Sabtu, 11 Juni 2016

[7] – APAKAH ANDA TERMASUK KATEGORI ORANG BERIMAN?

Seorang kawan bertanya: “Apakah Anda termasuk kategori orang beriman?
Dengan tegas saya jawab: “iya”.
Kawan yang lain nyeletuk: “Hanya Allah yang tahu, apakah Anda beriman ataukah tidak”.

Manakah yang benar, kita harus “mengusahakan” proses keimanan kita ataukah “memasrahkan” proses keimanan itu kepada Allah?
Dua-duanya benar. Keimanan adalah proses yang harus disengaja. Bukan sekedar pemberian dari Allah. Dimana kita hanya “pasrah bongkokan” menunggu datangnya keimanan.

Keimanan adalah keyakinan. Keyakinan adalah hasil dari proses pembelajaran dan pemahaman yang panjang. Jatuh bangun selama bertahun-tahun, dalam perjuangan yang istiqomah. Bergelimang peluh dan air mata. Bahkan cucuran darah. Orang yang berproses dalam perjuangan yang demikian, insya Allah keimanannya berakar kuat dalam sanubarinya.

Berbeda dengan orang yang pasrah bongkokan “menunggu” datangnya “hidayah”. Mereka tidak melakukan perjuangan. Melainkan bermalas-malasan menunggu di sudut ruang hidupnya. Berharap belas kasih dari Allah yang memang Maha Pemurah. Tetapi, sekali lagi: tanpa perjuangan. Cuma menadahkan tangan.

Puluhan ayat Al Qur’an memerintahkan perjuangan dalam hidup ini. Termasuk memperjuangan keimanan. Allah menyebut para pejuang kehidupan itu sebagai mujahid. Dan kalau mati dalam perjuangan disebut mati syahid. Bukan hanya dalam perang. Tetapi di semua lini kehidupan. Mulai dari diri sendiri dalam bentuk meningkatkan kualitas keyakinan alias keimanan. Dilanjutkan dengan menjaga, menafkahi, mendidik keluarga. Dan diteruskan dengan memberikan manfaat kepada lingkungan dan umat secara keseluruhan.

Proses keimanan adalah proses perjuangan. Bukan pasrah bongkokan. Yang karenanya, Allah menghargai para pejuang itu dengan “harga mahal”: surga penuh kenikmatan. Persis seperti yang diajarkan Allah dalam ayat berikut ini.

Qs. Ali Imran (3): 142
“Apakah kamu MENGIRA bahwa kamu akan masuk SURGA, padahal belum terbukti bagi Allah orang-orang yang berjihad (berjuang secara istiqomah) diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar (dalam perjuangannya).”

Surga bukan diperoleh hanya dengan menadahkan tangan kepada Allah. Meskipun Allah Maha pemurah. Tetapi, harus diperjuangkan dengan sengaja dan istiqomah. Apalagi menadahkan tangan sambil bermalas-malasan. Allah tidak suka.

Maka, kembali ke pertanyaan di awal kajian kita kali ini: “Apakah Anda termasuk orang yang beriman?” Dengan tegas saya jawab: “iya”. Bukan karena sombong merasa sudah beriman, melainkan “berkomitmen” untuk berjuang sepenuh hati di jalan Allah. Karena, inti dari keimanan itu sebenarnya adalah “komitmen” yang didasarkan pada kepahaman dan keyakinan atas kebenaran agama ini. Bahwa Allah Maha Mengetahui atas kualitas keimanan kita, itu adalah benar adanya. Namun Allah juga meminta ketegasan kita, apakah kita “meyakini” kebenaran agama ini? Dan kemudian “berkomitmen” untuk memperjuangkannya secara personal maupun sosial. Secara moral maupun spiritual.

Maka, kalau Anda ditanya seperti itu: “Apakah Anda termasuk orang beriman ataukah tidak”, apa jawaban Anda? Mudah-mudahan Anda akan dengan tegas dan bangga mengatakan bahwa Anda berada di barisan orang-orang beriman. Orang-orang yang memiliki komitmen jelas untuk memperjuangkan kualitas keberagamaan Anda. Sekaligus ingin menjadi orang yang bermanfaat sebesar-besarnya bagi kemaslahatan umat di dalam ridha Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bagaimana menurut Anda?

Jumat, 10 Juni 2016

[6] – YANG TIDAK BERIMAN, NGGAK USAH BERPUASA

"TEGA BENAR…”.
Mungkin ada yang mengomentari demikian terhadap judul diatas. Tapi itulah memang kesimpulan dari memahami ayat Al Qur’an terkait dengan perintah berpuasa di bulan Ramadan. Bukan dalam konteks emosional, melainkan dalam konteks akademis.

Berikut ini adalah ayat utama yang memerintahkan kita untuk berpuasa.

Qs. Al-Baqarah (2) : 183
“Wahai orang-orang yang BERIMAN, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Cobalah perhatikan, siapakah yang dipanggil Allah untuk menjalankan ibadah puasa dalam bulan Ramadan? Jawabnya: orang yang BERIMAN.

Dengan kata lain, Allah tidak memanggil orang-orang yang tidak beriman. Setidak-tidaknya, nggak usah melanjutkan membaca ayat tersebut. Karena, kalimat berikutnya itu hanya ditujukan kepada mereka yang beriman. Yakni: perintah puasa agar menjadi orang yang bertakwa.

Berarti, jika kita tidak termasuk orang beriman, kita tidak diwajibkan berpuasa? Dan tidak berpeluang untuk menjadi orang yang bertakwa? Ya. Karena bagi orang yang tidak beriman, ibadah puasa yang semestinya penuh makna menjadi tidak berarti apa-apa. Tidak menyehatkan. Tidak membuatnya lebih bertakwa. Apalagi, lebih mendekatkan dia kepada Allah. Puasa hanya akan berdampak secara lahiriah maupun batiniah ketika kita mendahuluinya dengan keimanan.

 Maka, sungguh sedemikian penting keimanan sebagai pondasi bagi proses beragama. Sehingga tidak heran, Allah memberikan pilihan secara sangat tegas terkait hal ini.

Qs. Al-‘Israa’ (17) : 107
“Katakanlah: BERIMAN-lah kamu kepadanya atau TIDAK USAH beriman (sekalian). Sesungguhnya orang-orang yang diberi PENGETAHUAN sebelumnya, apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil BERSUJUD.”

Menurut ayat diatas, keimanan memiliki keterkaitan erat dengan pengetahuan. Yakni, sebuah kepahaman atas suatu masalah yang menyebabkan dia menjadi YAKIN. Itulah Iman. Seseorang tidak akan bisa “yakin” kalau tidak memiliki pengetahuan atas suatu hal. Dan dia tidak akan memiliki pengetahuan tentang hal itu, kalau tidak mempelajarinya. Dan dia tidak akan bisa mempelajarinya, kalau tidak menggunakan akal kecerdasannya secara sehat.

