparan
dan kehausan, tanpa korupsi dan kekerasan, tanpa keserakahan, tanpa iri, dengki,
dan berbagai keculasan..? Ooh, tentu saja mampu. Lha, kalau tidak mampu, buat apa
kita bertuhan kepada ‘sesuatu’ yang tidak mampu seperti itu? Cari Tuhan yang mampu
sajalah... ;)
Tetapi
kalaupun Tuhan lantas membuat semua variable kehidupan ini menjadi positive, tanpa
ada negative, apakah hidup kita akan menjadi lebih menyenangkan? Hmm, jangan-jangan
kita salah duga. Apakah Anda pernah membayangkan betapa ‘tidak nikmatnya’ makan,
ketika kita sedang kenyang. Dan betapa ‘tidak nikmatnya’ minum, ketika sedang tidak
haus? Dengan kata lain, lapar dan haus itu sangat penting, karena dengan adanya
lapar & haus itu kita menjadi bisa merasakan nikmatnya makan dan minum. Kalau
tidak percaya cobalah sendiri: makanlah ketika sedang kenyang, dan minumlah ketika
tidak haus. Rasanya ‘hambar’ atau bahkan menjadi 'eneg' karenanya. Sebaliknya, betapa
nikmatnya makan ketika kita sedang kelaparan dan kehausan. So, rasa lapar dan haus itu
sengaja diciptakan Tuhan untuk kenikmatan manusia.
Pernah
jugakah Anda membayangkan, betapa nikmatnya beristirahat setelah kecapekan? Woow,
tidur menjadi lelap, dan terasa nikmat luar biasa. Sebaliknya, betapa pusing dan
sakitnya kepala, tidur yang ‘dipaksa-paksakan dikarenakan badan memang tidak sedang
kelelahan. Jadi, betapa bijaksananya Allah yang telah menciptakan variabel ‘kelelahan’
itu. Karena dengannya, DIA sedang memberikan karunia berupa ‘referensi’ tentang
nikmatnya tidur.
Pernahkah
juga Anda membayangkan betapa nikmatnya perasaan dan jiwa kita, sesaat setelah lepas
dari masalah berat? Dan betapa hambarnya hidup orang-orang yang tidak pernah punya
masalah? Yang tidak punya ‘tantangan’ untuk ditaklukkan. Yang tidak punya ‘problem’
untuk diselesaikan. Yang tidak punya ‘harapan-harapan’ indah di masa depan, karena
semua sudah tercukupi sekarang. Hhhh, betapa hambarnya. Sebuah kehidupan yang tanpa
gairah..!
Justru
hidup ini menjadi demikian indah, karena kita punya gairah dan harapan ke masa depan.
Dan harapan-harapan itu muncul dikarenakan kita merasa bahwa hari ini belum mencapai
sesuatu yang kita inginkan. Belum mencapai kesempurnaan. Kalau semua harapan sudah
pupus sekarang, untuk apa kita melanjutkan hidup? Di-tamat-kan sajalah, karena
sudah tak menggairahkan lagi… ;)
Justru
hidup ini menjadi demikian indah karena ada penderitaan, sehingga kita punya harapan
untuk memupus penderitaan itu. Baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Hidup
ini juga menjadi indah karena ada kejahatan, sehingga kita bergairah untuk menebar
kebaikan. Hidup ini pun menjadi indah, karena ada kemiskinan, sehingga kita bisa
merasakan sejahteranya menjadi orang kaya, dan bersemangat untuk memberantas kemiskinan
agar mereka juga merasakan bahagia seperti kita. Woow, betapa indahnya kehidupan
ini. Mestinya kita berterima kasih kepada Tuhan, karena DIA telah menciptakan kehidupan
yang demikian dinamis, penuh harapan dan gairah.
Pernahkah
Anda bayangkan ketika semua orang di dunia ini kaya raya? Saya jamin, Anda akan
merasakan betapa sulitnya hidup. Karena, tidak ada lagi yang mau menanam padi, membudidayakan
buah-buahan, susah-susah beternak, dan menyiapkan segala makanan, serta memproduksi
pakaian, mendirikan industri kendaraan, menggelar hiburan. Pokoknya, tidak ada yang
mau repot bekerja, semuanya ingin jadi Big Boss. Kira-kira, tambah nyaman ataukah
malah rumit kehidupan ini?