Itulah yang saya maksudkan dengan pembahasan kemarin, bahwa keimanan memiliki kaitan erat dengan akal kecerdasan. Sehingga runtutannya menjadi demikian: orang berakal mesti menggunakan kecerdasannya untuk belajar, yang dengan belajar itu ia kemudian menjadi paham dan yakin, dan lantas memiliki komitmen untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya. Itulah PROSES KEIMANAN. Bukan sekedar ikutan-ikutan percaya.

Maka, kembali kepada ayat tentang puasa di atas, panggilan untuk berpuasa hanya ditujukan kepada mereka yang sudah beriman. Yakni, orang yang sudah memiliki pengetahuan tentang “seluk beluk puasa”, sehingga dia “yakin” bahwa puasa ini sangat “bermanfaat” secara lahiriah maupun batiniah. Dan, kemudian dia berkomitmen untuk menjalankannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan niat yang dijaganya secara istiqomah dalam perbuatannya.

Jika ini yang terjadi, maka kalimat berikutnya di dalam ayat puasa itu bakal menunjukkan dampaknya. Yakni: la’allakum tattaqun - menjadi orang yang bertakwa. Karena, memang, ketakwaan adalah hasil akhir dari proses puasa yang berbasis pada keimanan.

Bagaimana menurut Anda?

Kamis, 09 Juni 2016

[5] - BERIMANLAH DENGAN AKAL SEHAT

KUALITAS amal ibadah kita sangat dipengaruhi oleh kualitas niat. Begitulah yang kita simpulkan dari dua sesi pembahasan sebelum ini. Selanjutnya, niat dan amal yang baik bakal menghasilkan kualitas keimanan yang baik pula.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Jika kita berniat puasa yang menyehatkan, konsekuensinya adalah mengikuti cara Rasul dalam mengatur pola makan yang baik dan benar. Yakni: halalan thayyiban.
Halal adalah “yang tidak haram”.
Sedangkan thayyib adalah “yang baik”: secara kandungan gizi, sesuai porsi, dan longgar frekuensinya.
Makan yang terlalu banyak, tak seimbang gizinya, dan terlalu sering frekuensinya pastilah “tidak thayyib”. Meskipun halal. Puasa yang demikian, pasti tidak berdampak menyehatkan. Malah bikin sakit.

Demikian pula ketika kita berniat puasa yang menuju pada ketakwaan.
Konsekuensinya: selama Ramadan ini kita mesti mendidik diri sendiri untuk terus berperilaku lebih terkontrol dalam kebaikan.
Orang yang bertakwa adalah orang yang suka menolong orang lain dengan harta bendanya dalam keadaan lapang maupun sempit, tidak mudah marah dan gampang memaafkan orang yang menyakitinya, serta selalu ingat Allah ketika berbuat dosa, memohon ampunan kepada-Nya dan tidak meneruskan perbuatan buruknya.
Begitulah Allah mengindikasikan tipikal orang-orang bertakwa di dalam Al Quran

Qs. ‘Ali ‘Imran (3) : 133-135.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang BEERTAKWA,
(yaitu) orang orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang berbuat kebajikan.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Niat ibadah yang lillahi ta’ala tidaklah berseberangan dengan niat puasa yang “menyehatkan dan menjadikan takwa”. Justru menjadi penyempurna.

Bahwa, kita berpuasa “yang menyehatkan dan menjadikan takwa” itu dikarenakan Allah dan Rasul-Nya menyuruh kita untuk demikian.
Allah dan Rasul menyuruh kita menjadi orang yang sehat lahir dan batin dengan cara berpuasa.
Tidak ada kontradiksi disini.

Sehingga tak perlu disimpulkan: kalau niatnya “pingin sehat dan bertakwa” berarti tidak lillahi ta’ala. Dan sebaliknya, kalau lillahi ta’ala tidak usah meniatkan “sehat dan takwa”. Semuanya berada di dalam “satu tarikan nafas” belaka.

Justru inilah manisfestasi dari keimanan dalam Islam.
Keimanan adalah “keyakinan logis” terhadap aturan agama. Bukan keyakinan yang ikut-ikutan.

Qs. Yunus (10) : 100
“Dan tidak ada seorang pun akan BERIMAN kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan KEMURKAAN kepada orang-orang yang tidak mempergunakan AKAL-nya (dalam berproses menuju keimanan itu).

Termasuk keimanan kepada Allah sekalipun. Kenapa kita beriman kepada Allah dan menjadikan Dia Tuhan dalam hidup kita, misalnya? Tentu, dikarenakan Allah pantas diagungkan sebagai Tuhan. Dialah Tuhan yang Maha Segala-galanya. Seandainya tidak pantas, pastilah kita akan mencari tuhan yang lain. Tuhan yang sebenarnya. Bukan yang tuhan-tuhanan, dan tidak pantas kita posisikan sebagai Tuhan.

Demikian pula, kenapa kita melakukan ibadah? Karena kita memang membutuhkan ibadah itu. Sebuah aktivitas yang memberikan banyak kemanfaatan bagi diri sendiri maupun masyarakat luas. Lahiriah maupun batiniah. Badan maupun jiwa. Yang karenanya, kita lantas bersyukur kepada Allah yang demikian mengasihi dan menyayangi kita, karena telah memberikan cara untuk me-manage hidup kita melalui peribadatan.

Qs. Al Baqarah (2) : 185
“Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, hendaklah ia berpuasa di dalamnya. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka), maka (hendaklah ia mengganti puasanya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki KEMUDAHAN bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah ATAS PETUNJUK-Nya yang diberikan kepadamu, SUPAYA kamu BERSYUKUR."

Bagaimana menurut Anda?

Rabu, 08 Juni 2016

[4] – UNTUK SIAPAKAH IBADAHMU?

SELAIN “niat” yang bertujuan obyektif - seperti yang kita bahas kemarin - “niat” juga memiliki tujuan subyektif. Perbedaannya terletak pada “apa” dan “siapa” yang menjadi tujuan puasa atau ibadah kita. Pada intinya, “niat” harus dikaitkan dengan “tujuan”. Sebuah perbuatan yang tidak dikaitkan dengan tujuan, menjadi tidak jelas langkah operasionalnya. Dan kemudian kita sebut sebagai ”nggak niat”.

Coba bayangkan, hari ini Anda keluar rumah “tanpa tujuan”. Kira-kira apa yang menjadi “niat” Anda keluar rumah? Menjadi nggak jelas, bukan? Berbeda dengan ketika Anda bepergian dengan tujuan yang jelas. Untuk bisnis, misalnya. Maka, Anda akan bisa menentukan hal-hal apa saja yang Anda perlukan untuk mencapai tujuan bisnis tersebut. Mulai dari kesiapan konsep, modal, SDM, peralatan, bahkan jaringan pemasaran.

Tujuan yang jelas akan menentukan cara yang jelas dalam mencapainya. Dan ini kemudian menjadikan “niat” kita menjadi jelas juga. Orang-orang yang tidak jelas dalam menjalankan pekerjaannya sering kita sebut sebagai orang yang ”nggak niat” bekerja. Lha wong tujuan nggak jelas, operasional nggak jelas, lantas apa yang mau dia peroleh dengan cara yang seperti itu?

Demikian pula dengan puasa dan ibadah kita pada umumnya. Letakkanlah “tujuan Anda” beribadah dalam koridor yang jelas. Yang secara pertanyaan, telah saya sampaikan dalam diskusi kemarin: “untuk APA” dan “untuk SIAPA” puasa yang kita lakukan ini. Yang dalam kajian hari ini kita bisa memperluasnya: bukan hanya puasa, melainkan ibadah pada umumnya.

Secara obyektif tujuan puasa adalah “supaya sehat” dan “supaya bertakwa”. Selain bersumber pada hadits shumu tashihu yang dianggap kontroversial sebenarnya ada sejumlah hadits yang mengajarkan tentang pentingnya “puasa sebagai obat” untuk mencapai kesehatan tubuh kita, yang diriwayatkan secara sahih oleh Imam Muslim. Sedangkan puasa untuk ketakwaan, jelas-jelas disampaikan Allah dalam Qs. Al-Baqarah (2):183.

Dalam tema hari ini, kita membahas “niat” dalam konteks “tujuan subyektif” melalui pertanyaan: Untuk Siapa Ibadahmu? Jawaban yang benar atas pertanyaan ini bakal menentukan “niat yang benar” pula. Yang pada gilirannya, akan menghasilkan amalan yang benar, dan akhirnya hasil yang benar.

Jadi, “untuk SIAPAKAH ibadahmu?” Untuk Allah-kah? Atau untuk dirimu sendiri? Kalau untuk Allah, apakah Allah memang membutuhkan ibadahmu? Sehingga, sampai ada yang mengatakan bahwa Allah itu “menjadi Tuhan” karena disembah oleh makhluk-Nya. Dan jika tidak ada yang menyembah-Nya, maka eksistensi Tuhan pun menjadi tidak ada.

Ataukah, ibadah kita ini sebenarnya ya untuk diri kita sendiri. Karena Allah memang tidak membutuhkan apa pun dari makhluk-Nya. Allah adalah Allah, yang tetap menjadi Tuhan meskipun seluruh makhluk tidak menyembah-Nya.

Namun, jika ibadah kita ini untuk diri sendiri, lantas dimana “posisi Allah” dalam hakikat peribadatan kita? Jangan-jangan ibadah yang demikian itu berubah menjadi praktek “menyembah dan mempertuhankan” diri kita sendiri…?!

Bagaimana menurut Anda?

Selasa, 07 Juni 2016

[3] – UNTUK APAKAH PUASAMU?

ALHAMDULILAH hari ini kita telah memasuki Ramadan hari pertama. Marhaban ya Ramadan. Marhaban pula untuk sahabat semuanya di bulan suci yang penuh hikmah, barokah dan maghfirah. Semoga Allah menyampaikan usia kita untuk menikmati bulan suci ini sampai hari terakhirnya.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hal pertama yang harus kita mantapkan dalam jiwa kita setiap melakukan ibadah adalah menata NIAT. Rasulullah mengajari kita bahwa kualitas setiap amalan yang kita lakukan bergantung pada kualitas niatnya. Innamal a’malu binniyat. Niatnya bagus, kualitas amalnya bagus. Niatnya buruk, kualitas amalnya ikut buruk. Meskipun jenis dan kuantitas amalannya sama.

Secara fikih, banyak diantara kita yang menganggap “niat” hanyalah sekedar ucapan lisan maupun sirri (dalam hati) saat hendak melakukan perbuatan. Misalnya, menjelang puasa diwajibkan untuk mengucapkan kalimat niat: nawaitu shauma ghadin an’adai fardhi syahri ramadhana hadzihissanati lillahi ta’ala… “saya berniat puasa esok hari untuk menunaikan kewajiban dalam bulan Ramadan tahun ini karena Allah semata”.

Dalam sudut pandang tasawuf, “niat” memiliki makna yang sangat mendalam. Dan menjadi “ruh” setiap ibadah. Itulah sebabnya, Rasulullah sampai mengatakan: “(kualitas) amalan bergantung pada niat”. Ini bukan bermakna sekedar rukun dan syariat, melainkan bermakna hakikat. Bahwa, ibadah yang sama bisa memiliki dampak yang berbeda ketika niatnya juga berbeda.

Puasa yang diniatkan untuk “menjadi sehat”, berbeda dengan puasa yang diniatkan untuk sekedar “menjalankan kewajiban”. Orang yang meniatkan puasanya sebagai cara untuk menjadi sehat, mereka akan berusaha menata “pola makan” dan “pola hidupnya” lewat puasa. Sehingga, puasa akan benar-benar berdampak bagi kesehatan. Sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah: shuumu tashihu - “berpuasalah niscaya kamu sehat”.

Sayangnya, fakta di lapangan masih menunjukkan bahwa umat Islam justru makan lebih banyak di bulan Ramadan. Buktinya, peredaran sembilan bahan pokok (beras, tepung, minyak goreng, telur, dlsb) justru meningkat di sekitar Ramadhan dan lebaran.

Selain itu, Allah juga mengajarkan di dalam firman-Nya bahwa puasa bertujuan untuk menjadi bertakwa, sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran

Qs. Al Baqarah (2) : 183
“Wahai orang-orang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang terdahulu, mudah-mudahan kalian menjadi bertakwa”.

Maka, selain meniatkan puasa untuk tujuan kesehatan, kita juga perlu meniatkan secara sungguh-sungguh puasa kita untuk tujuan ketakwaan. Yakni, kemampuan “mengontrol diri” secara perilaku.
Niat yang kuat untuk menata perilaku lewat puasa akan menghasilkan dampak yang signifikan dalam akhlaq kita, dibandingkan dengan mereka yang berpuasa hanya karena “terbawa arus” Ramadan yang terjadi di sekitarnya. Para pelaku puasa, seusai Ramadan insya Allah akan menjadi lebih sabar, lebih ikhlas, lebih pemaaf, lebih bijak, lebih dermawan, lebih jujur, lebih adil, dan lain sebagainya.

Maka, mumpung masih di awal Ramadan marilah kita menata “niat” dalam arti yang sesungguhnya. Bukan sekedar ucapan yang menjadi rukun ibadah kita. Yang dengan niat itu kita puasakan “pencernaan dan metabolisme” tubuh kita secara lahiriah. Sekaligus mempuasakan “pikiran dan perasaan” saat beraktivitas dalam keseharian. Sebuah niat yang akan menjaga kualitas amal ibadah puasa di bulan Ramadan untuk mencapai kualitas yang setinggi-tingginya.

Bagaimana menurut Anda?

Senin, 06 Juni 2016

[2] – KALENDER BIZONAL vs KALENDER UNIFIKASI MENGUATKAN METODE RQG

MENJELANG bulan suci Ramadan 1437 H, para ulama dari berbagai negeri Islam melakukan kongres di Turki dalam tajuk “International Hijri Calendar Unity Congress”. Acara tersebut digelar oleh Kementerian Agama Turki bekerjasama dengan ICOP (Islamic Crescent Observation Project), The European Council for Fatwa and Research, dan Kandili Observatory.