Pernahkah
Anda membayangkan, jika semua orang di dunia ini adalah penguasa? Hhehe, tidak ada
yang mau menjadi rakyat jelata..! Pernahkah juga Anda membayangkan, jika Tuhan menjadikan
semua manusia di dunia ini sebagai pemimpin?
Ehhmm, tidak ada yang mau jadi bawahan. Atau semua orang diciptakan pintar, tak
ada yang bodoh? Jadi nggak
tahu dong, seseorang
itu pintar kalau tidak ada yang bodoh? Dst, dlsb.
Karena
ada orang sakit, lantas ada dokter. Karena ada penjahat, maka muncullah profesi
jaksa, hakim dan polisi. Karena ada pencuri dan perampok, muncullah pabrik alarm,
teralis besi, dan kunci pengaman. Karena ada orang miskinlah, yang menyebabkan munculnya
para dermawan. Dan, karena ada orang yang terzalimi, maka muncullah para pahlawan.
Dan seterusnya, dan lain sebagainya..!
Jika
permukaan bumi ini datar, maka air tak akan pernah mengalir ke tempat yang lebih
rendah. Kalau suhu udara di bumi ini sama di semua kawasan, maka tak ada udara yang
bergerak. Lantas tak terjadi musim. Tak ada hujan. Dan kemudian, tak ada tumbuhan.
Terus, tak ada binatang. Dan akhirnya, tak ada manusia! Tak ada kehidupan..!
Jika
tidak ada binatang buas yang menjadi predator, maka rantai makanan tidak akan bergerak.
Rantai biologi menjadi stagnan. Akan muncul ketidakseimbangan sistem kehidupan.
Jika tidak ada bakteri pembusuk, virus, berbagai macam penyakit, dan semacamnya,
maka bisa dipastikan bumi ini sudah penuh dengan sampah, atau dengan manusia yang
tak mati-mati karena sehat terus.. ;(
Demikian
juga dengan peperangan, pembunuhan, musibah dan bencana. Semua itu adalah variable
negative dari drama kehidupan yang di sisi lain justru menegaskan adanya variable
positive. Dimana ada penderitaan disitu juga bakal muncul kebahagiaan. Dimana ada
kegagalan, maka disitu juga bakal ada kesuksesan. Dimana ada kesedihan, maka disitu
pula bakal muncul kegembiraan. Dimana pun ada variable negative, maka disitu pula
muncul variable positive. Dan karenanyalah, drama kehidupan ini menjadi demikian
indah dan dinamis.
QS. Adz Dzaariyaat [51]:
49
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu ingat akan kebesaran Allah.
QS. Ar Ra’d [13]: 3
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung
dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan,
Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda
(eksistensi Allah) bagi kaum yang (mau) menggunakan akalnya.
Oooh,
betapa Maha Bijaksananya Allah, Sang Tuhan Yang Maha Pandai. Hanya karena kebodohanlah,
lantas kita berprasangka buruk kepada-Nya. Padahal, Dia sedang menginginkan kita
bisa merasakan nikmat dan karunia-Nya. Dia Maha Suci dari segala yang kita prasangkakan.
Karena, kemampuan-Nya memang jauh di luar perkiraan pikiran manusia yang sangat
terbatas. Tapi, justru karena gap antara DIA dan kita yang sedemikian 'tak berhingga'
itulah, lantas menjadi menarik dan menggairahkan untuk bertuhan kepada-Nya... :)
Akhirnya,
jika masih ada orang yang tetap ngeyel,
dengan mengatakan: apakah Tuhan
tidak bisa menciptakan kehidupan yang variabelnya positip semua, tetapi nikmat buat
manusia? Pokoknya, seperti yang saya maui-lah. Hhehe.., maka cukuplah
Anda katakan: ‘’gimana kalau
tuhannya sampeyan saja mas?’’
Tapi,
sungguh ‘tidak menarik’ dan 'tidak menggairahkan' bertuhan kepada orang yang memahami
hal yang 'demikian gamblang’ saja nggak
ngerti-ngerti… :) ~ (Bersambung…)
~
Salam Beragama dengan Akal Sehat ~