Kongres yang dihadiri oleh 130 delegasi dari berbagai negeri Islam itu sedang berusaha menyatukan pemahaman dan persepsi tentang perlunya kalender yang berlaku universal bagi umat Islam di seluruh dunia. Sebuah upaya yang sangat menggembirakan dan perlu dukungan kita semua. Karena, sungguh kita prihatin dengan perpecahan di segala bidang yang terjadi selama ini – bahkan hanya untuk mempersepsi sebuah kalender yang berlaku global pun kita nggak bisa akur selama ratusan tahun.

Beberapa nama terkenal hadir di acara tersebut, diantaranya adalah Yusuf al Qaradlawi selaku ketua persatuan ulama dunia, Muhammad Syaukat Audah pendiri dan ketua ICOP, Nidhal Guessoum pakar Astrofisika Aljazair yang kini menjadi guru besar di American University of Sharjah UEA, Jamaludin Abdurraziq ilmuwan Maroko pencetus Kalender Unifikasi, dan Syaraf Al Qudah pakar Syariah Jordania. Sedangkan dari Indonesia, hadir Prof. Dr. Syamsul Anwar Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dan Hendro Setyanto Msi sebagai anggota Lajnah Falakiyah PBNU.

Intinya, para ulama Islam dunia kini semakin mengarah kepada penyatuan kalender yang berbasis pada pengamatan astronomi modern. Dan lagi, mengarah kepada hari yang sama untuk tanggal yang sama, ataupun tanggal yang sama untuk hari yang sama, di seluruh muka bumi. Artinya, jika di suatu negeri tanggal 1 Ramadan jatuh hari Senin, maka negeri-negeri di seluruh dunia harus berada pada hari dan tanggal yang sama.

Ini berbeda dengan Kalender Bizonal, yang menentukan adanya dua tanggal dan dua hari yang berbeda di permukaan bumi, seperti kalender Masehi. Misalnya, di Indonesia hari Senin, di Amerika masih hari Minggu. Dalam kalender unifikasi, seluruh permukaan bumi ditetapkan sebagai hari yang sama, seiring dengan tenggelamnya matahari.

Pedoman kalender unifikasi adalah terjadinya konjungsi atau ijtimak di bagian yang paling barat permukaan Bumi. Maka, seluruh permukaan bumi di sebelah timurnya memiliki hari yang sama dalam jangkauan 24 jam. Artinya, patokan utamanya adalah posisi terjadinya peristiwa konjungsi sebagai penanda habisnya bulan lama, dan datangnya bulan baru.

Pedoman ini mirip dengan apa yang saya utarakan dalam konsep Rukyat Qobla Ghurub (RQG). Bahwa penanda datangnya bulan baru adalah peristiwa “konjungsi”. Sedangkan penanda datangnya hari baru adalah waktu “maghrib” yang terjadi seiring dengan tenggelamnya matahari di masing-masing negeri. Sangat sederhana.

Sebagai contoh, hari Minggu, 5 Juni 2016, konjungsi bakal terjadi pukul 10.00 wib. Maka, bulan Ramadan 1437 H sudah hadir di seluruh permukaan bumi. Namun, permulaan hari di Indonesia adalah sekitar 7,5 jam kemudian saat maghrib menjelang. Sedangkan di Arab Saudi, maghrib akan datang sekitar 4-5 jam berikutnya. Tetapi, seluruh negeri di muka bumi memiliki hari dan tanggal yang sama.

Sebuah upaya yang semakin maju untuk menyamakan persepsi umat Islam Global. Meskipun masih ada beberapa kriteria yang harus dikaji lebih lanjut untuk menyempurnakannya. Semoga ke masa depan, umat Islam bisa memperoleh jalan keluar terbaiknya. 

Bagaimana menurut Anda?

Minggu, 05 Juni 2016

[1] – MENYONGSONG RAMADAN DAN PENYATUAN KALENDER HIJRIYAH GLOBAL

Mulai hari ini, Agus Mustofa – penulis buku-buku best seller Tasawuf Modern – akan menemani Anda setiap hari selama bulan Ramadan 1437 H dalam kolom: “Ngaji Tasawuf Modern”. Selain menulis opininya secara ringkas, pak AM akan melayani diskusi dan tanya jawab seputar materi hari ini. Silakan masuk ke ruang perpustakaan online “AGUS MUSTOFA eLibrary” dengan cara mengklik link: agusmustofa.com. Semoga menjadi barokah penuh hikmah dalam menjalani ibadah puasa tahun ini. Salam.

-----------------------------------------------------------------------------------

DUA HARI lagi umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadan. Yakni: Senin, 6 Juni 2016. Namun kawan saya bilang: Kata siapa? Bukankah umat Islam masih memiliki perbedaan dalam menyikapi datangnya Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha? Bahkan, juga dalam menyikapi kalender hijriyah internasional. Sehingga, selalu masih ada peluang untuk memulai hari-hari istimewa itu dengan perbedaan. Padahal, sesungguhnya kita sangat merindukan kebersamaan. Termasuk untuk memulai ibadah puasa kali ini.

Tahun ini, sebenarnya, umat Islam Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk memulai puasa Ramadan bersama. Kenapa? Karena, ketinggian hilal saat maghrib sudah di atas 4 derajat. Ini sudah melampaui kriteria 2 derajat yang disyaratkan oleh metode “Imkan Rukyat” yang dianut pemerintah dan Negara-negara Asia Tenggara.

Bahwa, jika bulan bulan sabit di akhir Syakban sudah berada di atas 2 derajat, ia menjadi “mungkin untuk dilihat”. Meskipun, kenyataannya selama diberlakukannya kriteria itu, hilal tidak pernah kelihatan. Jangankan oleh mata telanjang, peralatan pun tidak pernah melihatnya. Karena itu, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, ed.) sebagai bagian dari pemerintah pun merevisi kriteria itu menjadi 4 derajat.

Nah, tahun ini akhir Syakban yang akan terjadi Minggu, 5 Juni 2016, pukul 10.00 WIB itu akan menghasilkan hilal maghrib setinggi lebih dari 4 derajat. Maka, mestinya hilal Ramadan akan bisa dilihat. Kecuali tertutup oleh awan tebal. Dan mengkhawatirkannya, selama beberapa hari ini mendung tebal terus bergelayutan di atas langit Indonesia. Bahkan sudah terjadi hujan deras sampai menimbulkan banjir beberapa hari di Surabaya. Cuaca ini diperkirakan akan terus terjadi sampai saat rukyat Ramadan.

Dampaknya, tentu bisa menghalangi penglihatan mata perukyat. Dan kemudian mempengaruhi kesimpulan penetapan awal Ramadan. Berdasarkan rukyat, jika hilal tertutup awan, maka bulan Syakban harus digenapkan 30 hari. Artinya, meskipun hilal sudah di atas 4 derajat, jika ia tertutup awan, awal Ramadan baru akan dimulai Selasa, 7 Juni 2016. Tentu, berbeda dengan para penganut hisab yang ‘sudah pasti’ menetapkan awal Ramadannya Senin, 6 Juni 2016.

Selain itu, ada peristiwa menarik di dunia internasional pada 28-30 Mei yang lalu. Yakni, pertemuan para ulama Islam di Turki untuk membicarakan penyatuan kalender hijriyah internasional.
Ada dua pendapat yang dibahas disana dalam rangka menyatukan kalender hijriyah itu.
Yang pertama, konsep “Kalender Bizonal” dimana wilayah bumi dibagi ke dalam dua zona waktu: barat dan timur, seperti yang berlaku pada kalender masehi.
Dan yang kedua adalah “Kalender Penyatuan” yang menetapkan seluruh permukaan bumi dalam tanggal yang sama.

Menariknya, untuk menetapkan kalender mana yang akan dipakai sebagai penanggalan umat Islam itu, para delegasi memutuskannya dengan cara voting ala rapat anggota DPR. Tentu, setelah musyawarah secara ilmiah menemui jalan buntu.
Dari 130 orang delegasi yang hadir: 80 orang menyatakan setuju dengan “Kalender Penyatuan”, 30 orang setuju dengan ‘Kalender Bizonal”, dan sisanya abstain maupun tidak sah. Sebuah keputusan yang menyimpan potensi perbedaan, karena tidak menyentuh paradigma dasar dalam menyusun kalender bersama.

Ahh, menjelang Ramadan Suci tahun ini pun, ternyata umat Islam masih saja sibuk menyikapi cara beribadahnya dengan mekanisme politik yang memunculkan potensi perbedaan secara tidak substansial. Nggak di tingkat nasional, nggak juga di tingkat internasional.

Bagaimana menurut Anda?

Jumat, 07 November 2014

Keimanan dan Ilmu Pengetahuan

Sahabat JERNIH yang dirahmati oleh Allah...

“Ilmu pengetahuan harus dibuktikan terlebih dahulu, baru diyakini... Sedangkan dalam beragama haruslah yakin terlebih dahulu!“

Kalimat di atas adalah pandangan yang umum di kalangan masyarakat kita. Yang namanya agama itu sudah fix, harus diyakini tanpa kecuali, tidak perlu dipertanyakan, apalagi dibuktikan! Jika anda ragu berarti keimanan anda patut dipertanyakan!

Benarkah demikian?

Saya termasuk yang tidak sependapat dengan pemahaman di atas. Manusia dikaruniai akal untuk menimba ilmu dan mencari kebenaran. Keragu-raguan dan keinginan untuk bertanya adalah bagian dari proses atas semua itu, yang telah didisain oleh Sang Pencipta. Maka, mengapa kita harus mengingkarinya?

Sejak dahulu saya selalu percaya bahwa Islam adalah ‘agama pencarian’ terhadap suatu kebenaran, bukan ajaran dogma yang mengharuskan manusia untuk mengebiri akalnya sendiri. Al Qur’an melarang manusia untuk beragama dengan cara ikut-ikutan, melainkan segala sesuatunya haruslah dipelajari dan dipahami terlebih dahulu.

QS Al Israa’ (17) : 36
Dan JANGANLAH kamu MENGIKUTI apa yang kamu TIDAK mempunyai PENGETAHUAN tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Oke ..... agama memang harus dicari, dipelajari, dan dipahami, tapi apakah perlu dibuktikan? Bukankah ketika manusia ingin membuktikan kebenaran agama sama dengan menantang kebesaran Tuhan dan menodai kesakralan agama itu sendiri?

Mari kita cari jawabannya di Al Qur’an ^_^

Sesungguhnya jika kita mau untuk mengkaji dan memahami ajaran Al Qur’an, kita tidak akan berkesimpulan bahwa agama haruslah diimani tanpa pembuktian. Ada banyak sekali ayat dan kisah dalam Al Qur’an yang mendorong manusia untuk senantiasa mencari bukti-bukti atas kebenaran, dan sekaligus menyampaikan kebenaran tersebut dengan bukti-bukti yang disertai argumen yang logis pula.

Misalkan saja dalam kisah Nabi Ibrahim. Jika kita telusuri perjalanan hidup beliau yang terekam di dalam Al Qur’an, ternyata Nabi Ibrahim tidak serta merta meraih iman tanpa didahului proses yang panjang.
Anda bisa membaca bagaimana Nabi Ibrahim mengalami pergulatan keimanan dalam berproses ‘mencari’ Tuhannya, mulai dari memperhatikan bintang, bulan, dan matahari yang sempat disangka sebagai ‘tuhannya’, namun pada akhirnya ketika benda-benda langit tersebut menghilang, beliau meraih kesimpulan bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Tuhan Sang Pencipta alam semesta beserta isinya. Ketika kemudian Nabi Ibrahim memutuskan untuk berdakwah kepada umat manusia, beliau selalu menggunakan mekanisme dialog yang rasional disertai pembuktian akan kebenaran risalah yang dibawakannya.

QS Al Anbiyaa’ (21) : 56
Ibrahim berkata: “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat MEMBERIKAN BUKTI atas yang demikian itu”.

Nabi Muhammad pun dalam menerima wahyu Ilahi berupa ayat-ayat Al Qur’an juga tidak serta merta yakin. Segera sesudah menerima wahyu pertama, Rasulullah merasa ragu apakah beliau benar-benar menerima wahyu dari Tuhan atau hanya sekedar berhalusinasi belaka.
Istri Rasulullah, Siti Khadijah, berusaha meyakinkan beliau bahwa Tuhan tidak akan menyesatkan orang yang berakhlak semulia Nabi Muhammad.
Dalam perjalanannya menerima wahyu, Allah juga tidak henti-hentinya menurunkan ayat-ayat yang isinya adalah perintah untuk mengamati tanda-tanda keberadaan dan kebesaran Allah, sehingga Rasulullah bisa yakin! Sehingga ketika kemudian Rasulullah berdakwah, beliau juga senantiasa mengemukakan berbagai argumen yang rasional disertai bukti-bukti yang nyata.

QS Al An’aam (6) : 104
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu BUKTI-BUKTI YANG TERANG; maka barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kerugiannya kembali kepadanya. Dan aku sekali-kali bukanlah pemelihara (mu).

QS Al A’raaf (7) : 203
Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur'an kepada mereka, mereka berkata: “Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Qur'an ini adalah BUKTI-BUKTI YANG NYATA dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Maka demikian sebaliknya, ketika Nabi Muhammad ditantang oleh kaum yang mendustakan ayat-ayatnya, beliau diperintahkan oleh Allah untuk meminta bukti-bukti kebenaran dari kaum yang mendustakan kenabiannya tersebut.

QS An Naml (27) : 64
Atau siapakah yang menciptakan, kemudian mengulanginya, dan siapa yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: “TUNJUKKANLAH BUKTI KEBENARANMU, jika kamu memang orang-orang yang benar”.

QS Al Baqarah (2) : 111
Dan mereka (kaum Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanyalah sekedar) angan-angan mereka saja. Katakanlah: “TUNJUKKANLAH BUKTI KEBENARANMU jika kamu adalah orang yang benar”.

Dan itu juga berlaku bagi para nabi lainnya!

QS At Taubah (9) : 70
Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa BUKTI-BUKTI YANG NYATA; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Anda bisa eksplorasi sendiri kitab suci Al Qur’an untuk mencari ayat-ayat yang berbicara tentang ‘bukti-bukti kebenaran’, dan anda tidak akan mendapatkan pembenaran sedikit pun di dalam Al Qur’an, bahwa manusia harus beragama dengan doktrin dan taklid buta, melainkan diajarkan untuk selalu mencari bukti-bukti kebenaran agar kita mendapatkan iman yang sebenar-benarnya.

Maka jika kebenaran itu telah terbukti dengan nyata, namun kita tetap saja menolak untuk beriman.... Hati-hati, karena Allah akan murka dengan kekufuran kita!

QS Yunus (10) : 100
Dan tidak ada seorang pun akan BERIMAN kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan KEMURKAAN kepada orang-orang yang TIDAK MEMPERGUNAKAN AKALNYA.

Anda bisa perhatikan bahwa ada keterkaitan iman dan akal. Allah jelas tidak menghendaki umatnya beriman secara membabi buta sehingga menjadi umat yang bodoh dan bebal. Islam selalu mengajarkan umatnya untuk bersikap kritis dan tidak mudah percaya pada segala sesuatu tanpa adanya pembuktian.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin kritis dan cerdas. Ini adalah tantangan bagi umat Islam di tengah-tengah laju peradaban yang semakin canggih. Umat Islam tidak akan bertahan apabila tidak dibudayakan sikap kritis dan haus ilmu pengetahuan. Jika saja tradisi beragama secara dogma dan taklid buta ini terus menerus kita pertahankan, jangan kaget jika dalam 10 atau 20 tahun ke depan, agama Islam ini akan mulai ditinggalkan pengikutnya, sebagaimana nasib Kekristenan di benua Eropa.

Namun jangan khawatir, karena saya yakin hal itu tidak akan terjadi, selama umat Islam mau kembali kepada nilai-nilai hikmah dalam Al Qur’an!
Karena Islam adalah ajaran yang mencerdaskan umatnya, bukan membodohkan ^_^

Allahu’alam ...


Semoga bermanfaat

Minggu, 11 Mei 2014

Teori agar mendapat hikmah (kepahaman) Al Qur'an (BAGIAN 1)



MOHON LINDUNGAN ALLAH DARI GODAAN IBLIS SYAITAN YANG TERKUTUK

QS. Al-'A`raf [7] : 16-17
(Iblis) menjawab, "Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,
kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."

QS. Al-Hijr [15] : 39-42
Ia (Iblis) berkata, "Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka." Dia (Allah) berfirman, "Ini adalah jalan yang lurus (menuju) kepada-Ku." Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat.

QS. Al-'A`raf [7] : 30
Sebagian diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi sepantasnya menjadi sesat. Mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung selain Allah. Mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.

QS. An-Nahl [16] : 98
Maka apabila engkau membaca Al-Qur'an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.

QS. Fussilat [41] : 36
Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

QS. Taha [20] : 117
Kemudian Kami berfirman, "Wahai Adam! Sungguh ini (Iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka.

QS. Al-Mu'minun [23] : 97-98
Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan, dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, agar mereka tidak mendekati aku."


MEMBACA DAN MEMPELAJARI AL-QUR`AN TIDAK BOLEH TERGESA-GESA

QS. Taha [20] : 114
Maka Maha tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. "

QS. Al-Muzzammil [73] : 4
atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan.

QS. Al-Qiyamah [75] : 16
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya


MOHON BIMBINGAN DAN MOHON DITAMBAHKAN ILMU DARI ALLAH

QS. Al-Baqarah [2] : 32
Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

QS. Yusuf [12] : 22
Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

QS. Taha [20] : 114
Maka Maha tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. "

QS. Ash-Shu`ara' [26] : 83
(Ibrahim berdoa), "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,


MEMBACA AL-QUR`AN HARUS MENDAHULUKAN SURAT ATAU AYAT YANG MUDAH DIMENGERTI ATAU SURAT DAN AYAT MUHKAMAT

QS. 'Ali `Imran [3] : 7
Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu. Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamāt, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyābihāt. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutāsyabihāt untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, "Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.
Taha [20] : 2
Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar engkau menjadi susah;

QS. Al-Qamar [54] : 17, 22, 32 dan 40
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

QS. Al-Muzzammil [73] : 20
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.


MEMBACA DAN MEMPELAJARI AL-QUR`AN TIDAK HARUS MENUNGGU PANDAI BERBAHASA ARAB, TETAPI DIPERBOLEHKAN DENGAN BAHASANYA MASING-MASING

QS. 'Ali `Imran[3]:138
Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

QS. 'Ibrahim [14] : 4
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.

QS. Maryam [19] : 97
Maka sungguh, telah Kami mudahkan (Al-Qur'an) itu dengan bahasamu, agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.

QS. Ad-Dukhan [44] : 58
Sungguh, Kami mudahkan Al-Qur'an itu dengan bahasamu agar mereka mendapat pelajaran.

QS. Al-Jathiyah [45] : 20
(Al-Qur'an) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.


SELAMA PROSES MEMBACA AL-QUR`AN HARUS SELALU MENGGUNAKAN AKAL AGAR TETAP MENDAPATKAN RIDHO ALLAH

QS. Yunus [10] : 100
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

QS. Yusuf [12] : 111
Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

QS. Yusuf [12] : 22
Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

QS. Ar-Ra`d [13] : 3-4
Dan Dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan; Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mempergunakan akalnya.

QS. Ar-Ra`d [13] : 19
Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,

QS. 'Ibrahim [14] : 52
Dan (Al-Qur'an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran.

QS. Taha [20] : 54
Makanlah dan gembalakanlah hewan-hewanmu. Sungguh, pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.

QS. Ar-Rum [30] : 28
Dia membuat perumpamaan bagimu dari dirimu sendiri. Apakah (kamu rela jika) ada di antara hamba sahaya yang kamu miliki, menjadi sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, sehingga kamu menjadi setara dengan mereka dalam hal ini, lalu kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada sesamamu. Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mempergunakan akalnya.


AL QUR’AN ADALAH PEDOMAN HIDUP SELURUH UMAT MANUSIA

QS. Al-Qalam [68] : 52
Padahal (Al-Qur'an) itu tidak lain adalah pelajaran bagi seluruh alam.

QS. 'Ali `Imran [3] : 138
Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

QS. Al-'An`am [6] : 90
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.

QS. 'Ibrahim [14] : 52
Dan (Al-Qur'an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran.

QS. Az-Zumar [39] : 41
Sungguh, Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan membawa kebenaran untuk manusia; barangsiapa mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa sesat maka sesungguhnya kesesatan itu untuk dirinya sendiri, dan engkau bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.

QS. Al-Jathiyah [45] : 20
(Al-Qur'an) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.


AL QUR’AN MEMBENARKAN KITAB-KITAB SUCI SEBELUMNYA

QS. 'Ali `Imran [3] : 3
Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,

QS. An-Nisa' [4] : 136
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.

QS. Al-Ma'idah [5] : 48
Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan,

QS. Al-'An`am [6] : 92
Dan ini (Al-Qur'an), Kitab yang telah Kami turunkan dengan penuh berkah; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang beriman kepada (kehidupan) akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan mereka selalu memelihara salatnya.

QS. Al-'A`raf [7] : 157-158
(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang beruntung.
Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk."

QS. Yunus [10] : 37
Dan tidak mungkin Al-Qur'an ini dibuat-buat oleh selain Allah; tetapi (Al-Qur'an) membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan seluruh alam.

QS. Yusuf [12] : 111
Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

QS. Fatir [35] : 31
Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Quran) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.


ISLAM YANG DIRIDHOI ALLAH HARUS BERLANDASKAN AL QUR’AN

QS. 'Ali `Imran [3] : 19
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

QS. 'Ali `Imran [3] : 84
Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri."
Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.

QS. Al-'Isra' [17] : 53
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.

QS. Al-Ma'idah [5] : 91
Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan salat, maka tidakkah kamu mau berhenti?

QS. Al-'A`raf [7] : 56
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.

QS. Al-'A`raf [7] : 74
Dan ingatlah ketika Dia menjadikan kamu khalifah-khalifah setelah kaum 'Ad dan menempatkan kamu di bumi. Di tempat yang datar kamu dirikan istana-istana dan di bukit-bukit kamu pahat menjadi rumah-rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi.

QS. Al-'A`raf [7] : 85
Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syuaib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman."

QS. An-Nisa' [4] : 56
Sungguh, orang-orang yang ingkar kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Maha-perkasa, Maha Bijaksana.

QS. An-Nahl [16] :104
Sesungguhnya orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al-Qur'an), Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan mereka akan mendapat azab yang pedih.

Al-Kahf [18] : 105
Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sia amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.


AL QUR’AN SEBAGAI PETUNJUK, PERINGATAN DAN PELAJARAN BAGI MANUSIA

QS. Al-Baqarah [2] : 2
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

QS. Al-'Isra' [17] : 9
Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,

QS. Al-'Isra'[17] : 41
Dan sungguh, dalam Al-Qur'an ini telah Kami (jelaskan) berulang-ulang (peringatan), agar mereka selalu ingat. Tetapi (peringatan) itu hanya menambah mereka lari (dari kebenaran).

QS. Taha [20] : 113
Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menjelaskan berulang-ulang di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa, atau agar (Al-Qur'an) itu memberi pengajaran bagi mereka.

QS. An-Naml [27] : 77
Dan sungguh, (Al-Qur'an) itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

QS. Al-Qamar [54] : 17, 22, 32 dan 40
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

QS. Al-Haqqah [69] : 48
Dan sungguh, (Al-Qur'an) itu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

QS. Al-Muddaththir [74] : 54-56
Tidak! Sesungguhnya (Al-Qur'an) itu benar-benar suatu peringatan.
Maka barangsiapa menghendaki, tentu dia mengambil pelajaran darinya.
Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran darinya (Al-Qur'an) kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dialah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan yang berhak memberi ampunan.

AL QUR’AN SEBAGAI KABAR GEMBIRA DAN PENAWAR HATI

QS. An-Nahl [16] : 102
Katakanlah, "Rohul kudus menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah)."

QS. An-Nahl [16] : 89
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (Muslim).

QS. Al-'Isra' [17] : 9
Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,

QS. Al-'Isra' [17] : 82
Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian.

QS. Maryam [19] : 97
Maka sungguh, telah Kami mudahkan (Al-Qur'an) itu dengan bahasamu, agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.


AL QUR’AN SEBAGAI PERINGATAN BAGI SEMESTA ALAM

QS. Al-Baqarah [2] : 2
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

QS. Al-'Isra' [17] : 9
Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,

QS. Al-'Isra' [17] : 41
Dan sungguh, dalam Al-Qur'an ini telah Kami (jelaskan) berulang-ulang (peringatan), agar mereka selalu ingat. Tetapi (peringatan) itu hanya menambah mereka lari (dari kebenaran).

QS. Taha [20] : 113
Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menjelaskan berulang-ulang di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa, atau agar (Al-Qur'an) itu memberi pengajaran bagi mereka.

QS. An-Naml [27] : 77
Dan sungguh, (Al-Qur'an) itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

QS. Al-Qamar [54] : 17, 22, 32 dan 40
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

QS. Al-Haqqah [69] : 48
Dan sungguh, (Al-Qur'an) itu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

QS. Al-Muddaththir [74] : 54-56
Tidak! Sesungguhnya (Al-Qur'an) itu benar-benar suatu peringatan.
Maka barangsiapa menghendaki, tentu dia mengambil pelajaran darinya.
Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran darinya (Al-Qur'an) kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dialah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan yang berhak memberi ampunan.


MEMPELAJARI AL QUR’AN BERDASARKAN AL-QUR’AN SANGAT MUDAH, MURAH DAN DAPAT DIPELAJARI DENGAN BAHASANYA MASING- MASING

QS. 'Ibrahim [14] : 4
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.

QS. Maryam [19] : 97
Maka sungguh, telah Kami mudahkan (Al-Qur'an) itu dengan bahasamu, agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.

QS. Taha [20] : 2
Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar engkau menjadi susah;

QS. Ar-Rum [30] : 22
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

QS. Fussilat [41] : 44
Dan sekiranya Al-Qur'an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab niscaya mereka mengatakan, "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah patut (Al-Qur'an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul), orang Arab? Katakanlah, "Al-Qur'an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur'an) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh."

QS. Ad-Dukhan [44] : 58
Sungguh, Kami mudahkan Al-Qur'an itu dengan bahasamu agar mereka mendapat pelajaran.

QS. Al-Qamar [54] : 17, 22, 32 dan 40
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

QS. Al-Qalam[68]:52
Padahal (Al-Qur'an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam.


AL-QUR’AN ADALAH SUMBER INFORMASI MENJELASKAN SESUATU

QS. Yusuf [12] : 22
Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

QS. An-Nahl [16] : 89
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (Muslim).

QS. Ad-Dukhan [44] : 2-4
Demi Kitab (Al-Qur'an) yang jelas,
sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.
Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,


AL-QUR`AN BANYAK SEKALI BERISI PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN YANG MAKSUDNYA TIDAK DAPAT LANGSUNG DIPAHAMI DENGAN MUDAH, KITA HARUS PANDAI MENGAMBIL MAKNA YANG TERSIRAT DARI AYAT-AYAT ITU

QS. Al-Baqarah [2] : 26
Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang ingkar berkata, "Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?" Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik,

QS. Al-'Isra' [17] : 89
Dan sungguh, Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur'an ini dengan bermacam-ma-cam perumpamaan, tetapi kebanyakan manusia tidak menyukainya bahkan mengingkari(nya).

QS. Al-Kahf [18] : 54
Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur'an ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah.

QS. Al-`Ankabut [29] : 41-43
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui.
Sungguh, Allah mengetahui apa saja yang mereka sembah selain Dia. Dan Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tidak ada yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu.

QS. Az-Zumar [39] : 27
Dan sungguh, telah Kami buatkan dalam Al-Qur'an ini segala macam perumpamaan bagi manusia agar mereka dapat pelajaran.

QS. Az-Zukhruf [43] : 8
Karena itu Kami binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya di antara mereka dan telah berlalu matsal (contoh) umat-umat terdahulu.

QS. Az-Zukhruf [43] : 56
maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu dan matsalan (pelajaran) bagi orang-orang yang kemudian.

QS. Al-Jumu`ah [62] : 5
Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.


AL -QUR`AN BANYAK SEKALI MENGANDUNG HIKMAH YANG MAKSUDNYA TIDAK DAPAT LANGSUNG DIPAHAMI DENGAN MUDAH, KITA HARUS PANDAI-PANDAI MENGAMBIL MAKNA YANG TERSIRAT DARI AYAT-AYAT ITU

QS. 'Ali `Imran [3] : 58
Demikianlah Kami bacakan kepadamu sebagian ayat-ayat dan peringatan yang penuh hikmah.

QS. 'Ali `Imran [3] : 81
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, "Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman, "Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?" Mereka menjawab, "Kami setuju." Allah berfirman, "Kalau begitu bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu."

QS. Yunus [10] : 1
Alif Lām Rā. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang penuh hikmah.

QS. Luqman [31] : 2-4
Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hikmah,
sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,
(yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat, menunaikan zakat dan mereka meyakini adanya akhirat.

QS. Al-'Ahzab [33] : 34
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah. Sungguh, Allah Maha lembut, Maha Mengetahui.

QS. Ya-Sin [36] : 1-2
Yā sīn.
Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,

QS. Az-Zukhruf [43] : 4
Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu dalam Ummul Kitab (Lau Maz) di sisi Kami, benar-benar (bernilai) tinggi dan penuh hikmah.


UNTUK MENDAPATKAN HIKMAH DAN ILMU DARI AL QUR`AN YANG DIPELAJARINYA, HARUS MENCOBA MEMPRAKTEKKAN AYAT-AYAT YANG SUDAH DIBACANYA DAN HARUS DISERTAI DENGAN BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA MANUSIA

QS. Al-Baqarah [2] : 215
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, "Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan." Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.

QS. Al-Baqarah [2] : 269
Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.

QS. Al-Baqarah [2] : 148
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

QS. Al-Baqarah [2] : 177
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan perbudakan, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

QS. Al-Baqarah [2] : 273
(Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah, sehingga dia yang tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui.

QS. 'Ali `Imran [3] : 134
(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,

QS. 'Ali `Imran [3] : 92
Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.

QS. An-Nisa' [4] : 36
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabīl dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,

QS. Al-Qiyamah [75] : 18-19
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya.

QS. Yusuf [12] : 22
Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

QS. Ash-Shu`ara' [26] : 226
dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?

QS. As-Saf [61] : 2-3
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

QS. At-Talaq [65] : 7
Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.

QS. Al-Ma`un [107] : 1-7
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.
Maka celakalah orang yang salat,
(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,
yang berbuat ria,
dan enggan (memberikan) bantuan.


DALAM MELAKUKAN PROSES MEMAHAMI AYAT-AYAT ALLAH YANG SEDANG DIPELAJARINYA, HARUS MAMPU MENGAMBIL HIKMAHNYA ATAU MAKNA YANG TERSIRAT DARI SURAT/AYAT YANG DIBACANYA

QS. Al-Baqarah[2]:269
Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.

QS. 'Ali `Imran [3] : 48
Dan Dia (Allah) mengajarkan kepadanya (Isa) Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil.

QS. Yusuf [12] : 111
Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

QS. 'Ibrahim [14] : 52
Dan (Al-Qur'an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran.

QS. Ar-Rum [30] : 20-28
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apa-bila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur).
Dan milik-Nya apa yang di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk.
Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Dia membuat perumpamaan bagimu dari dirimu sendiri. Apakah (kamu rela jika) ada di antara hamba sahaya yang kamu miliki, menjadi sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, sehingga kamu menjadi setara dengan mereka dalam hal ini, lalu kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada sesamamu. Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengerti.

QS. Sad [38] : 29
Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.


MAKNA HASIL PENAFSIRAN ATAU PEMAHAMANNYA TIDAK MENYUSAHKAN DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN

QS. 'Ali `Imran [3] : 138
Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

QS. Taha [20] : 2
Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar engkau menjadi susah;

QS. Al-'Anbya' [21] : 107
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.

QS. Al-Furqan [25] : 1
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqān (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).

QS. Sad [38] : 87
(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh alam.

QS. Az-Zumar [39] : 41
Sungguh, Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan membawa kebenaran untuk manusia; barangsiapa mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa sesat maka sesungguhnya kesesatan itu untuk dirinya sendiri, dan engkau bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.

QS. Al-Jathiyah [45] : 20
(Al-Qur'an) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

QS. Al-Qalam[68] : 52
Padahal (Al-Qur'an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam.

QS. At-Takwir [81] : 27
(Al-Qur'an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam,

QS. As-Saf [61] : 1-3
Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.


AGAR MENDAPAT HIKMAH (KEPAHAMAN) AL QURAN"
ALLAH ANUGERAHKAN HIKMAH (KEPAHAMAN) BAGI ORANG YANG BERAKAL....

QS. Al-Baqarah [2] : 269
Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.


ALLAH ANUGERAHKAN HIKMAH (KEPAHAMAN) BAGI ORANG YANG TIDAK MEMPERSEKUTUKAN ALLAH DAN ORANG YANG SELALU BELAJAR SERTA MENGAJARKAN QURAN ...

QS. 'Ali `Imran [3] : 79
Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, "Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah," tetapi (dia berkata), "Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!"


ALLAH ANUGERAHKAN HIKMAH (KEPAHAMAN) BAGI ORANG YANG BERBUAT BAIK ...

QS. Yusuf [12] : 22
Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

QS. Al-Qasas [28] : 14
Dan setelah dia (Musa) dewasa dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

ALLAH ANUGERAHKAN HIKMAH (KEPAHAMAN) BAGI ORANG YANG MENSUCIKAN DIRI ...

QS. Al-Baqarah [2] : 151
Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah, serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.


UNTUK ITU SUCIKANLAH DIRI DENGAN BERSEDEKAH AGAR MENDAPAT HIKMAH ...

QS. At-Taubah [9] : 103
Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

QS. Thaha [20] : 114
Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku

QS. Asy Syuara [26] : 83
Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,